NovelToon NovelToon
Kerinduan Di Antara Awan

Kerinduan Di Antara Awan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Dewa Aksara

Di antara kabut tebal yang melingkupi sebuah kota kecil, terdapat dua insan yang terpisah oleh luka-luka masa lalu dan dinding-dinding yang mereka bangun di sekitar hati mereka. Maya, seorang gadis muda dengan senyum rapuh yang menyembunyikan kesedihan yang tak terucapkan, bertemu dengan Atma, seorang penyair puisi yang membawa beban kesedihan yang sama beratnya.

Dalam taman yang dikelilingi oleh awan mendung, di tempat di mana kesedihan bersarang, keduanya menemukan tempat untuk berbagi cerita-cerita mereka yang penuh dengan rahasia dan rasa sakit. Di antara puisi-puisi yang penuh dengan warna dan keheningan yang menyentuh, Maya dan Atma menemukan cinta di antara kabut-kabut kesedihan.

Namun, cinta mereka tidak datang tanpa rintangan. Bayang-bayang masa lalu yang mengejar mereka, bersama dengan rahasia-rahasia yang tersembunyi di balik senyuman mereka, menguji ketahanan cinta mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewa Aksara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perasaan yang hancur

Atma yang masih mengingat perkataan Arthan bahwa Atma adalah anak hasil dari luar nikah, dan keluarganya menitipkan kepada seorang nenek yang di anggap Atma sebagai nenek kandungnya, akan tetapi nenek itu tidak memiliki tali darah sedikitpun dengan Atma, dan sekarang Atma juga mengidap penyakit langka yang membuat dirinya lumpuh untuk selamanya.

Namun, cobaan terbesar bukanlah lumpuhnya. Akan tetapi kata-kata pahit yang dilontarkan oleh Arthan, yang tahu semuanya tentang keluaga Atma, ucapan Arthan menghantamnya seperti guntur di tengah hujan badai. Dengan kejamnya Arthan, mengatakan bahwa Atma tidak layak menjadi bagian dari keluargakarena dia adalah anak di luar pernikahan.

Kata-kata itu mengguncang hati Atma lebih dari cedera fisiknya. Arthan menciptakan luka yang dalam dan menghancurkan kepercayaan dirinya. Atma merasa terbuang, tak diinginkan, dan tidak berharga. Dia terpuruk dalam kegelapan yang menyelimutinya, terjebak dalam siklus putus asa dan kesedihan yang tak kunjung berakhir.

Setiap hari, Atma duduk sendirian di kamarnya, menatap kosong ke dinding putih di depannya. Dia merenung tentang masa lalunya yang menyakitkan dan masa depannya yang tampak suram. Dia merasa seperti tidak ada lagi harapan bagi dirinya, seperti tak ada cahaya di ujung terowongan yang gelap yang dia hadapi.

Namun, Maya tetap mencoba mengembalikan asa Atma, akan tetapi disaat Maya mencoba menenangkannya, Atma hanya terdiam dan tidak menghiraukan Maya yang berada di sampingnya.

“Tatapan itu” Ucap maya dalam hati. ”Tatapan Atma adalah tatapan yang pernah aku alami, disaat kegelapan dan kenyataan menampar secara bersamaan, tak kuasa aku melihat dirimu seperti ini, Atma” Maya meninggalkannya dan menutup pintu kamarnya perlahan, Maya melihat sekilas bahwa Atma tetap saja diam dengan tatapan kosongnya.

Maya tidak pernah meninggalkan Atma sendirian. Dia mengunjungi Atma setiap hari, membawa senyum, kehangatan, dan harapan. Dia mengingatkan Atma bahwa dia tidak sendirian, bahwa dia memiliki orang-orang yang peduli dan mencintainya.

Akan tetapi Maya tidak bisa mengembalikan Atma yang ia kenal, Atma sangat tenggelam, ucapan Arthan hari itu menghantui pikirannya, bahkan disaat tertidur, Atma memimpikan Ibu dan Ayahnya membuang dirinya di depan pintu Almarhumah nenek yang merawatnya.

