Dihadapkan pada kenyataan bahwa lelaki yang dicintai tidak bertanggung jawab, Alana nekat bunuh diri. Namun, ibu Daffa memohon kepada Gafi, anak tertuanya, untuk menikahi Alana menggantikan adiknya, padahal lelaki itu sudah punya kekasih.
Gafi terpaksa setuju demi menyelamatkan aib keluarga dan anak dalam kandungan Alana. Namun, Gafi membuat persyaratan, yaitu keduanya akan bercerai setelah Alana melahirkan.
Sesuai kesepakatan yang telah dibuat, keduanya pun bercerai. Alana membawa anaknya dan hidup bahagia. Namun, kebahagiaan itu tak bertahan lama. Daffa dan Gafi kembali untuk menagih cinta yang dibuang dahulu.
Persaingan cinta antara dua bersaudara, siapakah yang menjadi pilihan Alana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Satu
Pagi harinya Gafi bangun dengan tersenyum sangat manis. Saat melihat Alana yang sedang menyusui bayinya, dia lalu mendekati.
"Selamat pagi duo kesayangan Papi," ucap Gafi. Dia lalu mengecup pipi si kecil dan dahi Alana.
Alana hanya menanggapi dengan tersenyum. Padahal dia sedang berusaha menahan sebak mendengar Gafi memanggil mereka duo kesayangan. Tapi dia bertekad tak akan terbuai, takut bermimpi, karena saat tersadar jika semua bukan kenyataan, sakitnya terasa menusuk hingga ke relung hati.
Alana takut semua hanyalah ungkapan sayang biasa. Dia tahu jika sang suami masih terus berhubungan dengan Naura, walau pertemuan mereka sudah sangat jarang. Semuanya Alana tahu dari seseorang.
"Mas, mandilah. Sudah jam tujuh. Nanti telat. Aku ambilkan sarapan dulu," ucap Alana.
Seperti biasa, Gafi selalu disuapin untuk sarapan. Dia paling malas untuk makan pagi walau sudah mengidap penyakit asam lambung.
Alana membawa sepiring mie goreng seafood dan segelas susu. Beruntung bayinya selalu tertidur lagi setelah mandi sehingga dia bisa melayani suaminya.
Setelah mandi dan berpakaian rapi, Alana membantu memasangkan dasi sang suami. Kali ini Gafi dengan beraninya mengecup pipi Alana setelah dia membantu memasangkan dasi.
"Mas, sarapan dulu," ucap Alana setelah memasangkan dasi. Dia mengambil piring berisi mie goreng itu dan menyuapi Gafi.
"Mas, kalau tak ada yang suapin apa kamu tak mau sarapan?" tanya Alana.
"Apa kamu mau gantian aku yang suapin?" Gafi bukannya menjawab pertanyaan Alana tapi dia justru bertanya balik.
"Nggak, Mas. Aku senang bisa melayani kamu, bukan dilayani," jawab Alana.
Alana menyuapi mie itu hingga habis tak tersisa. Gafi lalu merogoh kocek. Dia lalu mengeluarkan amplop. Dan menyodorkan pada Alana.
"Ini apa, Mas?" tanya Alana tanpa ada niat membukanya.
"Uang untukmu. Kemarin aku diberi uang cash, untukmu saja," jawab Gafi.
"Uangku masih ada, Mas. Uang yang kamu transfer setiap bulannya saja masih tersisa banyak di rekening. Kamu simpan saja ini," tolak Alana.
"Alana, apa kamu masih belum paham juga dengan sifatku. Apa yang aku beri, jangan pernah menolaknya. Aku tak suka," balas Gafi.
"Terima kasih, Mas. Aku mohon kerelaan kamu atas semua yang pernah Mas berikan."
"Alana, apa yang telah aku beri, itu dari hati. Dan aku ikhlas," ujar Gafi.
Alana tersenyum menanggapi ucapan suaminya. Dia lalu menyimpannya. Bukannya dia matre, tapi uang itu juga dia butuhkan untuk anaknya. Bukankah tadi dia telah menolak, dan Gafi yang memaksa untuk mengambilnya.
