NovelToon NovelToon
Ratunya Sang Miliarder

Ratunya Sang Miliarder

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Cinta setelah menikah / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.2M
Nilai: 4.5
Nama Author: widyaas

Alisha (22) gadis malang yang dibuang oleh keluarganya sendiri. Awalnya Alisha pasrah akan takdirnya yang mengenaskan. Tapi, tiba-tiba Ansel (27) Miliarder tampan yang datang mengejutkan Alisha dan langsung mengajaknya menikah.

Ansel adalah pria tampan yang sukses membangun perusahaan keluarganya. Ia juga memiliki saham di beberapa perusahaan besar. Ansel dikenal sebagai Miliarder tampan yang sukses. Tak sedikit kaum Hawa yang mengincarnya.

Lalu, bagaimana nasib Alisha, jika Miliarder tampan itu menikahinya? Apakah pernikahan mereka akan dibumbui cinta yang manis atau sebaliknya?

⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps 19

Veronica menatap lift yang tidak bergerak. Ia terlihat gelisah karena sejak tadi Ansel tidak keluar. Apalagi dia bersama seorang wanita. Lebih tiga jam Ansel tidak keluar dari ruangannya.

Sebenarnya ia ingin bertanya pada teman barunya, tapi Veronica agak ragu. Dirinya hanya orang baru di sini, ia takut dikira lancang jika bertanya hal di luar pekerjaan.

"Ada apa?" tanya seorang wanita yang duduk di sebelahnya.

Veronica tersentak kecil lalu menoleh menatap wanita itu dengan senyuman canggung, "T-tidak apa-apa," ucapnya.

"Fokus. Ini hari pertamamu bekerja. Jangan buat kesalahan," ucap wanita itu.

Veronica mengangguk, "Maaf..."

****

Alisha membuka matanya saat merasakan sakit di perutnya. Ia meringis sambil memegang perutnya.

Gadis itu beranjak dari tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi. Alisha menghela nafas berat. Ternyata tamu bulanan. Pantas saja perutnya sakit, ini hari pertama. Biasanya hari pertama dan kedua, Alisha akan merasakan sakit di perutnya, kadang sampai mual dan pusing.

Karena dress-nya berwarna putih, bercak merah darah sangat mencetak jelas di bagian pinggul. Buru-buru Alisha melihat seprei kasur yang tadi ia tiduri. Benar saja, di seprei abu-abu itu terdapat bercak darah miliknya. Alisha segera menariknya dan mencucinya di kamar mandi. Ada mesin cuci berukuran sedang di sana.

Beberapa menit menghabiskan waktu untuk mencuci seprei dan membersihkan diri. Alisha keluar dari kamar mandi dengan tubuh terbalut handuk kimono milik Ansel.

Baju serta dalamannya sudah ia cuci, dan Alisha sangat membutuhkan pembalut sekarang.

Ia membuka pintu kamar dengan gerakan pelan. Kepalanya menyembul, mengintip keadaan luar. Ternyata Ansel masih duduk di kursi kebesarannya dan fokus pada lembaran kertas yang Alisha tak tau itu apa.

Ansel menoleh saat mendengar pintu terbuka. "Kau sudah mandi? Apa kau membutuhkan sesuatu?" tanyanya lalu berjalan menghampiri sang istri.

Alisha mengangguk. Sedikit malu sebenarnya. Meskipun sudah menikah, tetap saja malu!

"Buka pintunya," ucap Ansel.

Alisha menggeleng, "T-tolong belikan aku p-pembalut," ujarnya malu-malu. Ia tak berani menatap wajah Ansel.

"Hanya itu?" tanya sang suami.

Alisha mengangguk dan langsung menutup pintunya kembali. Bahkan ia lupa meminta untuk mengambilkan pakaian. Alisha merutuki kebodohan nya.

Beberapa menit menunggu, Ansel langsung masuk begitu saja ke dalam kamar, mengejutkan Alisha yang sedang asik berkaca.

