Cover by me
Ini tentang kehidupan pernikahan antara Aidan putra Bimantara seorang perwira polisi berpangkat ipda dengan Yura khalisa seorang mahasiswi akhir yang sedang sibuk menyusun proposal penelitian yang asyik-asyik revisi melulu.
Mereka ini sebenarnya tetangga, tetangga yang sudah seperti keluarga sendiri dan Aidan sudah menganggap Yura seperti adik sendiri begitu juga sebaliknya.
Tapi karena insiden tolol mereka harus hidup berdampingan satu atap. Bahkan Aidan harus melangkahi kedua kakak laki-lakinya yang masih lajang. Banyangkan padahal bukan urutan seperti itu yang Adian inginkan.
Bagaimana kelanjutan ceritanya yuk lanjut baca disini👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika cha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Drama malam pertama
"Ayo Ra" ucap Kiara mengajak adik iparnya itu untuk lekas turun.
"Widih, cantik buanget ante aku" ucap Inggar memuji sang Tante yang memang sangat cantik hari ini.
Yura tersenyum manis pada ponakannya yang baru saja memujinya.
Kini Yura di gandeng oleh Kiara dan juga Inggar untuk keluar kamar menuju lantai bawah yang dimana kini semua orang menunggu sang mempelai wanita agar acara kembali berjalan.
Jantung Yura berpacu kian cepat dari sebelumnya saat Aidan mengucapkan kalimat ijab Kabul. Apalagi setelah melihat Aidan yang jauh lebih tampan dari biasanya dan menatapnya tanpa berkedip.
Bagaimana bisa Aidan berkedip, selama mengenal Yura, Aidan tidak pernah melihat gadis itu berdandan full make up seperti ini, paling mentok-mentok cuma pakai BB cream plus lip tint doang. Namun hari ini, Yura tampak berbeda, MUA itu benar-benar ahli dalam memoles wajah Yura sedemikian rupa. Aidan suka melihat riasan Yura yang tampak flawless itu. Sementara kebaya yang di padukan dengan kain jarik membuatnya tampak jauh lebih anggun.
"Kedip dek!" seru Abri di belakang yang ternyata memperhatikan adiknya sejak tadi. Sontak tamu undangan yang merupakan para tetangga menoleh kearahnya begitu pula Sandi dan juga bapak penghulu.
Aidan mengerjap, ia baru menyadari kalau sejak tadi ia menatap si boncel jelmaan botol Yakult itu cukup lama. Ia tersenyum simpul lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal merasa malu sendiri.
Yura akhirnya sampai tepat di sebelah Aidan. Hari ini, indomilk kadaluarsa satu itu juga jauh terlihat berbeda. Setelan beskap putih yang di padukan kain jarik batik berwarna senada dengan miliknya itu membuat Aidan terlihat lebih kalem dan tanpa sadar senyum Yura merekah begitu saja.
"Udah sah, jadi di pandangi terus ya dek" goda Kiara sambil terkekeh sebelum pergi.
Aidan yang memang duduk di sebelah Yura mendengar itu langsung tertawa "cie.. Segitunya ya Lo cel? Kenapa ganteng banget kan gue?"
Nah kumat. Lupakan soal Yura yang sempat berpikir kalau Aidan nampak kalem, nyatanya pria itu tidak sekalem itu dan malah narsis luar biasa. Yura memutar bola matanya malas, ia bersikap seolah ingin muntah. Ya, jujur saja sebenarnya Aidan itu memang udah tampan dari dulu malah, Yura tidak bisa menepis itu, tapi karena Aidan itu tipikal pria narsis dan jika Yura memujinya ia pasti akan besar kepala. Ogah Yura memuji pria jelmaan indomilk satu itu lagi.
"Hilih, ngapa tadi Lo salah nyebutin nama gue bang?" ucap Yura nyolot, memukul lengan Aidan.
"Aelah cel, namanya nervous. Salah sedikit ya gak papalah. Tapi kan udah bener lagi, dan sekarang Lo jadi istri gue. Baek-baek Lo sama suami. Surga Lo udah gak di Tante Rita lagi, tapi pindah di gue" ujar Aidan jangan lupakan senyum tengilnya.
