Oh My Boss
Seorang gadis muda berjalan dengan langkah pasti. Dengan menggenggam surat lamaran kerja di tangannya. Ia terus berjalan untuk mencari pekerjaan. Dia gadis yang ceria, tangguh, dan penuh semangat. Meskipun sering ditolak, tapi ia tak menyerah. Langkah demi langkah, perusahaan demi perusahaan ia masuki. Namun, tidak satupun perusahaan menerima dia dengan alasan tidak ada lowongan pekerjaan.
Tangan kecilnya mengusap keringat yang ada di dahinya. "Hah, aku harus semangat. Kota ini kecil, tidak banyak perusahaan, aku harus terus cari kerja.." gumamnya penuh semangat.
Aiko Cahaya Maheswari. Seorang gadis muda yang pintar. Tapi, karena fitnah dari teman kerja yang iri padanya. Membuat Aiko harus meninggalkan pekerjaan lamanya. Dia tidak mau bekerja di perusahaan yang akan mematikan karirnya. Maka dari itu, Aiko yang telah bekerja selama dua tahun harus rela keluar. Kini, ia kembali dari awal. Mencari pekerjaan dan berusaha mengembangkan karirnya. Atau setidaknya demi sesuap nasi dan biaya hidup sehari-hari.
Tinggal jauh dari orang tua, membuatnya harus bisa mandiri. Namun, Aiko tetap semangat menjalani hidupnya.
Hari semakin gelap, namun belum satu pun perusahaan yang menerimanya. Terpaksa ia harus pulang dengan tangan hampa. Tetapi, Aiko harus tetap menegakkan kepalanya.
Klik.
Setelah menekan sandi rumah dengan benar. Pintu itu terbuka. Aiko melepas sepatu hitamnya. Ia kembali mengusap keringat di dahinya. "Hah.." ia nampak lelah.
"Auw.." tanpa sengaja ia menyentuh kakinya yang lecet karena seharian pakai heels.
Ia kembali menghela nafasnya. Kemudian mengobati kakinya agar tidak semakin parah. "Ternyata cari pekerjaan nggak gampang.." gumamnya seorang diri.
"Tapi aku nggak boleh nyerah. Aku harus terus berusaha. Semangat Aiko." ucapnya menyemangati dirinya sendiri.
Aiko kemudian mandi lalu memasak mie untuk mengisi perutnya. Seharian ia belum makan dan hanya minum air mineral. "Huff.. Huff.." asap mengepul setelah Aiko meniup mie-nya beberapa kali.
"Ahh laper banget.." gumamnya.
****
Hotel Moonlight.
Semua karyawan sibuk berbenah karena anak pemilik hotel datang untuk membuat keonaran. Putra kedua dari pemilik hotel datang tiba-tiba dan membuat beberapa kegaduhan. Ia ingin mengetes kinerja dari para karyawan hotel tersebut. Mencari penyebab apa yang membuat hotel itu akan bangkrut.
Arshaka Putra Aditama, anak kedua dari seorang pengusaha kaya raya di kota S, Rino Aditama. Ia lahir sebagai anak tidak sah. Itu mungkin yang membuat kakaknya sangat tidak menyukainya. Rino memiliki beberapa perusahaan, termasuk hotel yang hampir bangkrut itu.
Anak pertamanya, Fahreza Aditama Pratama, selalu membenci adik tirinya tersebut. Ia selalu menuduh Shaka-lah penyebab kematian ibu kandungnya. Dia juga takut harta kekayaan papanya akan jatuh ke tangan Shaka. Sehingga dia harus mengasingkan adiknya ke luar negeri selama beberapa tahun.
Shaka diberi tugas untuk mengembangkan hotel yang hampir bangkrut di kota kecil ini. "Siapa yang bertanggung jawab atas hotel ini?" tanya Shaka.
"Saya pak." Fahri, wakil direktur hotel tersebut maju ke depan. Kakinya gemetar karena ketakutan.
"Pecat koki hotel ini! Ganti semua menu makanan di hotel ini!" perintahnya. Tentu saja itu membuat koki di hotel tersebut merasa tak terima karena merasa sudah lama bekerja di hotel tersebut. Koki itu bahkan sempat mengumpati Shaka atas perilaku semena-menanya.
Namun, Shaka sama sekali tidak peduli. Dia ingin merombak dan memperbaiki semua yang ada di hotel itu. Menemukan masalah yang membuat hotel tersebut sepi.
"Cari beberapa karyawan baru! Buka lowongan kerja! Dan pecat semua karyawan yang tidak kompeten!" perintah Shaka lagi.
"Ba.. Baik pak!" Fahri sama sekali tidak berani membantah perintah dari atasannya.
