Generation Sandwich, istilah yang sering di gunakan baru-baru ini. Mungkin sebagian ada yang menjadi pelakunya, ada juga yang menganggapnya hanya sebuah sudut pandang semata.
Tumbuh dan besar dari kalangan menengah kebawah menjadikan seorang gadis cantik bernama Hima Narayan kuat dalam menjalani kehidupannya.
Tanpa di ketahui banyak orang, nyatanya Hima menyimpan luka dan trauma tersendiri dalam hidupnya. Tentang pengkhianatan dan kekecewaan di masa lalu.
Ganindra Pramudya Suryawilaga : " Saat aku pikir kamu adalah rumah yang ku tuju. Tapi kamu justru menjauh saat aku ingin menggapai mu. Beri aku kesempatan sekali lagi Hima!"
Kehidupan keluarganya dan kisah cintanya tak pernah berpihak padanya. Akankah Hima menyerah dengan kehidupannya???? Lantas bagaimana dengan kisah cinta gadis itu?
Semoga para reader's kesayangan berkenan mampir, terimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Siang menjelang sore, Ganin mulai melakukan tugasnya menjadi seorang pramuniaga di showroom. Banyak para SPG yang mencoba mendekat lelaki tampan itu. Tapi sayangnya Ganin hanya berusaha bersikap ramah saja, tak lebih.
Jika para SPG cantik berusaha mendekati Ganin dengan dalih ingin mengajari berjualan, tidak dengan kaum Adam. Justru mereka berlomba-lomba untuk mencari pembeli agar bonus penjualan mereka semakin banyak.
Dalam hati mereka, biar Ganin cukup jadi pajangan dan mereka yang cuan ☺️✌️
"Bang Ari, masih sibuk ya?", tanya Hima.
"Iya, Ma? Kenapa?"
"Eum..ini minta tolong anterin ke ruangan Mas Bayu!", kata Hima. Tapi melihat Ari yang sibuk dengan teman-temannya, Hima jadi tidak tega.
"Ya udah sini?!", kata Ari.
"Eh, ngga jadi deh bang! Aku aja, bang Ari lanjut kerjaan aja deh! Sebenarnya sih males ketemu Mas Bayu juga!", celetuk Hima. Ari hanya menggeleng pelan dan melihat Hima yang keluar dari gudang.
"Bang, Ganin kayaknya berat banget pindah ke showroom pasti ngga mau tuh jauh-jauh dari Hima!", celetuk salah satu anak lori.
"Jauh apanya? Mereka tinggal di tempat yang sama!", sahut yang lain. Ari tak mengomentari mereka hanya menggelengkan kepalanya pelan.
Hima membawa copy an surat jalan untuk di setorkan kepada atasannya. Jika ia biasa menyuruh bang Ari, tidak kali ini karena Ari sedang sibuk.
Alhasil, ia jalan sendiri ke ruangan itu.
Hima melewati lorong antara showroom dan jalan menuju gudang. Sebagai sosok cantik dan ramah tapi tidak centil, banyak yang terang-terangan menyatakan cinta pada Hima.
Sayangnya, Hima belum bisa membuka hatinya untuk orang lain. Entah beberapa waktu yang akan datang.
Hima yang melintas dengan gaya cueknya menjadi pusat perhatian Pa. Ada yang masih berharap pada keajaiban bahwa Hima akan mau menerima cintanya, tapi lagi-lagi harapannya harus pupus karena penolakan Hima.
Tak berbeda dengan para Pa, Ganin pun menatap Hima yang berjalan ke arah ruangan Bayu.
Ganin yang sedang mendapatkan briefing dari Helga selaku senior di sana pun seolah abai dan memilih menatap punggung Hima yang menjauh.
"Heh, kamu ngga dengerin saya? Liatin apa sih? Hima? Apa bagusnya si Hima itu!", kata Helga kesal karena Ganin terlihat cuek padanya. Padahal biasanya anak baru akan bertekuk lutut di hadapannya.
Tapi tidak dengan Ganin yang sama sekali tak tertarik pada Helga. Jangankan tertarik, bicara saja seperlunya.
"Mba Helga, saya sudah paham penjelasan mba. Saya mau isi air minum dulu, Mba. Haus!", kata Ganin yang langsung meninggalkan Helga dan akan mengejar Hima.
Helga semakin kesal di buatnya. Padahal brondong seperti Ganin adalah laki-laki impiannya. Para SPG yang tadi sempat di singkirkan oleh Helga hanya menahan tawanya agar Helga tak mendengarnya.
Hima belum sampai ke ruangan Bayu, tapi ponselnya kembali berdering. Kali ini kakaknya yang nelpon.
[Assalamualaikum mba]
[Walaikumsalam, Hima! Mana tambahan transfernya? Udah mau jatuh tempo tahu ngga!]
[Mba Alin, aku udah ngga ada duit lagi. Emang mba pikir aku di Jakarta ngga punya kebutuhan? Iya?]
[Kamu kan bisa pinjam sama teman atau atasan kamu yang katanya naksir kamu itu...]
