Kagum, SHILLGE

...Keesokan harinya, pagi-pagi Faren sudah menunggu Shilla didepan rumah dengan senyuman manis serta baju rapi. Shilla yang terkejut melihat Faren didepannya yang menyapa nya dengan ramah. ...

Tampilan nya juga kembali seperti semula. 

“Mas mau apa kesini, ada urusan ya sama Ibu.”

“Oh enggak, aku kesini mau jemput kamu, ayo aku antar ke butik.”

“Oh gak usah Mas, aku bisa kok ke butik sendiri. Mas kalau ada urusan lain silahkan, takut nya ada yang marah nanti jika ada yang melihat Mas jalan sama aku.”

“Gak ada yang marah Shilla, aku sudah mengakhiri semua nya dan ingin mengulang hidup dari awal mulai sekarang.”ujarnya dengan mantap. 

...Sedikit terkejut sampai ia mengernyit kan dahinya, ia rasa Faren kerasukan atau apa kenapa mendadak menjadi seperti saat awal-awal belum terjadi apa-apa. ...

...Namun hati Shilla mengatakan jika ia harus berhati-hati dengan Faren ia tak boleh jatuh kelubang yang sama lagi. Ia tatap kedua mata Faren mencari tau sesuatu yang ganjal namun hanya terlihat tatapan ketulusan yang selama ini pun ia tak dapat. ...

“Udah jangan ganggu aku, aku mau kerja, assalamu'alaikum.”

“Eh Walaikumsalam, aku ikut.” Lalu mengekori Shilla dari belakang.

...Suasana pagi yang ia rindu kan dengan telah kembali. Wajah tulus Shilla yang sekarang menjadi dingin seolah membangunkan jiwa untuk kembali membuat wajah hangat itu kembali lagi. ...

...Saat dilampu merah Faren terus saja mengajak Shilla mengobrol walaupun Shilla tak menanggapi tetap saja ia cerewet. ...

...Tanpa disadari ada seseorang yang memperhatikan gerak gerik Shilla dan Faren. Terlihat ada dendam tersembunyi di hati seseorang itu sampai ia memukul stang motornya dengan kasar. ...

...Shilla tak sengaja bersitatap dengan seseorang orang itu yang terlihat misterius karena mengenakan helm full face, motor sport serta baju serba hitam yang mampu menutup seluruh tubuhnya. ...

“kenapa itu orang ya kok kaya ada kebencian gitu sama aku, aku aja gak kenal sama tuh orang tapi lihatinnya gitu amat.”batinnya yang terus saja bertanya-tanya. 

“Eh kok bengong itu lampu dah hijau, pada klakson itu yang dibelakang, ayo jalan.” Panggil Faren menyadarkan Shilla dari lamunan. 

Ia langsung melakukan motornya lagi tanpa menjawab ucapan Faren. 

...Sampai tiba dibutik, Faren selalu mengekori nya sembari mengatakan beberapa kata. Shilla hanya diam tak menggubris Faren yang bicara. ...

“Eh kok, eh kamu ngapain ngikutin Shilla kaya mau ilang aja.” Ketus Eni yang baru masuk ke butik. 

“Kamu urus dia ya aku sibuk nih.”

“Eh masa aku perdulikan dia, ayo aku ikut kamu pergi.” Menggandeng lengan Shilla lalu keluar butik meninggal kan Faren yang masih ternganga dirinya tak dianggap. 

“Ebuset, kok aku ditinggal, eh kalian aku ikut.” Sedikit berlari sampai parkiran ia sudah ngos-ngosan, membuat Shilla dan Eni keheranan lalu mereka meninggalkan Faren lagi. 

...Shilla dan Eni menuju tempat produksi sendal dan sepatu yang baru saja Shilla kembang kan, ia beti nama Shillshoe ia menggunakan brand sendiri untuk segala kelangkaan pesanan wedding. ...

...Keduanya masuk kedalam dan langsung disambut hangat oleh meneger disana. Dengan senyuman manis keduanya menanyakan untuk pesanan wedding yang akan dikirim 6 bukan lagi. Namun tiba-tiba ada notif pesan dari Ning Zahra jika ia tak jadi mengelar acara anniversary karena ternyata Ayah nya Ning tidak setuju begitu juga dengan Ayah mertuanya. ...

