Salahkah seorang istri mencintai suaminya? Walau pernikahannya karena perjodohan kedua orang tua mereka berdua. Tentu tidaklah salah!
Aurelia, gadis desa yang baru saja menyelesaikan sekolah tingkat atasnya, dia langsung jatuh cinta pada calon suaminya Dhafi Basim, pria dari desa yang sama tapi sudah lama pindah dan tinggal di Ibu Kota. Namun, apa yang terjadi setelah mereka menikah, lalu Dhafi memboyong Aurelia untuk tinggal di Jakarta?
"Ampun .. Mas Dhafi, maafkan aku ... ini sakit," teriak Aurelia kesakitan saat tali pinggang suaminya menghujami seluruh tubuhnya.
"Dasar istri kampungan!" maki Dhafi.
Cinta membuat orang buta, begitulah Aurelia wanita yang polos. Berulang kali menerima siksaan dari suami, namun dia tetap bertahan. Tapi sampai kapankah dia bertahan? apalagi suaminya juga berkhianat dengan sepupunya sendiri. Mungkinkah ada sosok pria yang lain menolong Aurelia? Ataukah Aurelia berjuang sendiri membuat suaminya membalas cintanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dasar Iblis!
Setelah tiga bulan Aurelia tidak tersenyum, sore ini dia tak henti-hentinya tersenyum dengan rasa syukur yang tak terhingga, dan sudah membayangkan besok ada kegiatan baru yang akan dijalaninya. Matahari sudah tergantikan dengan gelapnya malam, sebelum Lilis dan Aurelia pamit pulang Bu Tin menawarkan untuk makan malam bersama, walau dengan lauk seadanya ternyata sungguh nikmat kalau makan dengan hati yang gembira.
Aurelia pun menerima ajakan Bu Tin karena berpikir jika dia pulang ke rumah sekarang tidak ada Dhafi karena pulangnya selalu malam, jadi dia bisa sedikit santai. Sekitar jam 19.30 wib, Aurelia baru berpamitan pulang, dan setibanya di depan rumahnya, wanita itu menahan napas sejenak saat melihat mobil milik Dhafi sudah terparkir di halaman rumah. Raut wajah bahagianya langsung meredup seketika itu juga.
“Tumben, dia sudah pulang,” gumam Aurelia, mendesah pelan, lalu kembali melanjutkan langkah kakinya untuk masuk ke dalam. Diputarnya kenop pintu depan rumah, lalu netranya sudah menangkap dua orang yang sedang bermesraan di ruang tamu.
Dhafi yang merasa mendengar pintu terbuka, mengurai dekapannya dan Faiza menoleh ke arah pintu dengan senyuman sinisnya. Sesak sekali hati Aurelia melihat kemesraan mereka berdua, namun dia berusaha untuk menguatkan hatinya. Tanpa menyapa kedua orang tersebut Aurelia kembali melangkah kakinya menuju kamarnya.
Sementara itu Dhafi bangkit dari duduknya lalu menghalau keberadaan Aurelia. “Hebat dari mana saja kamu! sudah pintar ya sekarang kelayapan di luar sana, dan meninggalkan rumah kosong sampai malam begini!” hardik Dhafi dengan menelisik penampilan istrinya dari ujung kaki hingga ujung kepalanya, sungguh sangat berbeda dari biasanya pikir Dhafi.
Aurelia mendongakkan wajahnya dan menatap lekat wajah suaminya. “Memangnya aku penjaga rumah yang harus selalu menjaga rumah ini! Dan jika memang aku sudah pintar, memangnya kenapa! Bukankah Mas tidak mau tahu aku sudah pintar atau bodoh, dan tidak mau tahu aku melakukan apapun baik di rumah maupun di luar rumah!” balik berkata Aurelia dengan keberanian yang mulai muncul di dirinya.
Dhafi mengetatkan rahangnya dan menajamkan netranya setelah melihat kembali istrinya berani menantangnya, Faiza yang ada di antara mereka berdua, sempat melirik lalu memisahkan diri menuju dapur, buat apa ikut campur pikir Faiza.
Ingin rasanya Aurelia mengacuhkan suaminya, apalagi dia memergoki kembali suaminya bermesraan di rumah mereka, sakit hatinya kembali berlipat ganda, luka lama belum terobati sudah datang kembali luka baru.
Aurelia memutar malas bola matanya, dan sedikit mendorong badan Dhafi yang masih menghalangi jalannya, akan tetapi ...
“Akkhh,” pekik Aurelia, pergelangan tangannya dicekal oleh Dhafi dan menggereknya ke kamar wanita itu.
BRAKK!
Pintu kamar terbanting dengan kerasnya, tubuh Aurelia pun dihempaskannya di atas ranjang, dan Dhafi langsung mengunci pintu kamar. Wanita muda itu yang kini berada di atas ranjang bergegas bangkit, dan menatap ke sekeliling sudut kamarnya seperti mencari barang yang bisa menjadi tamengnya.
Dhafi menyeringai tipis, kedua tangannya membuka dasinya yang masih melekat di lehernya.
“Jangan macam-macam Mas, aku akan berteriak!” ancam Aurelia, melangkah mundur.
