Arsy Lovita, seorang istri yg menghabiskan seluruh hidupnya dengan berbakti pada sebuah keluarga yang tak pernah bersikap baik padanya, bahkan Killian sang Suami tak pernah mencintainya dan selalu saja menyiksa lahir bathin Arsy. Di tengah keputusasaan, Arsy berhasil kabur dengan membawa anak laki-lakinya. Namun sayang di tengah pengejaran Arsy mengalami kecelakaan.
Pamela Grizella, seorang perempuan yang terlahir dengan sendok emas. Gadis dengan sifat angkuh, keras dan bar-bar tapi tidak ada yang mengerti dengan sifat asli gadis itu yang berhati lembut. Saat dia mengejar sang tunangan yang bernama Arsenio, di tengah jalan sebuah mobil dari arah berlawanan bertabrakan dengan mobilnya.
Apa yang akan terjadi jika dua jiwa wanita yang berbeda karakter, tertukar saat kecelakaan?
Cekidot yuk...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Maaf Dan Terima Kasih.
Senyuman di bibir Pamela di tubuh Arsy begitu lebar, akhirnya dua hari kemudian setelah makan malam di keluarga Roderick Arsy menjemput Pamela dan membawanya menuju ke Mansion Osmond.
"Kamu senang?" Arsy sedikit grogi saat berdua dengan Pamela di dalam mobil, Zayn ada urusan di Perusahaan jadi tak menemani Arsy menjemput Pamela.
"Sangat senang, beberapa hari di rumahmu kepalaku terasa pecah! Sialan dengan semua keluargamu! Apa kau tau perbuatan suamimu padaku di malam kau pulang setelah makan malam?! Shittt! Dia memaksaku melayaninya, aku tendang saja senjatanya! Amarahku sudah diambang batas! Kenapa kau harus punya suami seperti Killian! Lelaki Iblis yang tak punya hati!" amarah Pamela meletup-letup.
"Benarkah? Padahal sejak aku mengandung Galaxy, Killian tak pernah lagi menyentuhku. Dia selalu bilang jijik harus menyentuh wanita rendahan sepertiku, lalu kenapa dia mau menyentuh tubuhku lagi?" Arsy terkejut dengan ucapan Pamela, pasalnya kekasih Killian bukan satu-dua tapi sangat banyak. Sandra adalah salah satu dari mereka, mungkin yang terbaru.
"What?! Killian tak pernah menyentuhmu sejak lama! Lalu kenapa malam itu dia sangat berhasr@t padaku, begitu bernafsu! Menjijikan!" geram Pamela.
"Mungkin karena merasa tertantang, aku akui malam itu penampilan tubuhku yang kamu isi sangat mempesona. Auramu sangat memukau, cantik sekali dan juga terlihat wanita berkelas tidak seperti saat aku yang mengisi tubuhku sendiri begitu terlihat rendahan. Perbedaan sikap kita berdua memang jauh terlihat berbeda, Nona Pamela." Jawab Arsy penuh kagum pada Pamela.
"Cih! Kalau Killian bern@fsu karena melihat penampilan dan sikapku yang terlihat berkelas, lebih baik aku terlihat rendahan asal dia tak menyentuhku! Dan kamu, panggil aku Pamela saja," Pamela memijit kepalanya pusing, ia teringat perbuatan Gerald suami Cassie.
"Arsy, kau nggak ada affair dengan Gerald 'kan? Suami Cassie? Dia pernah masuk ke kamarmu dan menggerayangi ku," Pamela melotot pada Arsy.
"Apa yang kamu bicarakan, tentu saja nggak ada! Aku berani bersumpah!" Arsy histeris.
"Hei! Aku hanya bicara tentang yang aku alami sebagai dirimu, jangan histeris begini. Aku percaya padamu." Pamela salah tingkah melihat Arsy histeris dengan berurai air mata.
"Ta-tapi dia memang sering mel3cehkan ku, aku selalu ketakutan jika berada di dekat Gerald! Huhuhu..." Arsy terus menangis, tubuhnya bergetar.