...Namun pesanan akan tetap diambil entah untuk apa nanti nya , dan juga tanggal nya tetap sama tak berubah. ...

...Shilla mengiyakan lalu ia kembali mengecek ke rumah produksi lainnya hingga malam tiba. Cukup tenang karena Faren tidak tau tempat tersebut. Keduanya pulang namun mampir ke butik terlebih dahulu dan ternyata Faren masing menunggu nya didepan butik sembari bersandar di tembok dan memejamkan matanya. ...

...Seulas seyum terukir di bibir tipis Shilla, namun ia segera tersadar jika ia tak boleh baik terhadap Faren. ...

“Bangun udah malam, ngapain kamu masih disini.” Tegur Eni dengan nada kesal. Faren tersadar lalu langsung memanggil nama Shilla ia mencari keberadaan Shilla yang tak ada bersama nya. 

“Shilla mana?.”

“Udah pulang lah, ngapain juga dia nungguin kamu, makanya jangan tidur jadi gak kaya orang linglung.”tukasnya lagi berlalu pergi meninggalkan Faren yang masih ingin melontarkan pertanyaan. 

“Lah dasar jelangkung, datang ngagetin pergi gitu aja.” Gumamnya lalu beranjak ke arah motor nya. 

Ia harus cepat menyusul Shilla, dan tepat Shilla sedang mampir membeli bakso langganan nya dengan cepat ia menghampiri  nya. 

...Shilla yang sedang memainkan handphone pun terkejut, saat indra penciuman nya seperti mengenali aroma parfum vanila. ...

...Ia mendongak kan kepala dan langsung mendapati senyuman manis Faren. Seraya Istighfar karena terkejut, wajah Faren sangat dekat dengan wajah nya. ...

“Bisa gak sih jangan ngikut mulu!.” Kesalnya. 

“Gak bisa, soalnya kamu harus jadi milik ku seutuh nya.” Diiringi senyuman seringai  diwajah Faren. Shilla yang melihat itu sudah merinding, tubuhnya sedikit bergetar namun ia berusaha tetap tenang menutupi rasa takut itu. 

...Sedang kan Faren terus merepet tempat duduknya sampai di ujung,Shilla beranjak dari duduk dan mengambil pesanan sembari melangkah ke arah motornya. ...

...Faren tak ingin ketinggalan ia mengikuti Shilla lagi, sampai ia menghela nafas kasar saat mendapati Faren mengekori nya lagi.  Shilla menghentikan motornya lalu menghadang Faren, ia sudah merasa jengah 1 hari ini Faren terus mengikutinya. ...

“Mau kamu apa sih!. Berhenti ikutin aku napa.”

“Aku mau kamu menjadi milik ku.”

Sahutnya seraya turun dari motor dan melepas helm full face nya. 

“Gila kali kamu, sudah ku jelas kan berapa kali jika aku hanya mengangap kamu itu teman gak lebih ngerti!.”

“Enggak, aku gak mau ngerti. Maaf aku telah banyak melukai mu maaf Shilla.” Ujarnya dengan tulus dan ingin mengenggam tangan Shilla namun dengan cepat ia menepis tangan Faren. 

“Dari dulu sampai sekarang aku gak pernah menaruh hati ke kamu ya Faren. Ingat kan kamu hanya mencari ku saat kesepian dan patah hati, sudah cukup kamu perlakukan seperti itu. Cukup sampai disini anggap saja kita gak pernah bertemu.”

“Gak, aku gak mau. Aku mau kamu yang seperti dulu, aku sayang kamu Shilla.”

“Heleh, modal ngomong doang mana bisa dipercaya. Aku yakin kamu pasti punya simpanan di belakang kan, buktinya saat aku operasi saja kamu malah bermesraan dengan wanita lain. Aku memang anggap kamu teman tapi saat mendengar kabar itu aku merasa telah salah menilai orang.”

“Aku kira kakak beda dari yang lain, aku kira kakak itu baik ternyata tak jauh berbeda dengan ular yang sangat berbisa. Sekarang cukup jangan anggap aku adik mu lagi, permisi.”

Shilla pergi meninggalkan kan Faren yang masih ingin berbicara lagi. Ia sudah tak mau mendengar celotehan omong kosong Faren, ia sudah benar-benar tak mau dekat lagi dengan Faren.