Pria itu menyodorkan dua paper bag pada Alisha dan langsung diterima oleh gadis itu.

"Di dalam ada jamu untukmu," ucap Ansel.

"Tidak usah malu. Bukankah kau kucing pemberani?" katanya lagi.

Wajah Alisha langsung berubah garang. "Aku bukan kucing!" kesalnya.

Ansel tersenyum mengejek, "Dasar kucing kecil," ucapnya. Setelah itu ia segera keluar dari kamar dan kembali berkutat dengan pekerjaannya.

Mengusir rasa kesalnya, Alisha segera masuk ke kamar mandi lagi untuk berpakaian.

"Dia adalah manusia yang paling menyebalkan yang pernah ku temui," gumam Alisha. Sambil berpakaian, ia bergumam tak jelas.

Ia meringis saat nyeri di perut nya kembali terasa. "Kenapa kali ini sakit sekali?" gumamnya bingung.

Selesai berpakaian, ia mengambil jamu yang dibawakan Ansel tadi.

"Bagaimana ia bisa tau minuman ini?" Lagi-lagi Alisha bergumam. Ia memutar-mutar botol itu untuk membaca manfaatnya.

Tanpa menunggu lama, segera gadis itu meminumnya dengan cepat.

Alisha keluar dari kamar setelah membereskan semuanya. Ia kembali duduk di sofa yang tadi ia tiduri. Matanya menatap Ansel yang sedang berdiri di depan jendela kaca yang besar, sepertinya dia menerima telepon dari seseorang.

Alisha bingung harus melakukan apa. Semuanya terlihat membosankan karena sejak tadi ia hanya berada di dalam ruangan tanpa keluar barang sedetik pun.

"Kau ingin makan?" tanya Ansel sambil berjalan menghampiri istrinya. Ia memasukkan ponselnya ke kantong celana.

"Masih kenyang," jawab Alisha.

"Ayo, ku antar kau pulang dulu," ujar Ansel seraya berjalan menuju pintu.

"Kenapa? Aku tidak apa-apa di sini. Aku akan menunggumu selesai," kata Alisha. Ia tidak beranjak dari duduknya.

Ansel berbalik membelakangi pintu, "Aku ada pertemuan hari ini. Kau tunggu di rumah saja."

"Jangan membantah," lanjutnya dengan tatapan serius.

Mau tidak mau Alisha menurutinya. Ia mengikuti Ansel di belakang. Sesampainya di dalam lift, Ansel menarik pinggang Alisha agar dekat dengannya. Istrinya itu suka sekali jika berjalan jauh dari jangkauannya.

"Lepaskan!" ucap Alisha. Jujur saja, ia masih belum terbiasa dengan sentuhan Ansel. Alisha merasa risih. Karena sebelumnya tidak ada pria manapun yang menyentuhnya seintim ini.

"Tidak mau," sahut Ansel acuh. Pandangannya menatap ke arah depan dengan ekspresi datar.

"Jangan terlalu erat, perutku sakit!" sentak Alisha. Wajahnya tertekuk lantaran kesal dengan sang suami.

Ansel langsung menatap Alisha dan melonggarkan sedikit rangkulannya.

"Apa kau tidak kuat berjalan?" tanya Ansel. Bertepatan dengan pintu lift terbuka. Ia langsung menggendong Alisha ala bridal style. Hal itu membuat Alisha memekik kecil karena terkejut.

"Kenapa kau—"

"Ssttt... Diam!" Ansel memotong ucapan Alisha. Ia juga kesal karena tingkah istrinya.

"Ku bilang diam ya diam," katanya lagi saat melihat Alisha ingin membantah.

Alisha berdecak dalam hati. Mendapat tamu bulanan membuat moodnya berubah-ubah. Ditambah Ansel yang juga ikut andil membuat moodnya menjadi buruk.