[Cukup mba Alin! Udah ya, aku lagi kerja. Assalamualaikum]
Tanpa menunggu jawaban dari Alin, Hima langsung mematikan sambungan teleponnya.
Gadis itu mendesah pelan dan memejamkan matanya beberapa saat lalu setelah itu ia pun membuang nafas panjang.
"Ayo Hima.... semangat!"
Gadis itu akan mengetuk pintu ruangan Bayu tapi ternyata Bayu membuka nya dari dalam dan akan keluar dari ruangannya.
"Eh, Hima!?", sapa Bayu lembut.
"Ini mas mau antar copyan surat jalan!", Hima mengulurkan tangannya untuk memberikan setumpuk kertas tipis berwarna kuning itu.
Bayu memang menerimanya tapi bukan kertas saja yang ia pegang melainkan tangan Hima. Dengan cepat Hima menepis tangan Bayu itu.
"Mas Bayu!", sentak Hima.
"Kenapa sih Ma, kamu selalu seperti ini sama saya?", tanya Bayu.
"Mas, saya harap mas Bayu ingat kalau sudah beristri dan bahkan punya anak."
"Saya ingat Hima, tapi saya juga tidak bisa melupakan perasaan saya sama kamu selama ini. Kalau saja kamu menerima saya sejak dulu, ngga mungkin saya sampai salah langkah menikahi Mona!", kata Bayu.
"Asmunah, Mas?!", Hima selalu membenarkan jika ada yang salah menyebut nama mantan sahabatnya itu.
"Huh! Iya iya....!", sahut Bayu.
"Ya udah mas, saya balik ke gudang!", pamit Hima. Tapi Bayu menahan tangan Hima dan Ganin yang akan mengisi ulang botolnya pun melihat apa yang Bayu lakukan.
Ada perasaan tidak rela saat Bayu menyentuh tangan Hima. Dan entah dorongan dari mana, kaki Ganin melangkah ke arah Hima dan Bayu.
"Mas, tolong kondisikan tangannya ya! Saya ngga mau ada yang melihat seperti ini dan berujung menjadi fitnah!", kata Hima memutar tangannya untuk melepaskan genggamannya dari Bayu.
"Tidak ada yang akan berani memfitnah kita!",kata Bayu dengan percaya diri.
"Tapi tidak dengan saya, mas Bayu!", kata Hima.
Dengan gerakan pelan namun tenaga yang cukup kuat, Ganin melepaskan tangan Bayu dari pergelangan Hima.
Gadis cantik itu juga Bayu terkejut dengan kehadiran Ganin yang tiba-tiba. Apalagi Ganin yang memisahkan tangan Bayu dari pergelangan tangan Hima dengan paksa.
"Ganin!", panggil Hima lirih.
"Apa-apaan kamu ikut campur yang bukan urusan kamu?", tanya Bayu dengan tatapan matanya yang tajam.
"Bapak yang apa-apaan pegang-pegang Hima seperti itu?!", sahut Ganin. Hima yang bisa membaca situasi pun memilih menarik tangan Ganin agar segera pergi dari kantor Bayu.
"Kami permisi mas Bayu!", pamit Hima. Tapi Ganin masih berdiri di depan Bayu. Kedua lelaki itu saling mengunci pandangan.
"Ganindra, udah ayoook!", Hima berdiri di hadapan Ganin dan mendorong Ganin agar laki-laki itu mundur dan tak berurusan dengan Bayu.
Mau tak mau Ganin berjalan mundur dengan Hima yang tepat di depan tubuh jangkung Ganin.
Setelah menjauh dari depan kantor Bayu, Hima menjadi pusat perhatian para SPG juga Pa yang sedang melayani konsumen.
"Lain kali Lo ngga perlu ikut campur kaya tadi, Nin! Gue bisa jaga diri kok selama ini!", kata Hima. Ganin tak menjawab tapi menatap mata lentik Hima.
"Dia tidak sopan!", kata Ganin. Hima menghela nafas panjang.
"Ngga usah di bahas, oh iya gimana hari ini sudah bisa jualan?", tanya Hima.
"Udah!", jawab Ganin singkat.
"Ya udah, gue balik ke gudang dulu. Tapi ... terimakasih buat yang tadi, Nin!", kata Hima yang langsung meninggalkan Ganin.
Dan di saat yang sama, segerombolan konsumen masuk ke showroom jadi mau tak mau Ganin ikut melayani pembeli.
Sebenarnya Ganin tak pernah keberatan dengan pekerjaan apapun. Bicara jual menjual, ibunya seorang broker sedang bapaknya pemilik perusahaan furniture di kotanya. Dulu, Ganin suka membantu kedua orang tuanya untuk berdagang. Tapi dia memilih jalur yang berbeda hingga berada di titik sekarang ini.
🌾🌾🌾🌾🌾
To be continued ✌️✌️✌️✌️
Kasih bonchap dong
mksh ya thor atas bacaannya yg luar biasa sukses trs dengan karya² baruy..love² buat ithor💖💖💖💖💖💖💖