Safire adalah seorang Dokter di masa depan, tiba-tiba dia sudah berada di tubuh seorang Putri. Istri dari seorang Pangeran yang dulunya adalah kandidat Putra Mahkota terkuat, tapi karena suatu insiden memalukan akhirnya sang Pangeran harus kehilangan wajah dan wibawa-nya. Karena penjebakan Esmera, akhirnya dia harus menikahi wanita yang tidak disukainya. Seorang Putri yang sangat angkuh, jahat dan licik.
"Kau bangun?! Ckkkk.... aku kira kau mati! itu yang aku harapkan! Jangan pikir aku menyentuh dan menggaulimu karena aku menginginkanmu, Esmera! Aku dipaksa meminum obat oleh Ibu Suri karena kau merengek padanya. Kau bilang padanya setelah aku menikahimu aku tidak pernah menyentuhmu! Bahkan sekarang setelah aku menyetubuhimu, aku ji jik pada diriku sendiri!" ujar Pangeran Alexander berwajah ji jik.
Akankah Safire bisa merubah stigma buruk Putri Esmera, pemilik tubuh yang ia masuki?
Yuk, kepoin aja...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab - 14 Apa Paman Sudah Tergoda Oleh Wanita Licik Ini?
Bab.14
Pangeran Alexander menatap tajam pada sang Paman, ia tak percaya Paman yang sejak kecil dekat dengannya segampang itu menebaskan pedang di lehernya.
"Paman serius?" tanya nya dengan suara dingin.
"Kamu ingin jawaban apa?" Pangeran Otis mengangkat sebelah alisnya.
"Cckck, apa Paman sudah tergoda oleh wanita licik ini? Apa Paman tidak ingat saat aku dijebak oleh Esmera dan harus menikahinya? Sekarang sepertinya Paman yang sudah terjebak oleh Esmera." Wajah Pangeran Alexander terlihat ji jik saat melihat ke arah Safire terbaring.
"Kau ingin membahas tentang kau yang terjebak Esmera, Lex? Baik, kita bahas. Tapi setelah Tabib mengobati Putri Esmera, tunggu diluar!" bentak Pangeran Otis tak sabar.
Pangeran Otis menarik pedangnya dari leher Pangeran Alex kemudian menyarungkan nya kembali. Ia berjalan mendekat ke arah ranjang. "Kau menunggu apa lagi?! Cepat periksa tubuh Putri!"
"Panggil pelayan perempuan saja, Pangeran." Usul sang Tabib.
Dengan cepat Pangeran Otis memanggil salah satu pelayan wanita, menyuruh memeriksa tubuh Putri. Dia sendiri memalingkan wajahnya untuk kesopanan, hanya saja ia melihat Pangeran Alexander terus menatap ke arah ranjang. Itu sudah sewajarnya, Putri adalah istrinya.
"Ya ampun! Punggung Putri terluka parah karena cambukan, bahkan ada daging sobek tapi tidak diobati dengan benar!" seru pelayan.
Mata dingin Pangeran Otis seketika menatap bak malaikat kematian pada Pangeran Alexander, tapi saat ini yang terpenting baginya hanya kondisi Esmera.
"Tabib, obati lukanya."
"Baik, maaf lancang." Tabib menggeleng karena ngeri melihat luka parah di seluruh bagian punggung. Daging - daging tubuh yang tersayat begitu terlihat mengerikan, bagaimana bisa ada orang selamat dari luka besar seperti ini?
"Luka ini bekas cambukan lebih dari 30 kali, luka sayatan daging saling bertindih. Aku heran Putri masih bisa selamat, luka ini sangat dalam dan terlalu keras untuk tubuh seorang perempuan. Bahkan ada memar-memar kebiruan di bagian bahu, entah di tubuh bagian depan," Tabib terus bicara menjelaskan luka sembari mengobati punggung Safire.
"Alex! Kau ba jingan kejam dan dingin! Apa nyawa orang sebegitu tak berharganya di matamu?! Apalagi Putri Esmera adalah istrimu!"
"Jangan begitu saja mengambil kesimpulan, Paman. Dia yang lebih dulu menyiksa seorang anak pelayan di kediaman ku, bahkan saat anak itu sekarat Esmera masih menyiksanya! Wanita berhati ib lis ini memang sudah sepantasnya aku siksa, Dia pantas mati!"
"Kau!"
"Arggtth, ummm... " rintihan kecil terdengar dari bibir Safire.
Pangeran Otis membalikkan tubuhnya, ia mendekati ranjang tanpa melihat punggung Safire yang sedang diobati tabib.
"Putri..."
Safire membuka kedua matanya, karena tubuhnya tertelungkup menghadap ke bawah membuat kepalanya menyamping. Wajah Safire sangat dekat dengan wajah Pangeran Otis.
"Pangeran, dima.. na... aku..." suaranya sangat kecil.
"Di kamar ku di dalam Istana, apa yang kamu rasakan? Tabib sedang mengobatimu."
"Sakit sekali, bisakah tolong ambilkan kotak kecil di lengan gaun ku?"
Pangeran Otis meraba kantong di lengan gaun Safire, ia menemukan kotak kecil itu. "Ini, apa ini kotak obatmu yang tadi?"
"Ya... tekankan pada jariku. Biarkan kotak itu membesar, ada obat di kantong biru ambil satu untukku. Itu obat pereda nyeri, tolong..." Safire bersusah payah bicara, rasa sakit dari luka sayatan cambuk di punggungnya begitu menyakitkan.
Pangeran Otis terus mengikuti keinginan Safire, ia menekankan kotak kecil ke jari Safire dan benar saja seketika kotak itu berubah besar. Dengan cepat Pangeran Otis mencari kantong berwarna biru lalu mengeluarkan satu butir obat dari dalam dan memasukkan ke dalam mulut Safire.
"Terima kasih," ujar Safire menelannya.
Kotak obat itu mengecil kembali, "Bisakah untuk sementara kotak itu kamu jaga, Pangeran? Aku ingin kotak itu aman."
Pangeran Otis melirik ke arah keponakannya yang sedang menatapnya marah, ia tak perduli dengan kemarahan Pangeran Alexander padanya. Ia memasukkan kotak obat ke dalam bajunya agar aman, sesuai permintaan Safire.
seru lucu jg