NovelToon NovelToon
Mentari Di Balik Kabut

Mentari Di Balik Kabut

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dosen / Percintaan Konglomerat / Fantasi Wanita
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Fika Queen

Roseane Park, seorang mahasiswi semester akhir yang ceria dan ambisius, mendapatkan kesempatan emas untuk magang di perusahaan besar bernama Wang Corp. Meskipun gugup, ia merasa ini adalah langkah besar menuju impian kariernya. Namun, dunianya berubah saat bertemu dengan bos muda perusahaan, Dylan Wang.

Dylan, CEO tampan dan jenius berusia 29 tahun, dikenal dingin dan angkuh. Ia punya reputasi tak pernah memuji siapa pun dan sering membuat karyawannya gemetar hanya dengan tatapan tajamnya. Di awal masa magangnya, Rose langsung merasakan tekanan bekerja di bawah Dylan. Setiap kesalahan kecilnya selalu mendapat komentar pedas dari sang bos.

Namun, seiring waktu, Rose mulai menyadari sisi lain dari Dylan. Di balik sikap dinginnya, ia adalah seseorang yang pernah terluka dalam hidupnya. Sementara itu, Dylan mulai tergugah oleh kehangatan dan semangat Rose yang perlahan menembus tembok yang ia bangun di sekelilingnya.

Saat proyek besar perusahaan membawa mereka bekerja lebih dekat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fika Queen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 20

Rose terdiam, menatap Dylan dengan campuran emosi yang sulit diterjemahkan. Wajahnya tetap tenang, tetapi sorot matanya menunjukkan bahwa kata-kata Dylan mengguncang perasaannya.

“Pak Dylan...” suara Rose lembut, namun penuh kehati-hatian. “Kenapa baru sekarang? Setelah semua waktu yang berlalu, setelah aku mencoba melupakan semuanya?”

Dylan merasa tenggorokannya tercekat, tapi ia tahu tidak ada ruang untuk keraguan. “Aku tahu aku bodoh karena membiarkanmu pergi dulu, Rose. Tapi aku tidak bisa mengabaikan apa yang kurasakan. Aku datang ke sini bukan untuk mengacaukan hidupmu, tapi untuk memperbaiki hubungan kita.”

Rose tersenyum kecil, meski masih ada keraguan di baliknya. “Kau bilang ingin memperbaiki hubungan kita? Pak Dylan, kau tahu apa yang telah berubah? Hidupku tidak sama seperti dulu. Aku tidak sama seperti dulu.”

“Dan aku tidak meminta semuanya kembali seperti dulu,” Dylan menjawab cepat. “Aku hanya ingin kesempatan untuk berada di sisimu lagi. Aku tidak peduli seberapa banyak yang telah berubah. Aku hanya ingin mendukungmu... di mana pun kau berada.”

Rose memalingkan wajahnya, menghela napas panjang sebelum berbicara lagi. “Apa kau tahu betapa sulitnya bagiku menjalani hidup di dunia ini? Menjadi idol bukan hanya tentang tampil sempurna di depan orang-orang. Ada tekanan, kritik, bahkan kehilangan privasi. Apakah kau benar-benar siap menghadapi dunia di mana aku hidup sekarang?”

Dylan melangkah lebih dekat, suaranya serius tapi lembut. “Aku tidak peduli seberapa sulitnya, Rose. Aku hanya peduli tentang kau. Aku tidak akan lari lagi. Jika kau harus menanggung semuanya, biarkan aku ada untuk membantumu.”

Rose terdiam lagi, tetapi air mata mulai mengalir di pipinya. Ia buru-buru menyekanya, tidak ingin terlihat rapuh. “Kau tidak berubah, Pak Dylan. Kau selalu punya cara untuk membuatku percaya...”

“Karena aku tulus, Rose,” Dylan menyela. “Dan aku akan terus mencoba sampai kau percaya sepenuhnya.”

Rose akhirnya menghela napas panjang, menyandarkan tubuhnya di dinding. “Pak Dylan... Aku tidak bisa memberikan jawaban sekarang. Hidupku terlalu rumit, dan aku butuh waktu untuk memikirkan semua ini.”

Dylan mengangguk, meski hatinya terasa berat. “Aku akan menunggu, Rose. Berapa lama pun yang kau butuhkan, aku akan tetap menunggu.”

Rose mengangguk pelan, lalu menatap Dylan untuk terakhir kalinya sebelum berkata, “Kita lihat saja nanti. Tapi untuk sekarang... terima kasih sudah datang mencariku.”

Ketika Dylan melangkah keluar dari gedung, ia merasa campuran emosi memenuhi hatinya—lega karena akhirnya bertemu Rose, tetapi cemas dengan ketidakpastian yang masih menggantung. Namun, satu hal yang ia tahu pasti: ia tidak akan menyerah.

Dari kejauhan, Yibo mendekat dengan senyum simpul. “Bagaimana? Kau berhasil berbicara dengannya?”

Dylan hanya mengangguk pelan. “Ya, tapi ini baru permulaan. Aku harus bersabar.”

Yibo menepuk bahunya. “Kau sudah melakukan hal yang benar dengan datang ke sini. Sisanya terserah padamu dan Rose. Tapi kalau ada yang bisa kubantu, kau tahu aku ada di sini.”

Dylan tersenyum kecil. “Terima kasih, Yibo. Aku tidak akan melupakan ini.”