Tiba-tiba saja Aidan mendekatkan bibirnya ke telinga Yura dan berbisik "hari ini Lo cantik banget, tidur di kamar gue ya."
Blushing. Pipi Yura memerah, namun ia segera menguasai dirinya. Beralih menatap Aidan yang sudah cekikikan. Tanpa pikir panjang dengan gemas Yura memukul punggung Aidan tanpa peduli banyak tamu yang melihat perbuatannya, bahkan Sandi, bapak penghulu dan kedua saksi yang duduk di hadapan keduanya mendelikkan matanya melihat Yura yang tak tanggung-tanggung memukul punggung Aidan yang sudah resmi menjadi suami Yura.
Sementara yang di pukul bukan marah malah makin tertawa kencang. Dan melihat Aidan tertawa sedemikian semakin membuat Yura gemas "hih dasar indomilk sachet, di pukul malah ketawa-ketawa" batin Yura geregetan.
"Wes mas, wes. Ini cincinnya di pakaikan dulu" ucap pak penghulu membuat Aidan langsung berhenti tertawa.
Gara-gara Yura yang berbeda hari ini ia sampai lupa memakaikan cincin. Aidan meraih tangan Yura. "Senyum cel, mahal ini gue beli cincinnya" ucapnya. Ia pun memakaikan cincin bermata indah itu di jari manis Yura, pun sebaiknya Yura memasangkan cincin ke jari manis Aidan.
Setelahnya mereka malah saling menatap cincin di jari masing-masing dengan isi pikiran masing-masing.
Yura yang masih berusaha meyakinkan diri akan prihal pernikahannya kedepan akan baik-baik saja.
Semantara Aidan ia meragukan dirinya apa akan bisa menjadi pemimpin dalam rumah tangganya kelak.
"Weh mas mbak kok malah bengong?" ucap pak penghulu lagi. Membuat keduanya sama-sama mendongak. Bersama-sama mengangkat dagu keatas pertanda bertanya ada apa.
"Mbaknya cium tangan suami" ujar pak penghulu.
Mendengar itu Yura malah gelagapan, ia menatap Aidan, setelahnya menatap Sandi—ayahnya. Sandi yang di tatap oleh anaknya menganggukkan kepala. Sementara Aidan sudah senyum-senyum menggodanya, lihat saja alisnya yang naik turun itu membuat Yura kian gemas dan mendaratkan tangannya di pinggang Aidan mencubitnya dengan gemas "serius bang!" desis Yura.
Pecah sudah tawa Aidan "hahaha, ampun cel, ampun! Iya, iya gue serius ini!" seru Aidan membenarkan posisi sembari mengulurkan tangannya kedepan wajah Yura.
Bukannya menyambut tangan Aidan, Yura malah menatap tangan itu bergantian dengan wajah sang pemilik dalam diam. Ia berpikir haruskah ia mencium tangan Aidan si jelmaan indomilk kadaluarsa ini?
Melihat keterdiaman Yura, Aidan menggoyang-goyangkan tangannya. "Buruan cel, pegel ini tangan gue."
"Ini harus banget ini?" ucap Yura setengah berbisik pada Aidan.
"Ya harus dodol, buruan." jawab Aidan sedikit gemas.
Dengan mantap Yura mengambil tangan Aidan dan mencium punggung tangan Aidan. Melihat itu, sekali lagi darah Aidan berdesir hebat, tanpa sadar bibirnya kembali tertarik membentuk senyuman.
Begitu Yura menegakkan tubuhnya, ia di kejutkan dengan pergerakan Aidan yang tiba-tiba mendaratkan tangan kanannya di atas kepala Yura membacakan doa dan selanjutnya tanpa permisi mendaratkan bibirnya di keningnya. Sontak mata Yura langsung membulat sempurna, Aidan menciumnya?! Jantung Yura yang tadinya sudah normal kini kembali dangdutan di dalam sana. Dan sialnya lagi pipinya ikut memanas.
"Cie... Salting" goda Aidan begitu melepaskan bibirnya di kening Yura. Ia seraya menahan tawa melihat wajah Yura yang memerah, make upnya padahal sudah tebal tapi tidak mampu menyamarkan rona merah pada wajah gadis itu.
