NovelToon NovelToon
Hati Seluas Samudera

Hati Seluas Samudera

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom
Popularitas:15.5k
Nilai: 5
Nama Author: nurilmi

Perjalanan hidup yang berliku-liku harus diterima dengan penuh keikhlasan. Sebagai seorang single parents yang memiliki seorang anak laki-laki itu tak mudah. Setelah kehilangan pekerjaan di salah satu perusahaan di ibukota.
Akankah berakhir dengan bahagia di perjalanan hidupku ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurilmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 14

Satu bulan telah berlalu aku dan Fahri sudah mulai terbiasa hidup dengan sederhana. Tetangga rumah kontrakan ramah-ramah dan rata-rata orang yang bekerja. Jumlah rumah kontrakan petakan ini ada sepuluh itupun isi semuanya.

Aku dan Fahri merasa nyaman dengan lingkungan sekitar rumah kontrakan yang aman. Alhamdulillah para tetanggaku ini sangat menjaga privasi ku yang hanya seorang se gle parents.

"Fahri ayo lekas nak,tante Nisa sudah menunggu kita di luar", seruku memanggil Fahri.

Hari ini kebetulan hati minggu, aku dan Fahri diajak pergi oleh Nisa sama Rangga ke car free day. Tak lama Fahri sudah muncul di hadapan ku dengan pakaian santai celana training dan kaos oblong juga sepatu kets.

" Ayo bu kita jadi jalan kan sama tante Nisa", ujar Fahri kepadaku.

"Iya nak", ucapku seraya mengunci pintu rumah.

Kami pun melaju ke arah jalan Jenderal Sudirman mengendarai mobil yang di kemudikan oleh Rangga adik sepupu almarhum ayah Fahri.

Tidak sampai satu jam kami pun sudah sampai di area car free day. Aku berjalan beriringan dengan Nisa. Sedangkan Fahri jalan beriringan dengan Rangga dan Rasya anak dari Rangga dan Nisa.

Terlihat ramai orang berjalan santai di area car free day saat ini. Kami berlima sempat berfoto-foto ria sejenak. Setelah merasa lelah akhirnya kami berlima pulang dan singgah di tukang bubur ayam.

Saat sedang memesan bubur ayam aku melihat sekeliling orang yang ramai makan bubur ayam. Dan kulihat segerombolan anak muda yang sedang bersenda gurau seraya menunggu pesanan bubur ayam, di salah satu dari mereka ternyata ada cowok yang waktu lalu aku tak sengaja menyenggol bahunya. Cowok itu sempat melihat ke arahku saat bersirobok mata dengan tatapan yang sulit diartikan.

" Mbak Sarah ayo lekas di makan bubur ayamnya nanti keburu dingin ", ucap Nisa kepadaku.

"Iy-ya Nis", ucapku seraya mengalihkan pandanganku saat Nisa memergoki aku melihat ke segerombolan anak muda.

" Ibu aku tak suka daun seledrinya", ujar Fahri kepadaku.

"Sini nak,letakan di mangkok bubur ayam ibu saja", ucapku membantu memindahkan daun seledri dari mangkok bubur ayam Fahri ke mangkok bubur ayam ku.

Karena cukup ramai kami berlima selesai makan bubur ayam segera membayarnya lalu pulang ke rumah.

" Mbak Sarah jadi main ke rumahku kan, sudah lama mbak Sarah enggak main kerumah ", ujar Nisa yang duduk di sebelah ku dalam mobilnya.

" Jadi dong Nis", ucapku tersenyum padanya.

Hari ini aku dan Fahri memutuskan untuk bermain ke rumah Nisa menghilangkan penat yang ada. selama ini aku dan Fahri jarang sekali bepergian sejak tinggal di rumah kontrakan.

Satu jam kemudian kami sudah sampai di rumah Nisa, disambut oleh ibunya Nisa.

"Assalamu'alaikum", kuucapkan salam dan menyalami ibunya Nisa yang sudah berusia 65 tahun tapi terlihat masih sehat bugar dan cantik.

