NovelToon NovelToon
Pendekar Hantu Kabut

Pendekar Hantu Kabut

Status: tamat
Genre:Tamat / Fantasi Timur / Epik Petualangan / Perperangan / Ahli Bela Diri Kuno
Popularitas:1.4M
Nilai: 4.6
Nama Author: Adidan Ari

Cerita ini mengisahkan tentang diri seorang pendekar muda bernama Lin Tian. Seorang pendekar pengawal pribadi Nona muda keluarga Zhang yang sangat setia.

Kisah ini bermula dari hancurnya keluarga Zhang yang disebabkan oleh serbuan para pendekar hitam. Saat itu, Lin Tian yang masih berumur sembilan tahun hanya mampu melarikan diri bersama Nona mudanya.

Akan tetapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada pemuda itu. Lin Tian terpaksa harus berpisah dengan sang Nona muda demi menyelamatkan nyawa gadis tersebut.

Dari sinilah petualangan Lin Tian dimulai. Petualangan untuk mencari sang Nona muda sekaligus bertemu dengan orang-orang baru yang sebagian akan menjadi sekutu dan sebagian menjadi musuh.

Kisah seorang pengawal keluarga Zhang untuk mengangkat kembali kehormatan keluarga yang telah jatuh.

Inilah Lin Tian, seorang sakti kelahiran daerah Utara yang kelak akan menggegerkan dunia persil

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adidan Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23. Pertemuan

Malam telah tiba, dan kini saatnya pertemuan keenam keluarga akan segera diadakan seperti yang sudah direncanakan sejak beberapa hari lalu.

Malam itu adalah malam bulan purnama. Terlihat di langit sana bertaburan ratusan bintang banyaknya yang menemani di kanan dan kiri sang bulan. Tidak ada satupun awan yang menunjukkan cuaca sedang dalam keadaan bagus.

Terasa angin malam berhembus sepoi-sepoi dari arah Utara ke Selatan, sangat nyaman dan menenangkan.

Akan tetapi jauh berbeda dengan suasana di ruang pertemuan keluarga Xiao. Saat ini di ruangan itu telah berkumpul semua perwakilan dari masing-masing keluarga yang diundang.

Mereka semua duduk melingkar menghadapi sebuah meja bundar berbahan batu marmer yang cukup besar.

Berbeda dengan pertemuan di keluarga Hu beberapa waktu lalu. Jika waktu itu mereka hanya mengirim perwakilan keluarga untuk menghadiri pertemuan tersebut, kali ini yang datang bukan hanya perwakilan melainkan pemimpin dari masing-masing keluarga yang memang sengaja secara pribadi meninggalkan tugas untuk sementara agar bisa menghadiri pertemuan penting ini.

Karena seorang pemimpin, tentu saja mereka tak datang sendiri. Setiap keluarga datang dengan membawa beberapa orang pengawal elit dan setidaknya lima puluh orang lebih pengawal senior. Bahkan ada juga yang menyewa seorang pendekar.

Keluarga ini adalah keluarga Chu. Mereka sengaja menyewa tujuh orang pendekar tingkat tinggi karena yang datang bukan hanya pemimpin keluarga seorang, melainkan bersama dengan sang kaisar sendiri. Penguasa daratan Selatan itu meninggalkan singgasananya untuk menghadiri pertemuan malam hari ini. Dapat dibayangkan betapa pentingnya pertemuan ini.

Tetapi dari kelima keluarga yang hadir di kediaman Keluarga Xiao, mereka semua tidak ada yang berpenampilan layaknya seorang bangsawan. Mereka sengaja menyamarkan identitas aslinya agar tidak menarik perhatian pihak lain, terutama sekali Keluarga Hu.

Seperti halnya rombongan dari keluarga kaisar yaitu Keluarga Chu, mereka menyamar menjadi rombongan pengungsi yang pakaiannya kumal dan kotor serta rambut yang sengaja tidak ditata agar memberi kesan menjadi orang susah.

Berbeda dengan keluarga Jiang, mereka bahkan lebih parah dari keluarga Chu. Bagaimana tidak, keluarga ini menyamar menjadi rombongan para pengemis yang pakaiannya jelas jauh lebih kotor dan kumal dari para pengungsi.

Ada yang cuma bercelana tak berbaju, ada yang memakai pakaian butut dan bertopi caping yang sudah bolong sana-sini. Ada juga yang memakai baju akan tetapi salah satu lengan baju itu hilang sehingga membuat orang itu berpakaian aneh sekaligus lucu. Satu tangan berlengan panjang satu tangan lainnya berlengan pendek.