Alana dan Gafi berjalan menuju lantai bawah, di mana mama Defi juga telah bersiap untuk pergi ke butik. Dia mendekati ibu mertuanya itu.
"Ma, aku mohon maaf jika selama menjadi menantumu ada melakukan kesalahan," ucap Alana.
"Kenapa kamu meminta maaf? Seperti orang yang mau pergi jauh saja," balas Mama.
"Ma, minta maaf itu boleh kapan pun, bukan?"
"Iya, sih. Kamu tak ada salah, Nak. Mama senang menjadi mertua kamu," jawab Mama Dewi.
Gafi memandangi istrinya itu dengan tatapan penuh tanda tanya. Apakah Alana akan tetap pergi, padahal tadi malam mereka telah melakukan hubungan badan? Tanya Gafi dalam hatinya. Dia jadi berat buat berangkat kerja.
Alana lalu mencium tangan Gafi. Pria itu membalas dengan mengecup dahi istrinya. Walau berat hati, akhirnya dia pergi kerja juga karena ada rapat.
Setelah kedua orang itu pergi, Alana langsung menuju kamarnya. Dia meminta bibi mengerjakan sesuatu yang membuat wanita itu jadi sibuk.
Alana mengangkat dua tasnya menuju teras samping rumah. Dia tadi telah memesan taksi. Setelah itu dia mengganti bajunya. Dia harus segera pergi, jika masih bertahan takutnya akan sulit baginya lepas dari mereka.
Alana meletakan surat di atas meja. Dia sengaja membuat surat karena ponselnya dia tinggalkan. Dia akan membeli yang baru agar tak terdeteksi di mana dia pergi.
Adele yang masih tidur, diangkat dan digendongnya. Alana memandangi ke sekeliling kamar. Dia menarik napas berat. Air matanya jatuh membasahi pipi.
"Jika ada keajaiban, aku sebenarnya masih ingin di sini. Mama Dewi telah membuat aku merasa sangat bahagia karena kasih sayangnya yang begitu tulus. Tapi aku tak boleh egois, Mas Gafi telah melindungi aku selama sepuluh bulan. Kini saatnya aku sadar diri untuk pergi tanpa di minta, karena aku sadar kehadiranku sudah tak diinginkan lagi," ucap Alana bermonolog.
Alana melangkah menuju teras samping. Taksi yang di pesan telah datang. Alana tahu rumah ini menggunakan banyak cctv. Dia hanya akan memakai taksi ini hingga ke jalan besar. Setelah itu mencari taksi yang lain.
Dalam taksi, tangis Alana akhirnya pecah juga. Bagaimana pun yang namanya perpisahan itu pasti akan menyakitkan.
Kamu tahu bagaimana rasanya dipaksa melepaskan padahal masih ingin bertahan. Kamu tahu rasanya mati-matian dipaksa melupakan padahal masih sayang. Kamu tahu rasanya ingin ikhlas padahal ingin tetap bersama. Dan apakah kamu tahu rasanya ingin terlihat baik-baik saja, padahal yang sebenarnya keadaan sedang hancur. Sakit. Tapi semua harus aku lakukan demi kebaikan bersama. Tak ada perpisahan yang tak menyakiti.Ya Allah ikhlaskan lah hati ini untuk melepaskan segala apa yang bukan milikku. Tenangkan lah jiwaku ini. Lapangkan lah dada ini untuk ridho dengan ketentuan-Mu, Walau hebat manapun ujian-Mu. Karena aku yakin, Engkau jauh lebih tau apa yang terbaik untukku.
***
Sedangkan di kantor, Gafi tampak gelisah. Setelah berpikir lama, akhirnya dia memutuskan akan ke apartemen Naura. Dia akan memutuskan hubungan mereka dan setelah itu meminta Alana untuk menjadi istrinya selamanya. Melupakan semua perjanjian yang pernah mereka buat.