NovelToon NovelToon
Soulmate

Soulmate

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Karir / Persahabatan / Romansa / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: sJuliasih

Saling suka, nyatain perasaan, terus pacaran?! Nyatanya nggak semudah itu.

Buktinya aja Freya, si anak beasiswa. Dan Tara, sang ketos si anak donatur. Mereka cinlok, sama-sama suka, tapi terpaksa harus back street .

Alasannya klasik dan klise. Bokap Tara nggak setuju kalo anaknya itu pacaran, terlebih sama Freya yang beda kasta dengan keluarga mereka.

Hingga Tara pun harus kuliah ke luar negeri dan putus komunikasi sepihak dengan Freya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sJuliasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

Di pagi senin yang cerah, senyum Freya yang manis mengembang sempurna. Sembari melajukan motornya, kilas balik akan kebersamaan dengan Tara sabtu kemaren begitu membekas di ingatan gadis itu.

Ada rasa yang menggebu, tak sabar ingin segera bertemu Tara kembali. Freya pun menambah kecepatan laju motornya, hingga hanya membutuhkan waktu 10 menit saja baginya untuk tiba di sekolah.

Dengan semangat dia melangkah lebar menuju kelasnya. Berharap Tara sudah lebih dulu tiba di bandingkan dirinya.

'Yah, ternyata Tara belum dateng. Tumben banget padahal udah jam segini.' gumamnya lemas sembari melirik arloji di tangannya.

Hingga bel berbunyi pun, penantian Freya tak berujung, Tara masih tak menampakkan wajahnya. Kursi yang biasa di duduki oleh lelaki itu kini terlihat kosong dan Freya hanya bisa menatapnya dengan perasaan gelisah.

"Si Tara kenapa belom dateng Frey?" tanya Hana, menempati kursi kosong itu.

"Gue juga nggak tau Han." jawab Freya.

"Dia nggak ada ngabarin lo?"

Freya menggelengkan kepalanya pelan.

"Kenapa nggak lo chat aja?!"

Helaan nafas Freya terdengar seperti orang yang tengah putus asa. "Lo liat, cuma ceklis satu." ucapnya sambil memperlihatkan ponsel di tangannya kepada Hana.

"Kemana sih tuh anak, tumben banget dia kayak gini!" Hana sama bingungnya dengan Freya.

Lima menit usai bel berbunyi, seorang guru matematika memasuki kelas mereka. Seisi kelas pun seketika saling pandang satu sama lain. Seharusnya miss Arsy lah yang mengisi jam pertama di kelas XII-IPA¹, bukan pak Zul sang guru matematika yang terkenal killer.

"Selamat pagi!" kata pak Zul tegas. Wajahnya yang tak pernah tersenyum, menatap satu persatu siswa di kelas itu. Seluruh penghuni kelas seketika bergidik, merasa ngeri dengan perawakan pak Zul yang tinggi besar. Terlebih kumis tebalnya yang semakin memberikan kesan menyeramkan pada wajahnya yang hampir setengah abad itu.

"Selamat pagi pak." seluruh siswa serempak menjawab. Ada yang menyuarakan dengan lantang, ada juga yang setengah berbisik, takut menjadi pusat perhatian pak Zul.

"Mulai hari ini, saya yang akan menggantikan miss Arsy sebagai wali kelas kalian." imbuh pria yang masih berdiri gagah di depan kelas.

Tak ada yang berani menyela, namun samar-samar, terdengar suara siswa yang mulai saling berbisik. Seolah mereka mempertanyakan keberadaan miss Arsy dan juga soal kenapa harus pak Zul yang menggantikan guru dengan spek model itu.

"Kalau ada yang mau di pertanyakan, silahkan! Jangan takut, saya bukan kanibal." seru pak Zul, selain berprofesi menjadi guru, pria itu juga berkeinginan menjadi seorang jenakawan. Ia sering melontarkan jokes di saat tengah mengajar. Namun tak ada sedikit pun darah humoris yang mengalir pada guru killer itu. Di tambah lagi tampangnya yang tidak mendukung.

Sehingga bukannya tertawa, kebanyakan siswa yang mendengar jokes dari mulutnya, justru semakin takut, beberapa juga trauma, tak tahan dengan kumisnya yang tumbuh subur dan hitam lebat.

Suasana kelas berubah hening. Para siswa memilih menyimpan pertanyaan di benak mereka masing-masing. Membiarkan isi kepala dan suara hati mereka saling berdialog, sembari berharap apa yang di katakan oleh pak Zul hanya lah sebuah candaan belaka. Mereka tak rela jika pria berkumis tebal itu yang harus menjadi wali kelas mereka.

"Baik lah, jika tidak ada pertanyaan, saya permisi." ujar pak Zul, melangkah keluar kelas. Karna di jam pertama memang bukan mata pelajaran matematika. Kehadiran pak Zul, hanya untuk menginformasikan tentang pergantian wali kelas saja.