Lebih hebatnya lagi, demi menjaga indentitas yang sesungguhnya, Keluarga Jiang ini rela menjadi pengemis betulan di desa-desa tempat mereka singgah. Bahkan mereka hanya diam saja ketika mendapat cacian dan makian dari penduduk sekitar.

Memang semua ini adalah rencana Xiao Li yang menuliskan dalam surat undangannya untuk jangan sampai membongkar identitas asli mereka. Akan tetapi, pria ini tidak pernah menyangka akan separah ini penyamaran yang dilakukan oleh mereka untuk merahasiakan identitas.

Yang membuat Xiao Li tercengang adalah rombongan dari keluarga Tan. Pasalnya mereka ini menyamar menjadi rombongan bandit gunung.

Mereka datang ke kediaman keluarga Xiao dengan pakaian tebal ala pegunungan lengkap dengan golok dan gendewa, juga wajah mereka dipoles dengan arang agar terlihat garang dan menyeramkan.

Tentu saja Xiao Li terkejut dan sempat tidak percaya melihat kedatangan mereka. Akan tetapi ketika pemimpin keluarga Tan menunjukkan lempengan emas murni yang menjadi tanda pengenal setiap keluarga penguasa, tahulah Xiao Li jika mereka itu benar-benar berasal dari keluarga Tan.

Saat ini di ruang pertemuan keluarga Xiao sudah duduk keenam pemimpin keluarga ditambah sang kaisar sendiri dan sepuluh orang pengawal elit dari masing-masing keluarga.

Mereka sengaja hanya membawa sepuluh orang keruang pertemuan karena sisanya disebar keseluruh penjuru Kota Batu untuk menjaga keamanan selama pertemuan berlangsung.

Di Kota Batu malam hari ini memang terlihat biasa-biasa saja seperti hari-hari sebelumnya. Akan tetapi tidak ada yang tahu bahwasannya di tengah-tengah kota itu terdapat ratusan pengawal tingkat tinggi yang selalu siap siaga dengan segala kemungkinan. Mereka semua selalu berpatroli keliling kota dengan sembunyi-sembunyi tanpa diketahui orang.

Akan tetapi lain cerita dengan pengawal keluarga Chu dan keluarga Jiang. Karena mereka menyamar menjadi pengungsi dan pengemis, sehingga para pengawal itu berjaga dengan cara duduk-duduk atau rebah di pinggir jalan sambil pura-pura tidur.

Di sana hadir pula Xiao Mei beserta kedua putrinya. Karena hanya mereka bertiga yang melihat secara langsung semua perkataan dan diskusi dalam pertemuan keluarga Hu tempo hari. Di sana juga hadir Hao Yu yang berdiri tegak di samping Nona mudanya.

"Baiklah, apa bisa kumulai pertemuannya sekarang?" Akhirnya Xiao Li selaku tuan rumah angkat bicara.

Semua pemimpin dari masing-masing keluarga menganggukkan kepala tanda setuju.

"Kalau begitu, akan aku ceritakan terlebih dahulu awal mula dari semua keanehan ini."

Setelah itu Xiao Li memulai ceritanya. Pria ini menceritakan semua hal yang dia tahu tentang isi diskusi pertemuan keluarga Hu waktu itu. Tentu saja semua cerita ini sama persis seperti penuturan istrinya.

Semua orang yang hadir di sana mendengarkan dengan seksama setiap perkataan yang keluar dari mulut Xiao Li. Karena itu suasana menjadi hening dan tegang, hanya terdengar suara Xiao Li yang sibuk bercerita. Hao Yu bahkan sampai bernafas dengan perlahan-lahan, khawatir suara nafasnya akan mengganggu jalannya pertemuan.

"Begitulah ceritanya. Lalu ketika semua perwakilan sudah pergi meninggalkan kediaman keluarga Hu, seperti yang kita ketahui, mereka semua diserang oleh para bandit." Jelas Xiao Li.

Chu Shen, pemimpin keluarga Chu yang duduk di sebelah kaisar itu mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju.

"Hm...jadi begitu, untung saja kita semua mengirim seorang mata-mata untuk mengawasi gerak-gerik keluarga Hu satu minggu sebelumnya, sehingga mereka bisa tahu soal penyerangan itu. Jika tidak, mungkin sekarang ini kita baru sadar kalau semua perwakilan telah terbunuh." Ucapnya.

