Bagaimana rasanya mencintai orang yang tak seharusnya? Bukankah sakit?
(Aleena Salindri)
Kisah ini menceritakan tentang Aleena yang yang terjebak pada sebuah perasaan terlarang pada tunangan sahabat nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noah Arrayan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33
"Ivan mau membatalkan pertunangan Ivan dengan Rania" ucap Ivan tanpa basa basi saat ia datang ke rumah dan menemui sang papa.
"Jangan asal bicara Ivan, kamu tidak bisa seenaknya memutuskan pertunangan dengan Rania begitu saja. Papa sudah berjanji pada papa Rania untuk bertemu minggu depan membahas pernikahan kalian"
"Tapi Ivan nggak mau menikah dengan Rania pa. Ivan mencintai gadis lain" Tegas pria itu.
papa Ivan menatap tajam pada putranya.
"Kenapa baru sekarang kamu menolak setelah hubungan kamu dengan Rania sejauh ini" Pria tua itu tampak begitu geram pada sang putra.
"Karena papa nggak ngasih pilihan pada Ivan. Lagipula saat itu Ivan masih belum meyakini perasaan Ivan pada gadis yang Ivan cintai. Dan harus papa tau hubungan Ivan dan Rania nggak lebih hanya status, nyatanya kami nggak menjalani hubungan seperti pasangan lain nya" Untuk hal ini Ivan mengakui dan tak henti merutuki kebodohan nya hingga akhirnya ia terjerat pada pertunangan dengan Rania.
"Kamu tetap harus menikah dengan Rania, kamu nggak bisa seenaknya memutuskan hubungan. Meskipun hanya status tapi kalian bukan hanya sekedar berpacaran tapi sudah tunangan"
"Ivan nggak mau. Keputusan Ivan sudah bulat, Rania bukan gadis yang tepat untuk Ivan" ucapan Ivan membuat sang papa semakin geram.
"Kamu mau mempermalukan papa di depan orang tua Rania yang sudah berjasa untuk kesembuhan papa?" Papa Ivan mengepalkan tangan nya.
"Pa, papa enggak berhutang budi apapun pada papanya Rania. Memang sudah kewajiban seorang dokter untuk menyembuhkan pasien nya. Lagipula papa membayar biaya pengobatan bukan berobat gratis atas belas kasih papanya Rania" Sayang nya dulu Ivan tidak terlalu fokus hingga menerima saja permintaan papanya yang dimanfaatkan oleh Rania.
Ivan tau dokter Robert menawarkan hubungan antara Ia dan Rania pasti atas desakan putrinya itu, karena Rania tau papa Ivan merasa berhutang budi pada papanya gadis itu memanfaatkan kesempatan tersebut. Rania yakin papa Ivan tak akan berani menolak permintaan dari papa nya.
"Tapi ini bentuk terima kasih papa pada jasa dokter Robert Ivan!" Papa Ivan semakinbgeram
"Dengan mengorbankan kebahagiaan Ivan? Pa ada jutaan cara untuk menunjukkan rasa terimakasih pada dokter Robert atas jasanya itu. Papa nggak harus menumbalkan putra papa!" Kali ini Ivan tak akan menyerah begitu saja.
"Ivan jaga bicaramu, papa nggak pernah menumbalkan kamu" Papa Ivan mengeratkab kepalan tangan nya, tampak sekali pria itu sedang mati-matian menahan diri agar tak memukul putranya.
"Kalau begitu batalkan pertunangan ini pa, Rania bukan gadis baik-baik. Ia bisa menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan nya. Ivan nggak akan bahagia sama dia." Ivan sedikit melunak.
Papa Ivan kini tak lagi menjawab, ia hanya diam dengan ekspresi dingin nya.
"Ivan permisi pa" Ivan meninggalkan ruangan sang papa yang masih tak menjawab.
"Celine yakin papa bisa bijak mengambil keputusan." Kakak perempuan Ivan yang sejak tadi mendengar pembicaraan sang papa dengan adiknya kini mendekati pria itu.
"Tapi papa malu pada dokter Robert jika memutuskan pertunangan Ivan dan Rania nak. dokter Robert sudah berjasa menyembuhkan papa" Keluh pria itu, jika pada Ivan ia selalu bersikap tegas berbeda pada Celine putri sulung nya. Ia selalu berbicara lembut dan halus.