Meskipun Atma tenggelam dalam kegelapan hatinya, Maya tetap setia di sisinya, membawa cahaya dan harapan dalam kehidupannya yang penuh dengan tanda tanya dan ucapan dari Arthan. Setiap hari, Maya datang mengunjungi Atma, membawa makanan, dan menyuapkannya dengan penuh kasih sayang. Namun, meskipun Atma menerima makanan yang disajikan oleh Maya, matanya tetap terlihat kosong, tatapan yang terpaku pada jauhnya dunia yang menyelimutinya.

Maya mencoba menghibur Atma, memancing percakapan yang berusaha mengalihkan perhatiannya dari kegelapan yang menyelimutinya. Dia membicarakan kenangan indah mereka bersama di pohon perjanjian di taman, tempat di mana mereka berjanji untuk selalu saling mendukung dan mencintai satu sama lain. Maya berharap bahwa mengingat kenangan itu akan membantu Atma melewati masa sulitnya.

"Tahukah kamu, Sayang, betapa indahnya hari itu di taman?" ujar Maya dengan suara lembut, berharap untuk mendapatkan tanggapan dari kekasihnya.

Namun, jawaban yang dia dapatkan hanya keheningan. Atma terdiam, matanya tetap kosong, tak menunjukkan tanda-tanda respons terhadap kata-kata Maya. Dia masih terjebak dalam gelapnya pikirannya sendiri, terdampar di lautan kesedihan yang dalam.

Meskipun Maya merasa terluka karena diabaikan oleh Atma, dia tidak pernah menyerah. Dia terus bersabar, tetap mendampingi dan mencintai kekasihnya dengan sepenuh hati. Dia ingat saat-saat sulit ketika dia sendiri terpuruk, dan bagaimana Atma selalu ada di sampingnya, memberikan dukungan dan kehangatan tanpa pamrih.

Dengan tekad yang kuat, Maya bertekad untuk tidak meninggalkan Atma. Dia tahu bahwa di balik lapisan kesedihan dan putus asa, masih ada cahaya kecil yang dapat menyala kembali. Dia akan tetap bersama Atma, memberinya dukungan dan kasih sayang yang dia butuhkan, sampai cahaya itu kembali bersinar terang dalam hidupnya.

Saat Atma sendirian di kamarnya, hujan deras membasahi tanah di luar, menciptakan serangkaian suara gemuruh yang melengking di keheningan malam. Namun, di dalam kamarnya, keheningan itu terpecah oleh kehancuran yang dilakukan oleh Atma.

Dipenuhi dengan kemarahan dan kesedihan yang memuncak, Atma tidak bisa lagi menahan gejolak emosinya. Ucapan pahit Arthan terus terngiang-ngiang di telinganya, merobek-robek hatinya dengan kejam. Tanpa sadar, Atma memulai tindakan tanpa terkendali. Dia mengobrak-abrik kamarnya, melemparkan barang-barang dengan marah, dan merobek-robek kertas-kertas yang berisi puisi-puisinya.

Lemari yang sebelumnya dipenuhi dengan karya-karya Atma sekarang menjadi saksi bisu dari kemarahan yang tak terbendung. Kertas-kertas puisi yang sebelumnya diisi dengan kata-kata indah dan makna mendalam kini berubah menjadi serpihan-serpihan kecil yang berserakan di lantai.

Dengan teriakan yang meluncur dari kerongkongan yang terasa terbakar oleh kebencian dan putus asa, Atma meluapkan semua rasa yang ada di hatinya. Dia menjerit keras, membiarkan kemarahan dan kesedihan itu membanjiri setiap serat tubuhnya.

Namun, seiring dengan meluapnya emosinya, kekuatan fisiknya semakin melemah. Kursi rodanya tiba-tiba terjatuh, menjatuhkan Atma ke lantai dengan keras. Tubuhnya yang lumpuh tidak bisa lagi menahan dirinya, dan Atma akhirnya terbaring di lantai, terpapar oleh kelelahan yang menghantamnya setelah meluapkan segala emosinya.

