Di era 90-an tanpa ponsel pintar dan media sosial, Rina, seorang siswi SMA, menjalani hari-harinya dengan biasa saja. Namun, hidupnya berubah ketika Danu, siswa baru yang cuek dengan Walkman kesayangannya, tiba-tiba hadir dan menarik perhatiannya dengan cara yang tak terduga.
Saat kaset favorit Rina yang lama hilang ditemukan Danu, ia mulai curiga ada sesuatu yang menghubungkan mereka. Apalagi, serangkaian surat cinta tanpa nama yang manis terus muncul di mejanya, menimbulkan tanda tanya besar. Apakah Danu pengirimnya atau hanya perasaannya yang berlebihan?
“Cinta di Antara Kaset dan Surat Cinta” adalah kisah romansa ringan yang membawa pembaca pada perjalanan cinta sederhana dan penuh nostalgia, mengingatkan pada indahnya masa-masa remaja saat pesan hati tersampaikan melalui kaset dan surat yang penuh makna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom alfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5: Campur Tangan Sahabat
Pagi itu, udara terasa lebih panas dari biasanya. Rina menyiapkan dirinya untuk kembali ke SMA Negeri 5, tempat segala kisah cinta dan kekonyolan hidupnya berputar. Namun, ada satu hal yang masih mengganggu pikirannya: surat cinta misterius yang ia temukan kemarin.
Kepala Rina terasa berat memikirkan tentang siapa yang menulis surat itu. Dari gaya tulisannya yang santai dan penuh humor, Rina mulai menyimpulkan bahwa ini pasti bukan surat dari seseorang yang terlalu serius. Namun, apakah itu Danu? Rina merasa ragu. Apakah dia benar-benar akan menulis surat seunik itu? Atau apakah ada orang lain yang sengaja menggoda hatinya?
Saat Rina memasukkan buku pelajaran ke dalam tasnya, dia teringat Sari—sahabat karibnya yang selalu punya cara unik untuk mengatasi masalah. Sari adalah tipe orang yang tidak pernah bisa diam. Bahkan dalam hal sekecil apa pun, dia selalu punya ide dan cara yang membuat Rina tertawa terbahak-bahak. Mungkin, Sari adalah orang yang tepat untuk dimintai pendapat tentang surat misterius itu.
"Eh, Sari pasti bisa bantu," pikir Rina sambil tersenyum. Pagi itu, dia merasa sedikit lebih baik, dengan tekad untuk mengungkapkan siapa sebenarnya pengirim surat itu.
Sari sudah duduk di bangku kelas saat Rina masuk. Dengan rambut ikal yang selalu terlihat rapi meskipun seharian penuh beraktivitas, Sari langsung menyambut Rina dengan sorot mata penasaran.
“Eh, Rina! Ada apa dengan ekspresi wajahmu? Kayak orang bingung banget,” sapa Sari dengan nada penuh canda.
Rina duduk di sebelah Sari, membuka tasnya dengan gugup. “Sari, ada yang harus kamu bantu. Aku dapat surat misterius kemarin,” katanya sembari menyerahkan surat itu.
Sari mengambil surat itu dan mulai memeriksa setiap kata, seolah sedang memecahkan kode rahasia. “Hmm… Ini pasti dari orang yang suka nulis-nulis romantis. Coba lihat, ada ‘perasaan yang terungkap’ di sini, dan kata-katanya kok kayak nyindir kamu banget, ya?” Sari melanjutkan dengan nada bercanda.
Rina tersenyum kecut. “Aku juga ngerasa gitu. Tapi masalahnya, aku nggak tahu siapa yang kirim. Bisa jadi Danu, kan?”
Sari mendelik dengan tajam. “Danu? Oh, Rina... Kalau itu dia, kenapa dia nggak kasih tahu langsung? Kenapa harus pakai surat kayak gini? Ini harusnya jadi bahan investigasi kita, nih!”
Rina hampir terbatuk mendengar usulan Sari. “Investigasi? Maksud kamu gimana?”
Sari tampak serius, tapi Rina tahu ekspresi itu hanya untuk menggoda. “Kita harus cari tahu siapa pengirimnya! Ini seperti cerita detektif. Kamu tahu, kayak film yang sering kita tonton di VHS—banyak petunjuk, tapi kita harus jeli banget.”