"Tapi yang dibilang Ivan benar pa, dokter Robert tak perlu menuntut balas atas jasanya pada papa karena itu adalah bagian dari tugas profesinya. Kalau dokter Robert menuntut balas Budi itu melanggar kode etik nya sebagai dokter" ucap Celine, Ia tak habis fikir pada pemikiran sang papa.
"Menurut Celine kebahagiaan Ivan jauh lebih penting. Papa bisa memberikan hadiah atau uang pada dokter Robert kalau papa bersikeras ingin membalas budi pada nya. Jangan mengorbankan perasaan Ivan pa. Celine yakin papa juga nggak akan bahagia kalau Ivan menderita." Celine mengusap lengan papa nya dengan lembut sebelum meninggalkan papanya yang tampak berfikir.
🍁🍁🍁
"Kamu nggak kerja? kok ke sini terus?" tanya Aleena saat Gio sudah berada di hadapan nya yang sedang menikmati makan siang di kantin sekolah. Untung saja tadi Ivan pamit ingin keluar sebentar padanya setelah pria itu melaksanakan tugas mengajarnya. Ia tak tau akan seperti apa respon pria itu jika melihatnya bersama Gio.
"Aku bosnya, jadi terserah aku" Gio menyeringai, terlihat sedikit angkuh.
"Wah enak banget jadi bos, bisa seenaknya kerja nggak kerja tapi duit tetap ngalir" Gio terkekeh mendengar celetukan Aleena.
"Mau jadi istrinya bos nggak? kamu cukup di rumah, nggak perlu kerja kayak gini. aku jamin semua kebutuhan kamu akan terpenuhi" Ucap Gio dengan senyum penuh arti.
"Jangan bilang kamu lagi ngelamar aku Gio" ucap Aleena santai.
"Bisa dibilang begitu lah Al, nanti kalau kamu emang mau aku akan melamar kamu secara resmi pada papa mu" Kini wajah Gio berubah serius.
"Jujur aku benar-benar suka sama kamu Al. Sejak malam kita menghadiri pertunangan Rania dan pak Ivan aku mulai menaruh hati sama kamu Al" Aleena yang sebelumnya santai kini sedikit tegang saat menyadari keseriusan ucapan Gio. Ia menatap pria itu untuk memastikan bahwa ia sedang tidak bercanda.
"Jangan becanda Gio, nanti kalau aku beneran mau, jadi repot kamu nya" Aleena tertawa namun Gio tak terpengaruh. Ia masih menatap serius pada Aleena.
"Menurut kamu aku datang ke sini hampir setiap hari cuma karena aku kangen suasana sekolah ini? enggak Al. Aku datang karena aku pengen ketemu kamu, aku ingin selalu ada di dekat kamu" Gio meraih tangan Aleena, menatap ke dalam mata gadis itu untuk menunjukkan keseriusan nya.
"Jadi mau nggak nikah sama aku Al?" Aleena ternganga menyaksikan kenekatan Gio. Pria itu bukan menawarkan ikatan biasa seperti hubungan pacaran, namun Gio menawarkan pernikahan padanya.
"Gio berhenti bercanda, hal kayak gini nggak bisa dibawa bercanda. Kita ini udah dewasa Gio, bukan anak SMA lagi"
"Apa kamu nggak bisa ngerasain keseriusan aku Al? apa aku terlihat main-main?" Aleena menyesali dirinya yang meladeni pria itu. Harusnya sejak awal ia tak memancing Gio.
"Terima saja Aleena, sepertinya Gio sangat serius" Aleena terlonjak mendengar suara dingin itu, Ia segera melepaskan tangannya dari genggaman Gio.
"Pak Ivan kapan datang?" tanya Aleena dengan terbata. Gadis itu tak berani melihat ke arah Ivan. Entah seperti apa wajah pria itu kini.
"Sejak Gio melamar kamu, maaf aku mengganggu kalian Gio" Ivan tersenyum sinis.
"Nggak apa-apa pak, pak Ivan bisa sekalian jadi saksi agar Aleena percaya akan keseriusan aku" Aleena ingin meneriaki kepolosan Gio, pria itu tak menyadari bahwa Ivan sedang menyimpan bara api.