Kaisar sendiri juga mengangguk-angguk menyetujui pernyataan tersebut.

"Anda benar Tuan Chu. Kalau begitu akan saya lanjutkan ke permasalahan berikutnya, jadi setelah anak istriku pulang..."

Xiao Li kembali bercerita. Dia menuturkan semuanya tanpa terkecuali soal kedatangan sang 'utusan' yang menginginkan penggabungan dua keluarga serta tersebarnya berita itu tepat pada keesokan harinya.

Dia juga menjelaskan semua keanehan-keanehan yang dijelaskan oleh Lin Tian tentang sang 'utusan' yang sudah disiapkan oleh keluarga Hu untuk mengikuti setiap rombongan keluarga ketika mereka pergi meninggalkan kediaman keluarga Hu.

Xiao Li mendapat keterangan dari Lin Tian tentang informasi ini bukan disaat sarapan bersama pagi itu. Melainkan ketika pagi hari ini, disaat Lin Tian baru saja pulang setelah mengambil pedang barunya.

Lin Tian memang tidak langsung mengatakan pada saat sarapan bersama beberapa hari lalu karena dirinya beralasan saat itu Xiao Li terlihat sedang sangat tertekan dan pemuda itu tak ingin menambah beban pikirannya.

Tapi tentu saja dia tidak mengatakan jika semua informasi itu berasal dari pemikiran Lin Tian. Karena memang keinginan pemuda itu yang meminta kepada Xiao Li agar jangan sampai semua orang dipertemuan malam ini tahu akan keberadaannya.

Pemuda itu berkata jika dirinya tidak ingin terlalu menonjol dan menarik perhatian.

"Demikianlah, apa ada yang ingin memberi pendapat, Tuan-tuan sekalian?" Tanya Xiao Li setelah mengakhiri ceritanya.

Tak ada jawaban untuk pertanyaan Xiao Li, suasana menjadi sangat hening dan canggung. Semua orang larut dalam pikirannya masing-masing.

Hingga tiba-tiba ada yang berkata menjawab pertanyaan tersebut.

"Hm....hm....aku paham sekarang. Ternyata kita semua adalah orang-orang bodoh yang mudah ditipu orang. Hah....sungguh menyedihkan." Ucap seorang pria yang berumur lima puluh tahun sambil menghela nafas beberapa kali.

Orang ini memakai pakaian tebal yang terbuat dari bulu harimau, di punggungnya terdapat sebuah golok besar yang berwarna hitam mengkilap. Dia ini adalah pemimpin keluarga Tan yang sedang dalam penyamarannya menjadi bandit, dia bernama Tan Hui.

"Apa maksud anda Tuan?" Ucap kaisar yang sedikit tidak nyaman mendengar jawaban itu.

"Mohon maaf Yang Mulia, akan tetapi hanya kata bodoh lah yang sangat pantas untuk menggambarkan keadaan kita semua saat ini." Jawab orang itu seraya menjura memberi hormat.

"Coba kau jelaskan!!" Perintah sang kaisar tegas.

"Baiklah. Kalau begitu aku akan bertanya, bukankah dulu kita sudah bersepakat agar mengirim seorang mata-mata untuk mengawasi setiap gerak-gerik keluarga Hu?" Tanya Tan Hui serius.

"Benar."

"Lalu setelah beberapa hari perwakilan kita pergi meninggalkan kediaman keluarga Hu, mereka semua mati oleh bandit. Dan aku yakin kita semua mendapat kabar itu dari mata-mata kita yang mengirimkan pesan melalui burung merpati, benar bukan?"

Seperti dikomando, semua orang menganggukan kepala. Kecuali Xiao Li yang memang tidak mendapat kabar apapun.

"Dan jika ucapan Tuan Xiao benar, tentang sang utusan yang sudah mengikuti rombongan perwakilan keluarga kita semenjak mereka meninggalkan kediaman keluarga Hu. Mengapa tindakan mereka ini bisa luput dari pengawasan mata-mata kita? Sedangkan kita juga sudah sepakat untuk mengirm seorang mata-mata terbaik?"

Mendengar pertanyaan ini, semua orang yang ada di sana terdiam tak mampu berkata-kata.

"Kami dari pihak keluarga Tan masih belum memberi perintah kepada mata-mata kami untuk kembali. Apa Tuan-tuan sekalian juga sama seperti kami?"