Veronica meneguk kasar ludahnya saat melihat Ansel keluar dari lift sambil menggendong seorang wanita. Hatinya merasa tak nyaman.

"Ternyata Pak Ansel romantis juga, ya? Ku kira dia adalah pria kaku yang tidak tau apa itu romantis," bisik wanita yang tak jauh dari tempatnya duduk.

"Iya. Tapi, itu lebih baik. Dengan begitu, lama kelamaan sifat Pak Ansel akan mencair dan tidak cuek dengan kita lagi!" bisik yang lain.

"Beruntung sekali Ibu Alisha bisa menikah dengan Pak Ansel. Pak Ansel itu sangat idaman jika menjadi suami," ucap yang satunya lagi.

Istri? Ansel sudah menikah? Batin Veronica bertanya-tanya.

Nanti, aku akan menanyakannya langsung pada Ansel. Lanjutnya.

Ia menatap nanar pemandangan di depannya. Ansel bahkan tidak meliriknya sama sekali. Veronica tersenyum kecut. Ia kembali mengerjakan tugasnya.

****

Alisha menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi mobil. Ansel sedikit menurunkan kursinya, jadi terasa lebih nyaman. Matanya terpejam, ia meresapi rasa nyeri di perutnya. Tangan mungilnya sedikit meremas perut, berharap rasa sakit itu hilang. Selain itu, Alisha merasakan mual dan pusing. Ini sangat menyiksanya.

Ansel menyadari hal itu, dan langsung menambah kecepatan mobilnya agar cepat sampai.

Beberapa menit kemudian, mereka sudah sampai. Ansel segera keluar dan menggendong Alisha, membawanya masuk ke dalam mansion.

"Siapkan air hangat dalam gelas dan botol kaca. Lalu antar ke kamarku," titah Ansel pada pelayan yang sudah standby di depan pintu.

"Baik, Tuan."

Sesampainya di kamar, Ansel merebahkan tubuh Alisha dengan pelan.

"Masih sakit?" tanyanya. Ia masih membungkuk menatap wajah pucat istrinya.

Alisha menggeleng pelan, "Tidak sesakit tadi," jawabnya.

Tak lama kemudian seorang pelayan datang membawakan air hangat yang Ansel minta tadi.

"Minumlah." Ansel menyodorkan air hangatnya ke depan mulut Alisha.

"Aku tidak tau bagaimana menghilangkan rasa sakitnya. Tapi, di internet mengatakan, jika menempelkan air hangat yang ada di dalam botol kaca ke perutmu, bisa menghilangkan rasa sakitnya," ucap Ansel panjang lebar. Ia langsung menempelkan air hangat dalam botol ke perut Alisha.

"Biar aku saja," ujar Alisha hendak mengambil alih botol yang Ansel pegang.

"Tidak boleh," sahut Ansel.

Alisha menghela nafas dan hanya diam menuruti. Tidak ada gunanya jika membantah ucapan Ansel.

***

1
Rinda
aq kok bosen ya bacanya,malah banyak yg tak skip
endang sri
Luar biasa
murniati cls
kenapa dia dibenci,pdhl dia tak seperti keluarganya katakan
𝐀⃝🥀Angelyo❤️⃟Wᵃfᴳ᯳ᷢ
terseponah
A&R
ok
Imaya Lumbanraja
Kecewa
Imaya Lumbanraja
Buruk
Titin Pangestuti
Luar biasa
Emi Kurniahendarto
keren
Irene
suka ceritanya
Sri Tati
Luar biasa
MissCuek🍂
mantap
aa sa
Luar biasa
aa sa
Lumayan
Grey
Luar biasa
Adam
The story is too bad and soft.👎
Adam
This story might be adapted from a story in a soap opera. too soft and very weak.👎
Niken Sulistyo Rini
Luar biasa
Christina Dewi
👍
Niken Sulistyo Rini
bagus juga ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!