Melihat keadaan Arsy yang tak baik-baik saja, Pamela memeluk tubuhnya sendiri yang diisi Arsy. "Maaf, sepertinya kamu trauma dengan orang-orang disana. Aku yang hanya beberapa hari saja sudah hilang kesabaran dan hampir tak bisa bertahan. Terbayang hidupmu dalam delapan tahun ini berada diantara mereka, tenanglah." Pamela mengelus-elus punggung Arsy.
"Aku pernah ingin mati, tapi mengingat putraku aku tak sanggup meninggalkannya." Suara Arsy melemah, ia balas memeluk Pamela dengan erat.
"Sepertinya kamu butuh pergi ke psikolog," ujar Pamela.
"Tidak perlu, aku sudah merasa lebih baik setelah beberapa hari ini hidup di keluargamu. Merasakan begitu banyak kasih sayang, dihargai dan dicintai. Kamu sungguh beruntung, Pamela." Arsy menghentikan tangisnya.
"Syukurlah kalau kamu bisa bahagia di rumahku, aku tak akan marah kamu bisa mendapatkan semua kebahagiaan itu." Jawab Pamela.
"Kamu nggak marah? Tapi saat menjadi diriku, kamu pasti tertekan di keluarga Roderick."
Pamela tersenyum tipis, "Memang aku tertekan, tapi mentalku kuat. Dibandingkan kamu, aku lebih bisa menghadapi kelakuan mereka. Jadi tenang saja, Kak Zayn sudah berjanji akan mengeluarkan dari keluarga Roderick. Kita akan mencari solusi bersama-sama dan selama itu aku akan berjuang sekuat tenaga melawan mereka semua."
"Pamela... a-aku sangat berterima kasih dan benar-benar minta maaf dengan situasimu."
"Hei! Ayolah, semua yang terjadi bukan keinginan kita. Meskipun aku tak pernah bermimpi akan bertukar jiwa dengan seseorang, tapi sekarang semua sudah terjadi. Jadi aku akan nikmati saja dan menjalaninya. Mungkin ini teguran untukku dari Tuhan, karena selama ini aku tak pernah bersyukur diberikan segalanya dalam hidup." Pamela melepaskan pelukan dan tersenyum manis.
"Sekali lagi maaf dan terima kasih," Arsy ikut tersenyum.
Mobil yang mereka tumpangi akhirnya sampai di Mansion Osmond, Nyonya Elvina sudah menunggu di depan pintu berganda besar. Sebelum tadi Arsy pergi untuk menemui Pamela, Arsy dan Zayn menjelaskan tentang kehidupan Arsy yang di dzolimi keluarga Roderick pada Nyonya Elvina. Nyonya Elvina yang berjiwa kemanusian yang tinggi, ikut terenyuh dengan keadaan Arsy. Ia berjanji akan memperlakukan Arsy dengan baik seperti putrinya sendiri.
"Mom, kami datang." Ujar Arsy setelah turun dari mobil.
"Ya, ya. Kamu Arsy, kan. Kemari lah, masuk bersama Tante." Nyonya Elvina menarik tangan Pamela yang bertubuh Arsy dengan lembut.
Pamela ingin memeluk sang Mommy, meluapkan semua kerinduan namun ia mengerti jika ibunya hanya menganggap nya sebagai Arsy.
"Mom, bisakah Mommy memeluk Arsy. Dia sangat kekurangan kasih sayang dan pelukan seorang Ibu." Arsy yang mengerti keinginan Pamela langsung bicara.
Nyonya Elvina hanya tersenyum lembut, dia lalu menarik tubuh Pamela dan memeluknya. "Selamat datang di keluarga kami, kamu boleh menganggap ku Ibumu, Zayn sebagai kakakmu dan suamiku sebagai Ayahmu."
"Tante," suara Pamela bergetar, ia ingin sekali memanggil Mommy pada Ibunya.
"Kamu juga boleh memanggil Tante, Mommy. Seperti Zayn dan Pamela." Lanjut Nyonya Elvina.
"Bolehkah?" begitu gembira perasaan Pamela.
"Tentu saja, ayo kita masuk."
Ketiga wanita berbeda usia itu berjalan beriringan dengan Nyonya Elvina diapit oleh Arsy dan Pamela di sisi tubuhnya. Masing-masing tangan Nyonya Elvina dirangkul oleh Pamela dan Arsy begitu terasa aura kebahagiaan diantara mereka.