"Ya, kami dari keluarga Jiang juga belum menyuruh mata-mata kami kembali karena aku berpikir akan lebih baik untuk saat ini jika keluarga Hu terus diawasi." Jawab pemimpin keluarga Jiang, Jiang Shi.

Mereka semua menganggukkan kepala tanda setuju dengan ucapan Jiang Shi.

Tan Hui diam sejenak untuk mengambil nafas, kemudian lanjut berkata serius, "Aku yakin mereka semua tak akan ada yang kembali."

"Karena mereka semua sudah mati." Lanjutnya.

"Braaakk!!"

Terdengar suara gebrakan meja, ternyata itu adalah pemimpin keluarga Chu.

"Jangan bercanda kau Tuan Tan!! Apa maksudmu mereka sudah mati!?" Katanya berapi-api.

Spontan hal ini membuat sepuluh orang pengawal Tan Hui bersiap dengan tangan yang sudah meraba gagang golok masing-masing.

"Tenang...tenang..." Ucap Tan Hui dengan penuh kesabaran seraya mengangkat tangan kiri menenangkan para pengawalnya.

"Menurut perkiraanku, pesan yang dikirimkan kepada kita waktu itu bukan pesan yang berasal dari mata-mata, akan tetapi pesan yang ditulis sendiri oleh keluarga Hu." Kata Tan Hui melanjutkan penjelasannya.

"Jadi, aku yakin mata-mata kita sudah tahu tentang rahasia bandit itu yang sejatinya adalah orang-orang keluarga Hu. Akan tetapi, keluarga Hu terlebih dahulu menyadari hal ini dan membunuh mereka agar kita semua tidak tahu tentang kebenaran ini."

"Kemudian mereka bermain peran sebagai mata-mata kita dan mengirimkan pesan yang isinya semua perwakilan telah terbunuh. Jika itu benar mata-mata kita, tidak mungkin mereka hanya mengirim surat untuk masalah segawat ini, sudah pasti orangnya sendiri yang akan langsung datang melapor pada kita."

"Kemudian, mereka melanjutkan sandiwara yang berikutnya, yaitu datangnya sang utusan ke keluarga Xiao." Jelas Tan Hui panjang lebar.

"Tapi Tuan Tan, aku sama sekali tidak mendapat pesan apapun dari mata-mata ku." Ucap tiba-tiba Xiao Li.

Tan Hui mengangguk-anggukkan kepala kemudian berkata, "Itu artinya...keluarga Xiao memang sudah diincar dari awal."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

|•BERSAMBUNG•|

1
ABDUL MALIK
Luar biasa
Ambara Sugun
kenapa tidak dijarah kekayaannya
Arsi Oke
Lumayan
Khoirul Anam
Luar biasa
Rino Wengi
kenapa penjahat nggak dibunuh? nambah musuh doang
ahmad sudrajat
Luar biasa
Ambara Sugun
ternyata pedang dewi salju kalah dgn clurit hahaaa
Ambara Sugun
thor lupa ya lin tian punya cincin ruang
pecahan_misteri
p
Wan Trado
burung pengantar surat biasanya sudah terlatih dan hanya akan melalui rute atau tempat yg sudah dilatih sebelumnya, tidak mungkin burung pos tau rute yg belum pernah dia jalani
Wan Trado
yah tongkat si budiman dibawa bawa
Wan Trado
putra putri kaisar berjalan jauh tanpa pengawalan
Wan Trado
sempat berpikir dalam kebimbangan ya, ini pertempuran bukan pembicaraan, gunakan reflek dan instingmu hadeehh..
Wan Trado
tidak tau berterimakasih kau yaa😠
Wan Trado
seorang guru biasanya akan melepas muridnya apabila ilmu yg diturunkan sudah sempurna
Wan Trado
sombongnya, merasa sudah hebat sekali ya.. mau diangkat jadi murid sepertinya enggan pula..
Wan Trado
kenapa harus senior ya bahasanya
Wan Trado
terlalu berpikiran bijak dalam menyelesaikan masalah padahal usianya masih remaja dan besar digunung, jadi agak aneh
Wan Trado
sepertinya terlalu lancang, baru pertama kali bertemu sudah menanyakan hal tentang keluarga
Wan Trado
dijaman saat itu belum dikenal hitungan waktu dalam menit dan jam, tapi biasanya ukuran waktunya sepeminuman teh, sepenanak nasi dsbnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!