realita kehidupan seorang gadis yang dari kecil cacat akan kasih sayang yang sebenarnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uppa24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
terungkap sedikit rahasia kecil!!
Ia memberi Elvanzo isyarat dengan tatapan singkat, memberi tahu agar Elvanzo mengikuti ibu mereka ke ruang makan. Dalam suasana yang hening dan canggung, Elvanzo mengikuti langkah ibu Aluna dengan hati yang penuh rasa ingin tahu dan, mungkin, sedikit rasa bersalah. Ia tahu, meskipun saat ini mereka hanya saling berbicara biasa, ada lebih banyak hal yang belum tuntas di hati Aluna yang harus ia hadapi.
Suasana di meja makan terasa lebih tenang setelah beberapa waktu. Walau sedikit canggung di awal, ibu Aluna selalu bisa menjaga percakapan tetap ringan. Di sela-sela pembicaraan tentang hal-hal biasa, Elvanzo tetap berusaha untuk menunjukkan perhatian kepada Aluna dengan cara yang tidak memaksa, namun cermat.
Keesokan hari, apakah kedatangan Elvanzo ini dapat menjadi titik terang untuk mereka berdua atau justru memperdalam jarak yang terbangun, hanya waktu yang dapat menjawab.
...~||~...
esok harinya , suasana di kampung terasa berbeda. Aluna duduk di taman belakang rumahnya, fokus pada layar laptop di depan matanya, sibuk dengan berbagai hal yang berhubungan dengan pekerjaannya. Namun, meskipun pikirannya tenggelam dalam pekerjaan, ada sesuatu yang mengganjal dalam dirinya. Rasa cemas dan kekhawatiran yang datang tiba-tiba masih menghantuinya—terutama mengenai interaksi yang baru saja terjadi antara dirinya dan Elvanzo. Dia merasa seperti ada yang tidak beres, dan meski di luar tampaknya semuanya normal, di dalam hatinya ada sebuah tembok yang tak mudah dihancurkan.
Sementara itu, Elvanzo mencoba berbaur dengan ibu Aluna, menghabiskan waktu santai di ruang makan sembari bercengkrama. Mereka berbicara tentang berbagai topik ringan, sesekali diwarnai tawa kecil yang tak bisa menyembunyikan ketegangan di antara keduanya. Meski perasaan Aluna tak mudah dimengerti, Elvanzo merasa semakin tertarik dengan dunia Aluna yang tertutup, seperti mencoba mengetahui lebih banyak tentang perempuan yang terus menjauh darinya. Ia tahu bahwa ada rahasia besar yang disembunyikan Aluna, sesuatu yang tak ingin dibicarakannya.
Dalam perbincangan ringan itu, tiba-tiba, tanpa sengaja, ibu Aluna terlepas kata.
"Ah, nanti pada seminar bisnis itu, kalau Aluna selesai urusan cabang baru di kota ini, pasti lebih lancar rencananya," ujar ibu Aluna sambil mencicipi hidangan yang dihidangkan. Ia tampak santai, tak menyadari bahwa dia baru saja membuka sekeping rahasia.
Elvanzo terkejut mendengar itu. Meskipun ia sangat ingin menanggapi lebih lanjut, ia terdiam beberapa detik untuk mengolah informasi yang baru saja didengarnya. "Seminar bisnis? Cabang baru? Aluna?" Elvanzo berusaha tidak terlalu memperlihatkan keterkejutannya.
“Benar,” jawab ibu Aluna sambil tersenyum. "Aluna memang tidak banyak bercerita, tetapi dia sudah bekerja keras untuk rencananya ini. Membangun cabang baru di kota ini tentu butuh persiapan matang. Kalian tidak tahu, kadang aku rasa dia sudah lebih jauh melangkah dari yang kami kira.”
Mendengar penuturan ibu Aluna, Elvanzo merasa tertegun. Ia baru tahu bahwa Aluna sedang mempersiapkan sesuatu sebesar itu. Rasanya seperti jawaban atas banyak tanda tanya yang selama ini terpendam dalam dirinya. Elvanzo tiba-tiba merasa terbangun, ada rasa kesadaran yang mengingatkannya bahwa Aluna memiliki dunia yang sangat berbeda dan jauh lebih besar daripada yang pernah ia bayangkan.
Setelah sedikit lebih tenang, Elvanzo mencoba berbicara. "Kapan tepatnya seminar itu akan diadakan? Apakah ada sesuatu yang bisa saya bantu?" tawar Elvanzo dengan nada yang lebih penasaran. Ini bukan sekedar ingin membantu, tapi juga ingin lebih tahu tentang proyek besar Aluna yang selama ini ia simpan sendiri.