Dibalik ketakutan wajah Aurelia, dia juga mendesah karena tak ada satupun barang yang bisa dia gunakan untuk melawan Dhafi. Tubuh Aurelia pun tertangkap oleh suaminya, dengan sigap bibir wanita muda itu ditutup oleh dasi milik Dhafi, kemudian kedua tangan Aurelia diikat ke belakang dengan rok mukena yang ada di kamar Aurelia.
Aurelia menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat Dhafi membuka tali pinggang dari celana panjang nya, wanita itu pun berteriak namun tak terdengar karena sudah dibekap oleh dasi. Tak mau kehabisan akal wanita itu memundurkan langkah kakinya.
“Mau lari ke mana kamu Aurelia!” sentak Dhafi, sabetan tali pinggangnya belum mengenai tubuh istrinya, karena wanita itu berhasil menjauhkan dirinya.
“Daasaaar iiiibblis!” maki Aurelia dibalik dasi yang menutupi mulutnya. Dengan tubuhnya yang terasa lelah, Aurelia tetap berusaha menghindari sabetan suaminya, hingga terjadilah kejar kejaran di kamar yang berukuran 8x6 m itu, dengan kedua kakinya dia turut menendang tubuh Dhafi semampunya. Pria itu juga untuk pertama kalinya kewalahan untuk menghukum istrinya yang telah meninggalkan rumah tanpa seizinnya.
“Berani sekali kamu melawan suami mu ini ya, sudah pergi seenaknya tanpa berpamitan ... HUH!” sentak Dhafi saat bisa mengungkung Aurelia, dengan deru napasnya yang sudah naik turun karena engos-engosan. Aurelia membulatkan netranya saat pria itu menajamkan netranya, tubuhnya pun menggeliat dan memberontak dibawah kungkungan suaminya.
“AAKHH!” teriak Aurelia, ketika Dhafi dengan sengajanya menindih tubuhnya yang besar itu, tak bisa dipungkiri tubuh pria itu menegang, semakin Aurelia menggeliat dan memberontak di bawah tubuhnya, hasratnya semakin menggelora.
“SAKIT!” teriak Aurelia, dadanya semakin sesak karena menahan bobot Dhafi, pria itu tersenyum jahat, dia pun semakin mengerat dekapannya hingga wanita itu mendesah karena terasa sesak, entah kenapa melihat reaksi Aurelia kesakitan, Faiza terlupakan.
Untuk pertama kali Dhafi melihat pesona Aurelia dibalik dandanannya yang kampungan, ada sensasi sensual saat wanita itu menggeliat dan mendongakkan kepalanya ke atas, leher jenjangnya yang seputih susu terlihat menggoda, wangi tubuh yang menyeruak ternyata tidak seburuk Dhafi pikirkan, ternyata amat memabukkan padahal wanita itu tidak menggunakan parfum mahal. Ya, inilah pertama kali Dhafi mengungkung istri sahnya, dan kali ini juga dia menyentuh istrinya dalam arti sedang tidak memukulnya.
“AAAHH,” teriak Dhafi, usai kening Aurelia membentur keningnya dengan sekeras mungkin. Pria itu pun menjatuhkan dirinya ke samping Aurelia dan menggaduh kesakitan keningnya, sementara itu Aurelia langsung bangkit dari atas ranjang, lalu berusaha membuka ikatan tangannya dan ikatan mulutnya. Kemudian mengambil tali pinggang suaminya yang sudah tergeletak dilantai.
“Kamu pikir aku akan merelakan tubuhku disabet atau dipukul olehmu Mas! Untuk sekarang jelas tidak!” hardik Aurelia menunjukkan wajah garangnya.
Entah kena kerasukan setan apa, Aurelia melayangkan tali pinggang itu ke tubuh Dhafi, tapi sayangnya tangan Dhafi sigap meraih gespernya dan menarik gesper itu hingga Aurelia terhuyung dan terjatuh di atas tubuh suaminya.
“Ternyata semakin lama, wujud kamu mulai berubah ... hem, mulai berani melawan suami mu ini!” ucap Dhafi, kedua lengannya merangkul erat pinggang ramping itu.
Wanita itu menajamkan netranya. “Suami mana! Bukankah aku tidak pernah dianggap sebagai istrimu, dan buat apa aku menganggap Mas sebagai suamiku!” jawab Aurelia dengan lantangnya.
Lagi-lagi Dhafi dibuat terhenyak dengan pesona Aurelia yang selama ini tersembunyi, yang selama ini terlihat rapuh dan cengeng, sejak pagi dia melihat sosok Aurelia yang berani melawannya.
“AKKH!” teriak Aurelia ketika punggungnya dientakkan oleh Dhafi agar dadanya yang berisi lebih menempel dengannya.
“Jangan sembarang ngomong kamu! Aku adalah suamimu!” bentak Dhafi, tidak terima dengan jawaban Aurelia.
Wanita muda itu pun mendongakkan wajahnya agar bisa menatap wajah tampan suaminya.
“Cuih!” Aurelia meludahi wajah suaminya, kemudian tersenyum smirk.
Dhafi membulatkan netranya saat wajahnya diludahi oleh Aurelia, hatinya mulai meradang dan menggeram. Kemanakah cinta Aurelia yang begitu besarnya untuk Dhafi? Mungkinkah mulai terkikiskan?
Bersambung ...
suka 🥰