It'S Me, ALETA

"Tinggal Geffie sama Alex doang ini yang belum datang? " Tanya Ady.

Saat ini Athaya dan teman-temannya sudah berkumpul di basecamp mereka. Rencana camping di kampung halaman orang tua angkat Levi itu nyata bukan hanya wacana.

"Ini kita mau bawa mobil masing-masing atau gimana? " Tanya Aldeon. Aldeon lebih memilih ikut bersama Athaya daripada berlibur dengan sang kembaran ke luar negeri.

Liburan hanya alibi Albian, pemuda tampan itu sedang menjalankan tugas dari seseorang, meski begitu orang tuanya juga mengetahui hal itu. Albian dan Aldeon bukan tipe anak yang menutupi sesuatu dari orang tuanya.

"Kalau saran gue sih, mending jangan. Kita bisa gabung dan bawa dua atau tiga mobil saja. Kalau capek bisa gantian" Ady mengutarakan pendapatnya.

"Mobil kalian tinggal disini saja" Ujar Athaya. Mereka hanya mengangguk setuju.

Basecamp tempat mereka berkumpul adalah rumah dengan gaya minimalis, rumah yang menjadi tempat Chacha dulu tinggal bersama Levi sebelum istana mereka siap ditempati. Athaya sengaja meminta rumah itu pada sang mama.

"Bawa mobil gue aja, mobil gue lebih besar kapasitasnya" Ucap Difan.

"Boleh, barang-barang masukin bagasi lo muat kan Fan?"

"Masukin aja Al, yang ikut mobil gue siapa aja? " Tanya Difan.

"Lo bawa mobil yang mana Tha? " Athaya menunjuk pada Lamborghini aventador yang terparkir apik didepan rumah yang Audy tempati dulu.

"Lah, gimana maksudnya? " Mereka meminimalisir untuk membawa mobil, namun Athaya malah membawa mobil sport yang jelas-jelas tidak bisa menampung orang banyak.

"Gue ada acara, kata mama suruh bawa itu" Jelas Athaya.

"Oke lo berdua sama Mona, Cecil? " Aldeon memastikan lagi.

"Sama gue aja, Paula biar ada temennya" Jawab Azka.

Mereka seakan melupakan keadaan Azka dan Paula sejak tadi. Karena memang keduanya tidak bersuara, hanya diam dan berdiri dengan tenang.

"Oke, Atha bawa mobil sendiri sama Mona. Difan, Aldeon sama Gue satu mobil, Azka, Paula sama Cecil juga satu mobil. Masih sisa satu kuota di dua mobil ini ya. Geffie sama Alex bisa masuk dimobil yang dua ini" Jelas Ady langsung diangguki mereka semua.

"Cecil mau sama Kak Mona" Cicit Cecil disamping Ady.

"Mobil Athaya cuma muat dua orang, kalau Mona mau pangku kamu ya gak papa" Jawab Difan dengan candaan.

"Kalau enggak lo ikut di mobil Azka aja, Athaya sama Alex atau sama Geffie nanti" Tambah Aldeon.

"Bagus ya kalian, kalian pikir gue sopir? " Azka menaikkan sebelah alisnya. Sedangkan yang lain hanya tertawa melihat wajah kesal Azka.

"Bareng gue aja, jangan ngikutin orang pacaran mulu lo" Paula sekalinya bersuara memang sedikit meresahkan.

"Kakak sama Kak Azka kan juga pacaran, yang ada Cecil malah jadi nyamuk" Cecil memajukan bibirnya.

"Terus lo pikir Alex atau Geffie nanti apaan? Patung hidup? " Paula mendengus sinis.

Cecil hanya bisa diam walau dalam hatinya sebenarnya dongkol setengah mati. Berdebat dengan Paula sama saja kebohongan bagi Cecil untuk menang. Pasalnya tanpa Mona dan dukungan geng Athaya, Cecil bukanlah siapa-siapa.

Tak selang berapa lama Alex datang bersamaan dengan Geffie. Alex dengan motor sportnya dan Geffie dengan mobil omanya. Ternyata Geffie juga membawa mobil dengan kapasitas besar. Sepupu Athaya itu seakan mengerti jika mereka membutuhkan space lebih untuk barang-barang mereka.