Ibu Aluna tersenyum dan memberi penjelasan lebih lanjut tentang bagaimana Aluna sedang menyiapkan seminar tersebut, rencananya untuk membangun cabang bisnis di kota tersebut, dan bagaimana dia ingin melibatkan lebih banyak orang dalam dunia bisnisnya. Namun, ia tidak menyebutkan lebih jauh mengenai alasan Aluna lebih memilih menanggapi semua hal ini secara pribadi.
Di luar, Aluna yang sedang sibuk di tamannya mendengar nama seminar itu disebut, ia memutuskan untuk kembali ke dalam rumah. Ketika matanya bertemu dengan Elvanzo yang menunggu, ada kilatan emosi yang sulit disembunyikan—apakah ini berarti dia tidak bisa lagi menjaga rahasia yang dipendam begitu lama?
Pernyataan ibunya sudah menambah banyak tanya dalam benak Elvanzo, dan membuatnya semakin penasaran tentang masa depan dan langkah apa yang bisa ia ambil untuk bisa berada di samping Aluna dalam proyek hidup besar yang tengah dia jalani.
Apakah Aluna akhirnya akan membuka dirinya lebih lebar pada Elvanzo setelah ini? Apa yang akan terjadi selanjutnya dengan hubungan mereka? Hanya waktu yang bisa memberi jawabannya.
Di tengah kecanggungan yang tercipta akibat pernyataan ibu Aluna, yang tanpa disadari mengungkapkan lebih banyak daripada yang diinginkan, tiba-tiba telepon Elvanzo berdering. Tanpa berpikir panjang, ia memandang sekilas layar ponselnya, dan melihat nama ayahnya tertera di sana.
"Maaf sebentar," kata Elvanzo kepada ibu Aluna, berusaha melepaskan diri sejenak untuk menjawab telepon itu. Ia keluar dari ruang makan dengan langkah cepat, sedikit tertekan oleh perasaan yang baru saja muncul dalam dirinya.
Saat ponsel Elvanzo terangkat, suara ayahnya langsung terdengar dari ujung sana, tegas dan terbiasa memberi perintah.
“Vanzo, aku baru saja dihubungi oleh pihak panitia seminar di kota itu. Mereka mengundang kita untuk hadir besok. Mereka tahu tentang kontribusi kita dan ingin aku, dan mungkin kau, untuk datang apalagi kau adalah penerusku. Bagaimana menurutmu?”
Mendengar ajakan itu, Elvanzo terkejut sejenak, tidak menyangka bahwa ia akan mendapatkan kesempatan seperti itu. Di satu sisi, ia tahu betul betapa pentingnya acara tersebut, tapi di sisi lain, otaknya berputar memikirkan hal-hal yang lebih pribadi. Seminar yang akan datang juga berkaitan erat dengan bisnis yang sedang disiapkan Aluna, yang berarti bahwa mungkin saja kehadirannya di acara itu akan lebih memengaruhi hubungan mereka.
Namun, sebagai seorang anak, ia tak bisa begitu saja menolak ajakan ayahnya, apalagi jika itu berkaitan dengan dunia bisnis dan karier keluarga mereka.
“vanzo, kamu akan hadir kan? Ini kesempatan bagus untukmu,” kata ayahnya dengan suara penuh harapan. “Akan banyak pembicara dan klien potensial di sana. Kita bisa manfaatkan ini untuk hubungan bisnis yang lebih kuat di masa depan.”
Elvanzo mendesah pelan, mencoba menyatukan pikirannya. Pada akhirnya, ia mengangguk. “Baik, aku akan datang. Besok, kan?”
"Betul. Jangan lupa untuk bersiap. Kita akan berangkat pagi-pagi sekali," jawab ayahnya sebelum menutup percakapan.
Setelah telepon berakhir, Elvanzo hanya bisa berdiri diam sejenak. Ada sedikit kebingungan dalam dirinya, namun rasa penasaran terhadap apa yang mungkin terjadi dengan seminar ini dan hubungannya dengan Aluna membuatnya tidak sabar untuk melihat apa yang akan datang. Dengan pikiran yang sedikit kabur, ia kembali ke dalam rumah, dan segera memberi tahu ibu dan Aluna bahwa keesokan harinya ia akan berangkat dengan ayahnya menuju seminar tersebut.
Di dalam hatinya, ia merasa sedikit cemas. Mungkinkah ini saatnya untuk menemukan lebih banyak tentang dunia Aluna, atau apakah kehadirannya di sana justru akan menambah kecanggungan antara mereka?