Dalam kelelahan yang mendalam, Atma tertidur dalam keadaan menangis. Namun, bahkan dalam tidurnya, bayang-bayang kata-kata pahit Arthan masih menghantuinya, memenuhi mimpinya dengan kegelapan dan kehampaan.

Maya mengunjungi rumah Atma dengan harapan membawa sedikit keceriaan dalam hidupnya yang sedang penuh dengan kegelapan dan kehampaan. Dia membawa kue cokelat kesukaan Atma, berharap bahwa mungkin rasa manis dari kue itu bisa menyentuh hati yang terluka dan membawa sedikit kebahagiaan.

Dengan penuh perhatian, Maya masuk ke dapur Atma dan mengambil piring kecil serta sendok untuk menyajikan kue itu. Senyum terukir di wajahnya, memancarkan kehangatan dan harapan agar Atma kembali seperti dahulu kala.

Namun, ketika Maya membawa sepotong kue ke kamarnya, dia terkejut melihat pemandangan yang mengejutkan di hadapannya. Kamar Atma sangat berantakan, dengan barang-barang yang berserakan di lantai dan kursi rodanya tergeletak dengan kacau. Maya segera berlari ketika maya melihat Atma tergeletak di antara kertas dan barang-barang yang berantakan.

Maya segera membantu Atma membaringkan tubuh Atma ke atas kasur, Maya segera melihat dan mengusap pipi Atma dengan penuh rasa sedih akan apa yang di alami oleh Atma, Maya meneteskan air matanya dan segera merapikan kamar Atma.

Saat Maya merapikan kamar Atma, Maya melihat kue yang ia bawa sudah jatuh kelantai tanpa ia sadari, ia segera membereskan kue yang di lantai depan kamar Atma, Maya sangat bersedih melihat keadaan kekasihnya.

Maya tidak menyerah. Meskipun terkejut dan sedih melihat keadaan kamar Atma, dia tetap berusaha untuk membawa sedikit keceriaan dalam hidupnya. Dengan hati yang penuh kasih, setelah Maya membersihkan dan merapikan kamar Atma, dengan langkah hati-hati, dia mendekati Atma yang terbaring dengan lembut.

Dengan penuh kasih sayang, Maya memulai percakapan ringan dengan Atma, mencoba mengalihkan perhatiannya dari kegelapan yang menyelimutinya. Dia berharap bahwa walaupun keadaan mungkin sulit, Atma masih bisa menemukan kebahagiaan dan harapan jika Maya terus berada disampingnya.

1
Kana
bangun atma. ku tabok ya bkin cape nangis kau/Right Bah!/
Kana
pingsan aja biar ga cape 🙃
Kana
lagi kerja aku jgn dibuat nangis bisa? 🥺
Gema: siapa suruh baca di saat kerja wkwkw
total 1 replies
Aegis Aetna
aku mampir kak, semangat.
Gema: Terimakasih udah mampir yaa
total 1 replies
Kana
😢 ini mah buku diary
Kana
elma😭
Gema: parah elma nya ya
total 1 replies
ATAKOTA_
sangat menyentuh
Gema: terimakasih
total 1 replies
Kana
Ga sabar pengen ketemu kayanya ya🤭
Kana
ciiee 😚
Kana
Jangan makan pedes atma🤨
Gema: hahaha
total 1 replies
Kana
kasian lestari🥀
Gema: Maaf ya wkwkw
total 1 replies
Kana
jahil nya 🤨
Kana
Semangat Nulisnya🥰
Gema
Selamat menikmati perjalanan Atma dan Maya yah
Gema
senyum senyum yah wkwkw
Kana
Senyum2 nah🤭
Kana
Semangat dan Sukses Untuk Novelnya 🌷
Kana
Keren🥰
Gema: makasih sayang
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!