" Walaikumsalam ya Allah nak Sarah apa kabar, sehat-sehat ya nak", ucap ibunya Nisa tersenyum dan memelukku.

"Alhamdulillah aku dan Fahri sehat bu", ucapku seraya menyambut pelukannya.

" Syukur alhamdulillah kalau gitu nak Sarah, ibu pun turut senang ", ucapnya tersenyum padaku.

Aku dan Fahri duduk bercengkrama dengan keluarga Nisa juga ibunya.

" Nak Sarah kenapa tidak jadi menempati rumah ibu yang dekat dengan sekolah Fahri", ujar ibunya Nisa yang bernama ibu Galuh.

"Tidak apa ibu, saya dan Fahri tidak ingin merepotkan bu Galuh juga Nisa", ucapku tersenyum.

" Tempatilah nak biar nanti rumah itu ada yang merawat agar tidak rusak, biarkan ibu juga Nisa membantu meringankan beban di pundakmu ", kata bu Galuh sendu menatapku.

"Jangan sungkan dan jangan merasa kamu sendirian nak Sarah, anggaplah ibu ini adalah ibumu nak", ujar ibu Galuh kepadaku.

Aku langsung menghambur memeluk bu Galuh erat,aku menangis dalam pelukannya. Serasa memiliki seorang ibu kembali.

" Ibu hanya memiliki anak hanya satu yaitu Nisa,nak Sarah sudah ibu anggap anak ibu sendiri selayaknya ibu kandung mau ya nak Sarah menempati rumah ibu yang berada dekat sekolah Fahri", ucap bu Galuh menatapku dengan air mata yang berlinang.

Lalu aku menatap ke arah Nisa dan Rangga, mereka menganggukkan kepala menyetujui apa yang sudah di katakan dan di putuskan oleh bu Galuh terhadapku.

"Baik bu aku dan Fahri akan menempati rumah ibu yang berada di dekat sekolah Fahri, terimakasih banyak ibu telah menganggapku sebagai anak ibu sendiri dan Nisa sudah aku anggap adikku sendiri sejak dulu jasa ibu tidak akan aku lupakan selamanya", ucapku pelan.

Dan Nisa pun menghambur memelukku menangis terharu saat aku mengucapkan kata-kata yang membuatnya terenyuh.

Fahri dan Rasya yang sejak tadi main di ruangan sebelah melihat kami menangis berpelukan, langsung mendekati kami menatap dengan tatapan yang sendu.

" Mama sama bude juga eyang uti kenapa pada menangis", ucap Rasya menatap kami bertiga,

"Ibu baik-baik saja kan? tanya Fahri selanjutnya.

Aku dan Nisa menggelengkan kepala dan tersenyum menatap mereka.

Sore harinya yang semula aku dan Fahri ingin pulang ke kontrakan tertahan oleh ibu Galuh yang tidak mengijinkan kami pulang akhirnya menginap di rumah Nisa satu malam, besok pagi akan diantar oleh Nisa dan Rangga.

Hari pun silih berganti aku dan Fahri diantar pulang ke kontrakan pagi-pagi sekali. Sampai di kontrakan Fahri berganti pakaian dan lanjut berangkat sekolah. Bekal sekolah Fahri sudah siap tadi sempat membelinya dalam perjalanan.

" Ibu jadi kita akan pindah rumah ke rumah eyang uti", tanya Fahri padaku.

"Iya nak rumah yang dekat sekolah hanya beda gang saja nanti kamu bisa berangkat sekolah sendiri tidak apa-apa kan nak", ucapku menatap Fahri lekat.

"Alhamdulillah masih ada orang yang baik sama kita ya bu", ujar Fahri tersenyum.

" Iya nak kita mesti bersyukur pada Allah", ucapku memberi pengertian untuk Fahri.

"Ayo bu keburu kesiangan kita berangkat sekarang", ajak Fahri seraya menarik tanganku untuk segera pergi.