Malam itu, Dylan kembali ke hotelnya, merasa bahwa harapan masih ada. Dan meskipun jalan di depan tampak penuh tantangan, ia tahu bahwa perasaannya pada Rose adalah sesuatu yang tidak akan pernah ia lepaskan.

***

Keesokan paginya, Dylan terbangun dengan perasaan berat di dadanya. Ia duduk di tepi ranjang, menatap ke luar jendela kamar hotelnya. Kota Seoul yang sibuk terlihat begitu hidup, tetapi di dalam dirinya justru ada kekosongan yang sulit dijelaskan.

Ia telah memutuskan untuk kembali ke Tiongkok hari ini, meski ia tahu hatinya masih tertambat pada Rose. “Mungkin aku terlalu berharap,” pikir Dylan, menghela napas panjang. Ia teringat kembali bagaimana lima tahun yang lalu, ia juga ditinggalkan oleh seseorang yang sangat ia cintai.

Lima tahun lalu, Dylan masih menjadi pria muda yang penuh ambisi. Ia memutuskan untuk menolak melanjutkan bisnis keluarganya yang sudah mapan, memilih untuk membangun usahanya sendiri dari nol. Keputusan itu tidak hanya mengundang pertentangan dari keluarganya, tetapi juga menyebabkan keretakan dalam hubungannya dengan mantan pacarnya, Sophia.

Sophia, seorang aktris dan model terkenal, tidak bisa menerima keputusan Dylan. “Kau memilih jalan yang sulit, Dylan. Aku tidak ingin hidup dalam ketidakpastian. Aku butuh seseorang yang stabil, yang bisa mendukungku,” katanya dengan nada dingin.

Dylan mencoba menjelaskan bahwa ia ingin hidup sesuai dengan mimpinya, bukan hanya mengikuti jejak keluarga. Tapi Sophia tidak mau mendengar. Akhirnya, ia memilih untuk meninggalkan Dylan demi kariernya yang terus menanjak.

Pengkhianatan itu meninggalkan luka yang dalam di hati Dylan, membuatnya berjanji bahwa ia tidak akan pernah membiarkan seseorang memengaruhi pilihannya lagi. Tapi kini, perasaannya pada Rose membuatnya takut akan mengulang kesalahan yang sama.

Di bandara, Dylan duduk di ruang tunggu dengan tatapan kosong. Ia mencoba mengalihkan pikirannya dengan membaca dokumen proyek bisnis yang baru saja ia sepakati dengan Yibo, tetapi pikirannya terus kembali pada Rose.

“Apa yang sebenarnya aku harapkan? Apakah aku berharap Rose tiba-tiba mengejarku ke sini dan memintaku untuk tinggal?” Dylan tertawa kecil pada dirinya sendiri, tetapi tawanya pahit.

Namun, di saat ia tenggelam dalam pikirannya, suara lembut menyapanya. “Pak Dylan?”

Dylan mendongak dan terkejut melihat Rose berdiri di depannya, mengenakan mantel panjang dan syal yang membungkus lehernya. Wajahnya tampak pucat, tetapi sorot matanya penuh tekad.

“Rose? Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Dylan, bingung sekaligus tak percaya.

Rose menggenggam erat tali tasnya, seperti mencoba menenangkan dirinya. “Aku tahu kau akan pergi, dan aku tidak ingin melewatkan kesempatan ini.”

Dylan berdiri, masih tidak yakin apa yang sedang terjadi. “Kesempatan apa?”

Rose menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, “Kesempatan untuk jujur pada diriku sendiri. Tuan Wang, aku takut dengan apa yang kau tawarkan. Aku takut pada perubahan, takut pada apa yang akan terjadi jika aku membiarkanmu masuk kembali ke hidupku. Tapi aku lebih takut kehilanganmu lagi.”

Kata-kata itu membuat Dylan terdiam. Ia melihat bagaimana Rose mencoba menahan air matanya, berusaha tetap kuat meskipun emosinya jelas terlihat.

“Aku tidak tahu apakah aku siap untuk hubungan ini, tuan Wang,” lanjut Rose, suaranya bergetar. “Tapi aku tahu satu hal: aku tidak ingin mengulang kesalahan yang sama. Aku tidak ingin mengabaikan seseorang yang berarti dalam hidupku.”

Dylan merasakan hatinya yang berat perlahan menjadi lebih ringan. Ia melangkah mendekat, menatap Rose dengan penuh harap. “Rose, aku tidak meminta segalanya sempurna. Aku hanya ingin ada untukmu, apa pun yang terjadi. Kita bisa melewati ini bersama, satu langkah demi satu langkah.”

Rose tersenyum kecil, meski air mata masih mengalir di pipinya. “Aku ingin mencoba, tuan Wang. Aku ingin melihat ke mana jalan ini membawa kita.”

Dylan tidak bisa menahan senyumnya. “Itu sudah cukup bagiku, Rose. Aku tidak butuh jawaban sempurna, hanya kesempatan.”

Di bandara itu, untuk pertama kalinya sejak lama, Dylan merasa bahwa ia tidak lagi dihantui masa lalu. Bersama Rose, ia merasa ada harapan baru, sebuah awal yang berbeda dari apa pun yang pernah ia alami sebelumnya.

Mereka berjalan keluar dari bandara bersama, meninggalkan semua keraguan yang dulu membebani mereka. Apa pun yang akan terjadi di masa depan, mereka siap menghadapi semuanya bersama.

***

Bersambung

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!