"Jangan lupa cari koki baru!"
"Baik pak."
Shaka kembali mengelilingi hotel milik papanya tersebut. Dia hanya tersenyum sinis. Ia merasa jika kakaknya sengaja memberinya tugas untuk kembali mengembangkan hotel tersebut. "Kalian pikir aku nggak bisa bikin hotel ini kembali ramai? Kalian terlalu ngeremehin aku.." gumamnya lagi.
Senyuman itu terlihat begitu menyayat hati. Mungkin senyuman itu tanda dari rasa sakit yang ia rasakan selama ini.
*Disisi lain.*
Rino merenungi perbuatan yang dirasa terlalu kejam kepada anak keduanya. Biar bagaimana pun, Shaka tetaplah anak kandungnya. Shaka baru sehari pulang dari luar negeri. Tapi dia harus pergi lagi untuk mengurus hotel di kota kecil. Hotel yang hampir tutup. Hal itu tentu saja untuk kembali mengasingkan Shaka.
"Papa masih kangen sama kamu, Ka.." gumam Rino sembari memandangi foto Shaka yang terlihat begitu tampan dengan menggunakan jas hitam.
Tok. Tok. Tok.
Pintu ruangannya diketuk oleh seseorang. Fahreza atau yang sering di sapa Reza masuk ke ruangan itu.
"Ini laporan keuangan kita, pa.." kata Reza memasuki ruangan kerja papanya. Dia adalah anak pertamanya yang bekerja di perusahaan itu juga.
"Ya.." jawab Rino dengan lemas.
"Papa kenapa? Papa sakit?" tanya Reza agak khawatir.
"Za, sampai kapan kamu akan memusuhi adik kamu?" tanya Rino yang membuat Reza kaget. Ia tak menyangka jika ternyata papanya memikirkan Shaka.
"Oh, papa kasihan sama Shaka? Papa lebih sayang dia daripada aku, anak papa?" tanya Reza dengan kejam. Tentu saja pertanyaan seperti itu sangatlah kejam bagi Rino sebagai orang tua.
"Papa sayang kalian berdua. Kalian sama-sama anak papa. Tapi apa belum cukup Shaka diasingkan selama beberapa tahun ini?" Rino benar-benar merasa sangat bersalah terhadap anak-anaknya.
"Kasihan? Papa bilang kasihan? Gara-gara dia dan ibunya, mama aku sakit dan akhirnya meninggal. Papa nggak kasihan sama aku?" seru Reza. Ia marah, ia merasa papanya sangat tidak adil terhadapnya.
"Kamu salah paham, nak.."
"Udahlah pa. Kalau papa mau Shaka pulang ke rumah. Itu artinya aku yang harus keluar dari rumah." ucap Reza kemudian dia keluar dari ruangan papanya dengan hati penuh kekecewaan.
Sementara Rino masih bingung apa yang harus ia lakukan. Dia menyayangi kedua anaknya dengan kasih sayang yang sama. Dia juga paham sakit hati anak pertamanya selama ini. Tapi dia juga tidak tega dengan anak keduanya. Itu tidak adil bagi Shaka.
*Di ruangan Reza.*
Setelah kembali ke ruangannya. Reza merasa sangat kesal. Bahkan sampai saat ini papanya masih saja menyayangi Shaka. "Si*l, apa sih hebatnya anak itu?" gumamnya dengan kesal.
"Dia tak lebih dari seorang perusak kebahagiaan orang lain, seperti ibunya."
Reza kembali teringat akan masa kecilnya sebelum kehadiran Shaka. Ia memiliki keluarga yang utuh dan bahagia. Dia bisa melihat betapa papanya sangat menyayangi mamanya. Dan dia benar-benar merasakan kebahagiaan yang tiada tara.
Sampai suatu hari, papanya membawa Shaka yang masih berumur setahun ke rumah. Dan mengatakan jika Shaka adalah adik tirinya. Tentu saja itu merupakan pukulan keras untuk Reza. Dia yang berumur 11 tahun saat itu sudah tahu apa itu adik tiri. Tak lama dari itu, mamanya jatuh sakit dan sebulan kemudian meninggal.
Reza benar-benar marah. Dan ia selalu menyalahkan Shaka atas kematian mamanya. Sampai sekarang dia sangat membenci Shaka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Agus Irawan
bagus ini ceritanya
2024-07-11
0
Patrick Khan
.hai kakak othor 🥰🥰q mampirrr
2024-06-02
0
❤ Nadia Sari ❤
Salah papanya sih tapi gimana ya kalo bukan 1 darah ibu mmg gt ada rasa ga sukanya bkn saingan 😁
2024-06-02
0