_______________________
Setelah acara akad nikah pagi tadi selesai, kemudian berlanjut dengan acara makan siang di rumah keluarga Yura dan terakhir makan malam di rumah keluarga Aidan. Dan kini keduanya memasuki rumah milik Aidan sendiri yang tepat di hadapan kediaman orangtuanya.
Sebenarnya tadi Aidan menolak untuk masuk rumah ini, ia tidak mau tinggal terpisah dengan orangtuanya, ya walaupun dekat dengan mereka sih. Tapi gimana ya? Dia ini belum siap hidup terpisah, dia masih suka minta peluk mamanya saat tidak bisa tidur. Maklum dia ini anak bontot plus manja sekali pada sang Mama.
Satu hal yang membuat Aidan dan Yura kesal memasuki rumah ini. Yaitu kamarnya yang cuma satu, hanya satu. Sa-tu.
Rumah yang di beli Aidan ini, tidak sebesar rumah orangtuanya dan juga rumah orangtua Yura. Dan karena pernikahan mereka terbilang mendadak alhasil Aidan belum sempat merenovasi rumah tersebut karena memang sebelumnya tidak kepikiran kesana.
"Aelah bang, lo beli rumah kok nanggung gini sih? Kamarnya cuma satu pula. Gue tidur di mana dong?" ucap Yura begitu tiba di depan pintu kamar. Wajah gadis itu terlihat sudah lelah.
"Noh ada sofa di bawah, Lo tidur disana" tunjuk Aidan dengan dagu kearah pintu luar kamar. Karena sofa hanya terdapat diluar, tepatnya di ruang tamu.
Yura mendelikkan matanya "ogah, enak aja, gue gak pernah ya dirumah gue tidur di sofa. Gak mau!" protesnya.
"Ya gue juga gak mau, tidur di sofa. Ini kan rumah gue, jadi Lo harus nurut sama gue boncel" ujar Adian berkacak pinggang.
"Apaan, gak, gak. Bukan karena ini rumah Lo jadi Lo bisa berkuasa yang bang. Gue aduin Lo entar sama Mama Nada baru tau rasa Lo" ancamnya.
"Heh, dasar boncel tukang ngadu!"
"Biarin, pokoknya gue tidur di sini" ujar Yura berlari kearah ranjang dan menghempaskan tubuhnya di sana.
"Weh, gak, gak. Bangkit gak Lo! Awas itu kasur gue!" Aidan juga berlari kearah ranjang, menarik-narik tangan Yura untuk bangkit dari ranjangnya.
"Gak mau!" Yura tetap keukeuh, ia memegangi kepala ranjang sebagai pertahan.
"Tapi itu kasur gue boncel" ucap Aidan gemas tangannya masih tetap menarik-narik tangan Yura.
"Bodo amat, gue capek bang" pekik Yura, kini.ia menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Pindah gak Lo boncel!" Aidan berusaha menyibak selimut itu yang ternyata di cengkram kuat oleh Yura.
"Boncel bangsat! Gue udah ngantuk banget ini, gue mau tidur. Besok gue mau kerja lagi" oceh Aidan.
"Ya udah sana pergi tidur di rumah Mama Nada aja, gue tidur disini" ujar Yura di balik selimut.
Seketika Aidan langsung menghentikan aksinya, ia memikirkan ucapan Yura. Kenapa ia tidak memikirkan itu sejak tadi? Ya ampun.
Tanpa bersuara Aidan keluar kamar. semantara Yura yang tadinya di balik selimut kini menyibaknya ketika mendengar suara pintu kamar yang tertutup.
"Dia beneran pulang?" gumam Yura lalu tersenyum remeh "palingan Lo entar kena semprot bang." gumamnya, langsung memejamkan mata.
Aidan pun berjalan memasuki gerbang rumah orangtuanya. Bertepatan saat itu juga sang Mama yang akan menutup pintu utama.
"Mama!" pekiknya menghentikan pergerakan Nada yang akan menutup pintu.
"Loh dek, kamu ngapain disini?" tanya Nada bingung.
