"Andai aku mempunyai kesempatan kedua, aku ingin menjadi orang baik. Aku ingin meminta maaf, dan aku ingin melindungi Vittoria," batin Paolo sebelum jantungnya berhenti berdetak.
Paolo Sorgia adalah ketua mafia yang paling ditakuti di Italia. Diakhir hidupnya dia memohon pengampunan kepada Tuhan agar diberikan kesempatan hidup lagi untuk memperbaiki semua kesalahannya. Siapa sangka permohonannya terkabul, namun dia bertransmigrasi ke tubuh pemuda gendut.
"Kenapa tubuhku penuh lemak? Dimana perut sixpack-ku?" Paolo meraba perutnya yang dipenuhi lemak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Paolo berjalan dengan langkah lebar keluar dari area sekolah tersebut. Semua murid yang berada di koridor sekolah menatapnya sinis, dan mencibirnya di dalam hati. Paolo tidak memperdulikan mereka, dia terus berjalan sampai langkah kakinya terhenti saat sampai di luar pintu gerbang sekolahan.
"Huh!" Paolo membuang nafas kasar sambil berkacak pinggang. "Kenapa anak zaman sekarang pada bandel-bandel? Rasanya aku ingin mencekik mereka dan memasukkan mereka ke kandang singa!" geram Paolo, kemudian melanjutkan langkahnya menuju toko bunga milik Ibu Isa.
"Dan!" seru seorang pria yang menaiki mobil besar warna hitam melaju pelan mengikuti Daniel yang berjalan pelan di pinggir jalan.
Paolo tidak menoleh karena dia belum terbiasa panggilan 'Daniel'.
Pria tersebut terus memanggil dengan sebutan 'Daniel' tapi karena Paolo tidak kunjung menoleh atau berhenti kemudian memanggil dengan sebutan lain.
"Pao ... Pao ..."
Paolo seketika itu menoleh, kedua mata sipitnya memicing dan lidahnya mendecak ketika melihat Daouglass menyingir kuda sambil menyembulkan kepala keluar dari jendela mobil.
"Dog." Paolo berhenti lalu lebih menepi memberikan akses pada Douglass untuk memarkirkan mobil di pinggir jalan.
"Ayo, masuk boss. Aku menunggumu sejak tadi, tapi kau malah pergi begitu saja," ucap Daouglass, keluar dari mobil lalu membukakan pintu penumpang bagian belakang untuk Paolo.
"Aku bukan boss mu lagi, jadi berhentilah memanggiku seperti itu." Paolo membuka pintu bagian depan, lalu mendudukkan diri di sana.
"Bagiku kau masih bossku. Bagaimana hari pertama sekolahmu, apakah menyenangkan?" tanya Douglass ketika sudah duduk di balik kemudi.
"Buruk!" jawab Paolo tidak bersemangat. "Anak-anak itu sangat menyebalkan! Rasanya aku ingin membidik kepala mereka satu persatu!" lanjutnya geram, dan Douglass memberikan semangat untuknya agar tetap sabar dan tidak terbawa emosi.
Paolo menoleh pada Douglass. "Aku boleh minta tolong padamu?" tanya Paolo.
"Boleh, katakan saja. Karena kau adalah bossku," jawab Douglass tersenyum.
"Cari tahu tentang keluarga Rauol, ketua Black Devil di High School," perintah Paolo, tegas.
"Siap, Boss!"
Douglass mengeluarkan tas berukuran kecil dari dasboard mobil, lalu memberikannya kepada Paolo.
"Apa ini?" tanya Paolo, menerima tas tersebut.
"Identitas barumu. Serta kartu ATM, kartu Kredit, dan semua asetmu sudah aku alihkan semua atas nama Daniel. Maaf, tidak memberitahumu tentang hal ini, karena aku pikir kau akan setuju," jelas Douglass sambil fokus menyetir mobil.
Paolo mengerjabkan mata, dia membuka tas itu dengan cepat, dia mengeluarkan semua isinya, "aku pikir semua asetku sudah di sita," ucap Paolo seakan tidak percaya.
"Aku melindungi aset-asetmu yang sangat berharga. Hanya saja aku tidak bisa menyelamatkan perusahaanmu yang sekarang di sita Negara."
"Tidak apa-apa, karena perusahaan itu tidak seberapa dibandingkan dengan semua asetku," jawab Paolo, tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada Douglass.
"Tapi, aku mengambil sedikit uangmu untuk membeli mobil ini, he he he." Douglass tersenyum lebar dan canggung takut kalau Paolo marah.
"Santai saja, Dog. Anggap saja ini bonus untukmu," jawab Paolo, tidak masalah jika harus memberikan sebagian hartanya kepada Douglass yang sudah sangat setia kepadanya.
"Terima kasih banyak, Boss. Aku sangat menyayangimu."
"Tapi, aku tidak! Enyah kau dari sisiku!" umpat Paolo sambil menepis tangan Douglass yang akan memeluknya.
Douglass tertawa renyah, dia sama sekali tidak sakit hati dengan segala umpatan Paolo. Mobilnya terus melaju menuju toko bunga ibu Isa sesuai perintah Paolo.
"Ada apa ramai-ramai?" Paolo merasa heran ketika ada banyak orang yang berkerumun di depan toko bunga milik Ibu Isa.
"Apa terjadi sesuatu pada Ibu Isa?" tanya Douglass mulai overthinking.
Paolo bergegas keluar dari mobil, berjalan membelah kerumunan di depan toko bunga Ibu Isa yang terletak di pinggir jalan pusat Kota Milan, Italia.
SMG GAK KETAHUAN BISA NGAMUK PAPA ARION
KASIH MAKANAN ATAU HADIAH APA KESUKAANNYA TANYA VITT