"Sorry telat, gue bawa mobil oma, jadinya harus nunggu" Jelas Geffie.

"Kita udah sepakat pakai tiga mobil aja. Lo bisa gabung dimobil Difan atau Azka" Jelas Ady singkat.

Tanpa banyak bicara Alex langsung memarkirkan motornya begitupula dengan Geffie. Namun Geffie tak lupa untuk menghubungi sopir pribadi sang oma untuk menjemput mobilnya.

Alex langsung masuk kedalam mobil Difan, yang lain hanya bisa menggeleng pelan melihat tingkah Alex. Athaya saja yang notabene nya tuan rumah masih asik dengan ponselnya di luar mobilnya.

"Tha si bocil gimana? " Ady langsung menanyakan tentang Aleta pada Athaya yang hendak masuk itu.

Bukannya menjawab Athaya hanya mengangkat bahunya acuh. Ady hanya bisa menghembuskan nafasnya pelan, sampai sekarang dirinya masih tidak mengerti dengan saudara kembar itu.

Mereka mulai melajukan mobilnya menjauhi pekarangan basecamp itu. Dengan Athaya yang memimpin jalan, disusul dengan Ady yang menyetir mobil Difan. Azka ada diurutan paling belakang.

Di mobil Athaya terasa sangat sepi, karena Mona yang tertidur. Tampaknya kekasih Athaya itu sangat kelelahan, dan Athaya sendiri tergelitik sejak tadi. Dimana Ady menanyakan bagaimana Aleta nanti untuk sampai kesana.

Ada sedikit rasa bersalah dihati Athaya ketika dirinya meninggalkan adik kembarnya. Tapi Athaya tidak sepenuhnya salah, dirinya sudah meminta Aleta untuk bersamanya dengan catatan tidak telat. Bahkan Athaya sudah memundurkan jam keberangkatan mereka, tapi Aleta masih belum menampakkan dirinya.

Tanpa Athaya ketahui jika Aleta berputar untuk mencari lokasi kumpul, sedangkan Athaya tidak memberikan lokasinya dengan akurat. Apalagi ditambah Aleta yang harus kembali ke apartemennya untuk mengambil barang, membuat Aleta semakin lama dijalan.

Aleta seakan lupa jika Paula ikut dalam rombongan Athaya. Definisi terbodohi oleh otak sendiri.

"Kayaknya gue udah ditinggal deh, akh Thaya sialan. Gue aduin mama lo, biar digebuk" Aleta mengerucut sebal ketika dirinya sampai malah sepi.

Aleta langsung melajukan kembali mobilnya. Memilih rute untuk kembali ke apartemennya, berganti baju dan menukar kendaraannya. Aleta memilih mengendarai motor daripada mobil. Menurut Aleta motor lebih praktis daripada mobil.

Aleta kembali mengecek ponselnya, grup chat bersama sahabatnya adalah notif paling berisik yang Aleta lihat. Bella hanya mengabarkan jika dirinya sudah sampai lebih dulu bersama Lisa.

Siapa yang akan menyangka jika Lisa yang terlihat sedikit bule itu ternyata memiliki kampung halaman yang sama dengan orang tua angkat sang papa. Dan Bella memilih ikut Lisa daripada berdiam diri tanpa teman dirumahnya. Kedua orang tuanya pasti akan pulang sore mengingat bukan libur nasional.

Aleta memanaskan mesin motornya sambil lalu mengecek beberapa email yang terkirim padanya. Setelah selesai dengan urusannya, barulah Aleta menggunakan helmnya dan mulai meninggalkan parkir basement dengan hati-hati.

Aleta membelah jalanan dengan begitu riang, jika biasanya dirinya suka beradu dengan kecepatan dan angin. Untuk kali ini saja, Aleta ingin merasakan bagaimana nikmatnya angin menembus tubuhnya jika melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

Tampak beberapa kali Aleta menghentikan lanu motornya hanya untuk membeli jajanan pinggir jalan. Bahkan gadis itu tidak malu untuk lesehan dibawah ketika makan.

Aleta masih melajukan motornya dengan kecepatan sedang, enggan untuk menarik gasnya seperti yang biasa dirinya lakukan. Aleta sedang mengagumi ciptaan Tuhan yang begitu indah. Berbagai ide muncul di otak cantiknya saat melihat senja.