"Ya mau tidurlah ma, mau ngapain lagi?" ucapnya mulai berjalan masuk melewati tubuh sang Mama yang berada di depan pintu. Namun langkahnya malah terhenti karena sebelah tangannya di tarik Nada.
"Ya kalau ngantuk tidur sana di rumahmu" ucap Nada.
"Iya inikan mau tidur, inikan rumah Idan juga."
Nada mendorong tubuh anaknya keluar rumah "Weh ma, apa-apaan ini?! Idan ngantuk ma" kini tubuhnya sudah terdorong keluar.
"Kamu tau rumah itu?" tunjuk Nada tepat dirumah milik anaknya, milik Aidan sendiri.
Aidan mengangguk "nah, tidur disana, Jangan disini!" pekik Nada, berbarengan dengan itu Nada membanting pintu tersebut dengan sekuat tenaga dan membuat Aidan berjangkit kaget di tempatnya.
Brak!
Setelahnya, terdengar suara terkunci dua kali. Sontak Aidan menggedor-gedor rumahnya dan merengek disana "Mama bukain pintunya, Idan ngantuk ma, mau tidur. Mama..." kini ia menempelkan kepalanya frustasi di pintu tersebut berharap sang Mama mau membukanya kembali.
Ceklek!
Seketika Aidan langsung mendongakkan kepala, memutar handle pintu berharap itu suara pintu terbuka. Tapi ternyata tidak, wajah Nada muncul di balik kaca jendela yang gordennya belum di tutup. "Kalau ngantuk, balik ke rumahmu sana, jangan tidur disini lagi!"
Ia menghentakkan kakinya kesal. Pupus sudah harapannya, ia pikir jika kembali kerumah orangtuanya ia akan bisa segera tidur dengan lelap disana, tapi nyatanya ia malah di usir oleh mamanya sendiri.
"Memangnya kenapa si ma Idan tidur disini? Toh selama ini Idan juga tidurnya di rumah ini" protesnya dengan bibir yang sudah manyun lima centi.
"Loh, sekarang jelas sudah beda Idan, kamu sekarang itu udah nikah, udah jadi suami dari Yura. Masak iya kamu mau tidur misah? Udah sana pulang awas aja kalau balik kesini. Mama biarin kamu tidur di teras" peringat Nada sebelum benar-benar menutup jendelanya dan bergantian menutup gordennya.
"Apa-apaan tidur di teras?! Ogah!" gerutunya.
Aidan menunduk dan menghela nafas pasrah, ia tidak punya pilihan. Aidan Kembali melangkah ke rumah miliknya sendiri.
Melangkah gontai memasuki rumah dan menaiki tangga, kini tiba ia di kamar tadi yang menjadi rebutan dirinya dan Yura, ia melihat Yura tengah berbaring di atasnya dan tertidur pulas disana.
Tanpa pikir panjang Aidan membaringkan tubuhnya dia sebelah Yura, toh mereka sudah menjadi pasangan suami-istri. Tapi tiba-tiba...
Bugh!
"Akh!" pekik Aidan terjungkal kebawah ranjang karena tiba-tiba di tendang oleh Yura. "Bangsat Lo boncel!" umpatnya seraya meringis kesakitan.
"Lo ngapain tidur di samping gue?!" pekik Yura. Ternyata tadi Yura tidak benar-benar tidur, hanya pura-pura tidur saja.
"Jadi Lo mau gue tidur dimana? Di sofa? Gak, gue gak mau! Enak aja. Kalau Lo gak mau gue tidur disini. Lo aja Sono yang tidur di sofa. Gue ogah!" Aidan kembali naik keatas ranjang dan merebahkan dirinya disana.
Yura menghela nafas sejenak "oke, terserah Lo deh bang, terserah. Tapi awas aja ya Lo macem-macem gue tonjok!" peringat Yura.
Aidan yang tadinya memunggungi Yura kini menatap gadis itu "udah gue bilang gue gak nafsu sama Lo boncel. Bentukan gagal, bantet begini gak menggoda iman gue" setalahnya Aidan kembali berbalik menutup telinganya dengan bantal, ia tau akan terjadi apa selanjutnya.
"INDOMILK SIALAN!!"
gak kerasaaaaa😛