Setelah langkah pak Zul semakin menjauh, seisi kelas pun langsung menjadi riuh dan tak terkontrol. Terlebih Tara yang kemarin terpilih sebagai ketua kelas, juga tidak hadir di ruangan itu. Semakin membuat seisi kelas menjadi tidak kondusif.

"Sebenarnya ada apa sih? Tara nggak ada kabar, terus miss Arsy juga mengundurkan diri. Aneh banget kan Frey?!" celetuk Hana, menoleh ke arah Freya. Dimana Freya tengah menyelam jauh ke dalam pikirannya. Mencoba menghubungkan cerita Tara kemarin dengan kejadian hari ini.

Apa bokap Tara juga tau kalo miss Arsy itu calon tunangan kak Alaska? Kalo pun memang tau, apa bokapnya Tara yang membuat miss Arsy mengundurkan diri?" batin Freya.

"Frey..." sentak Hana.

"Iya... Han. Gue denger kok apa yang lo bilang. Gue juga ngerasa aneh kenapa tiba-tiba miss Arsy malah mengundurkan diri."

"Kita harus cari tau, Frey."

"Ngapain Han?!"

"Ya gue nggak mau lah Frey, punya wali kelas kayak pak Zul. Gue nggak bisa ngebayangin gimana tersiksanya kedua mata gue harus ngeliat kumis pak Zul yang super duper lebat itu setiap hari."

Freya tertawa, ucapan Hana berhasil menghibur hatinya yang gelisah. Meskipun begitu, tawanya tak bertahan lama. Dia kembali memikirkan Tara.

***

Saat jam istirahat berlangsung, seperti biasanya, Freya dan ketiga sahabatnya berkumpul di kafetaria. Mereka saling bertukar cerita, juga membahas sesuatu yang di anggap penting hingga yang tidak penting sama sekali. Di sela obrolan mereka, tak sengaja Risa melihat Tara melintas di koridor dekat kafetaria.

"Cowok lo mau kemana itu Frey? Tumben banget dia nggak ngintilin lo." ucap Risa.

"Tara maksud lo?!" sentak Hana, hingga kedua matanya membulat menatap Risa.

"Santai dong Han, ngegas banget lo." Risa yang tak tau apapun menganggap Hana bersikap berlebihan.

"Abisnya gue nggak percaya kalo lo ngeliat Tara. Soalnya si Tara itu nggak ada masuk ke kelas sampe jam pelajaran terakhir tadi." papar Hana.

Freya tak berkata apapun. Namun kedua netranya sibuk mencari keberadaan Tara di antara banyaknya siswa lain yang berlalu lalang.

"Jadi lo bertiga nggak tau?!" Andre yang sejak tadi sibuk menikmati burger ala kafetaria, akhirnya membuka suara yang membuat ketiga sahabatnya langsung menoleh ke arahnya. "Tara kan udah pindah ke kelas XII-IPA⁴. Gue juga baru tau tadi pagi sih." sambungnya lagi.

"Tapi bukannya pembagian kelas itu udah keputusan mutlak dari sekolah ya? Kok bisa si Tara pindah kelas begitu aja?" tanya Hana semakin tak mengerti.

"Ya elah Han, lo lupa siapa bokapnya Tara? Mutlak itu nggak berlaku buat satu-satunya donatur di sekolah kita." jawab Andre yang memang ada benarnya.

"Kenapa Tara nggak ada bilang apapun ke gue ya?!" Freya terlihat sangat kecewa. Mengingat dirinya dan Tara sudah sedekat itu, mustahil jika Tara malah mengabaikannya begitu saja.

"Gue rasa ini ada hubungannya sama bokapnya Tara, Frey." Risa menebak dengan gamblang.

"Bener banget Frey. Gue juga yakin pasti ini ulahnya calon mertua lo. Kalo Tara mah nggak mungkin bisa ngelakuin hal itu." Hana menimpali.

Freya menunduk, menarik nafas dalam. Dadanya terasa sangat sesak.

"Udah Frey, jangan sedih. Biar gue yang nanya sama Tara, kenapa dia nggak ngasih tau lo soal kepindahannya ke kelas lain." imbuh Andre, dia paling tidak bisa melihat salah satu sahabatnya terluka.

Freya menggelengkan kepalanya. "Nggak Ndre. Biar gue yang langsung nanya ke Tara. Kalo alasan bokapnya emang pengen menjauhkan dia dari gue, sekali ini gue bakalan bener-bener menjauhi Tara." ujar gadis itu begitu yakin, meski ada lubang kecil yang menganga di hatinya.

Freya pikir, setelah hujan kemarin, akan ada pelangi indah yang menyambut hangat dirinya. Namun nyatanya, hujan malah silih berganti dengan badai. Memporak-pondakan hatinya yang sudah terlanjur menyayangi Tara, menghancurkan harapannya untuk memiliki lelaki bermata teduh itu.

Ternyata kebersamaan dengan Tara kemarin, adalah awal kebahagiaan sekaligus akhir dari cerita mereka.

***

1
korokoro
kaget banget Tara, jangan nakal main cubit pipi aja/Scowl/
Julia H: namanya juga modus kak🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!