Rina tertawa kecil, tetapi hatinya sedikit cemas. "Tapi aku nggak mau jadi norak, Sari. Kalau sampai Danu tahu, nanti malah makin canggung."
“Tenang aja, kok. Aku punya rencana yang sangat sederhana!” kata Sari sambil tersenyum lebar. "Kamu harus sadar, Danu itu bukan tipe orang yang gampang ‘ngomong’. Kalau dia benar-benar mengirim surat itu, kita harus tahu lebih banyak tentang dirinya. Caranya? Kita ‘perangkap’ dia.”
Rina menatap sahabatnya dengan ekspresi setengah bingung, setengah khawatir. “Perangkap? Maksud kamu apa?”
Sari mengedipkan mata. “Aku punya ide yang cemerlang. Kita harus pastikan kalau surat itu benar-benar dari Danu atau bukan. Caranya, kamu harus… mendekati dia!”
Rina tidak tahu harus tertawa atau malah bingung. “Mendekati? Aku nggak bisa gitu dong, Sari! Itu kayak... seperti jadi gila.”
“Bukan mendekati secara langsung! Maksud aku, kita harus buat dia nyaman dulu. Coba cari tahu apa dia sering dengar lagu apa, apa dia suka nonton apa. Dari situ kita bisa tahu apa dia benar-benar peduli atau cuma iseng,” jawab Sari dengan antusias.
Rina merasakan rasa cemas yang bertambah. "Gimana kalau Danu nggak suka dengan cara aku?"
Sari tertawa. “Itu baru seru! Kita akan lihat apakah dia bakal mendekatimu lebih dulu, atau kamu yang harus melakukan langkah pertama.”
Rina menghela napas panjang, sepertinya rencana itu akan menyibukkan hidupnya beberapa hari ke depan. Tapi tak ada salahnya mencoba. Kalau bisa mendapatkan jawaban tentang surat itu, mungkin dia bisa merasa lega. Atau malah lebih bingung lagi.
---
Setelah jam pelajaran usai, Rina dan Sari berjalan keluar kelas menuju kantin, sambil terus membicarakan rencana mereka. Tak sengaja, mereka melihat Danu sedang duduk sendiri di salah satu meja pojok. Danu sedang mendengarkan musik, dengan Walkman yang menjadi barang wajib di era 90-an itu. Rina bisa melihat dengan jelas bahwa Danu tampak tenggelam dalam musiknya, seolah tidak peduli dengan keramaian sekitarnya.
Sari langsung memeluk lengan Rina. “Saatnya, Rina. Coba tanya dia tentang musik. Itu pasti akan membuka jalan.”
Dengan perasaan campur aduk, Rina berjalan pelan menuju meja Danu. Sari mengikuti dengan langkah-langkah kecil, menjaga jarak agar tidak ketahuan sedang mengawasi.
“Danu…” Rina mencoba menyapa dengan suara yang tidak terlalu keras. “Lagi dengerin lagu apa?”
Danu mengangkat wajahnya dan tersenyum tipis. "Oh, ini lagu lama. Dari kaset yang aku beli di toko kaset tadi." Dia mengangkat kaset yang ada di mejanya, menunjukkan kepada Rina.
Rina merasa sedikit canggung, tetapi mencoba melanjutkan. “Wah, kaset itu... agak familiar, ya? Kaset apa itu?”
Danu tersenyum dan menjawab dengan santai, "Oh, ini kaset lama. Cuma lagu-lagu yang keren aja."
Rina menahan napas. Lagu-lagu itu, dia ingat betul. Itu adalah lagu yang ada di kaset yang hilang beberapa waktu lalu. Apakah ini petunjuk lebih lanjut? Atau hanya kebetulan saja?
Namun, sebelum Rina bisa melanjutkan, Sari tiba-tiba mendekat. “Eh, Danu! Kaset itu dari mana? Pasti seru banget, dong, ya?”
Danu tampak sedikit terkejut, tetapi tetap menjawab dengan nada ringan, “Iya, dari toko kaset di ujung jalan. Di sana banyak pilihan, lho.”
Rina hanya bisa tersenyum canggung, sementara Sari sudah mulai menggerutu tentang rencana berikutnya. Rina merasa perasaan tidak menentu, tetapi satu hal yang pasti: misteri tentang surat cinta ini masih jauh dari selesai.