Kami pun pergi ke sekolah dengan mengendarai motor dengan kecepatan sedang. Setelah dari sekolah aku pun ke rumah bu Galuh yang akan aku dan Fahri tempati.

Sampai di rumah bu Galuh yang lama sudah ada Nisa dan seorang ibu-ibu yang membantu membersihkan rumah tersebut setelah beberapa bulan kosong tidak di sewakan.

" Assalamu'alaikum", ucapku pada Nisa yang sedang menunggu ku.

"Walaikumsalam masuk sini mbak Sarah", ujar Nisa saat melihatku.

" Rangga sudah berangkat kerja Nis", tanyaku seraya melihat sekeliling.

"Sudah mbak".

" Oya mbak Sarah, ini mbok Darmi yang akan bantu-bantu mbak Sarah di rumah ini", ujar Nisa kepadaku.

Aku tersenyum menyambut uluran tangannya saat akan berjabat tangan.

"Perkenalkan saya mbok Darmi mbak", ucapnya seraya tersenyum.

" Saya Sarah", ucapku tersenyum pula.

"Nanti ada orang suruhan mama yang akan membawa barang-barang mbak Sarah dari kontrakan ke sini", ucap Nisa memberitahu aku agar nanti tidak terkejut.

" Aku belum mengemasi pakaianku dan Fahri, Nisa", ujarku.

Setelah aku berunding dengan Nisa akhirnya hanya pakaianku dan Fahri yang akan kubawa. Karena di rumah mama Galuh perabotan semua sudah tersedia aku hanya menempatinya saja.

Mulai sejak aku diangkat menjadi anak bu Galuh, aku memanggil dengan sebutan mama sama halnya dengan Nisa.

Dengan mengendarai mobil Nisa menemaniku untuk mengemasi pakaian aku dan Fahri. Dan barang-barang perabotan ku akhirnya kuputuskan di jual, uangnya bisa untuk menambah usaha yang lain.

Tidak terlalu lama aku mengemasi pakaianku dan Fahri juga buku-buku Fahri tak tertinggal pula. Aku pamitan dengan pemilik rumah kontrakan juga pamitan dengan tetangga rumah kontrakan terutama dengan si cantik Shanum yang selalu membuat aku dan Fahri terhibur.

Kulihat jam di ponselku saatnya untuk menjemput Fahri di sekolah.

"Nisa kita singgah di sekolah Fahri dahulu ya, ini sudah waktunya Fahri pulang sekolah", ucapku menatap ke samping kananku.

" Siap mbak Sarah", ujarnya tersenyum.

Saat aku lihat Fahri berdiri di depan gerbang sekolah, ku menghampirinya.

"Fahri mari kita pulang", ucapku tersenyum.

" Baik ibu", jawab Fahri seraya melihat ke sekeliling.

"Apa yang kamu cari Fahri? tanyaku.

" Motor ibu kemana", tanya Fahri masih melihat sekelilingnya.

"Ada di rumah eyang uti", jawabku seraya tersenyum dan menggandeng tangan Fahri.

Kami berdua menuju ke mobil, Nisa sudah menunggu di dalam mobil.

" Maaf ya Nis agak lama", ucapku kepada Nisa seraya membukakan pintu mobil bagian tengah untuk Fahri dan aku duduk di bagian depan samping pengemudi.

"Tak apa mbak Sarah", ujarnya tersenyum.

" Hallo jagoan tante kita pulang ke rumah baru yang akan Fahri dan ibu tempati ya", seru Nisa menyapa Fahri.

"Ayo siapa takut tante ", ujar Fahri tak kalah seru.

Aku tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Nisa dan Fahri. Kami pun pulang ke rumah mama Galuh.

1
Nụ cười nhạt nhòa
Update secepatnya thor! Kami sudah tidak sabar ingin tahu kelanjutannya!
ISIMPFORMITSUKI
Nggak sabar buat lanjut ceritanya!
Isabel Hernandez
Jangan berhenti menulis thor, karyamu bisa memberikan inspirasi bagi banyak orang!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!