Namaku Tiara Putri Mahesa, aku menikah dengan seorang Pria bernama Rio Anggara. Seorang pemuda sukses berjabatan Manager di Perusahaan Besar, dia sangat mencintaiku. Namun sikap dan sifatnya lambat laun berubah, dia menafkahiku dengan tidak layak, bahkan kerab tidak memberiku nafkah. Padahal Tugas Seorang Suami memberi Nafkah Lahir dan Batin Terhadap Istrinya. Tak jarang aku pun bagai seorang pengemis yang harus berkali kali mengiba meminta hakku. Namun kesabaranku seolah di injak injak dengan perbuatannya di belakangku, lelah dengan kesabaran yang tak pernah di hargai. Akhirnya aku Berontak dan Mundur.
Bagaimana kelanjutan kisahku? Yuk baca kisahku
Happy Reading❤️🔥
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cillato, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rio Berkhianat
Lagi dan lagi, Mas Rio Pulang terlambat.
Entah apa saja yang dilakukan nya di luar rumah.
Selalu pulang terlambat, bahkan tak sering Mas Rio pulang tengah malam.
Membuatku resah dan ke khawatiranku semakin menjadi jadi.
Apalagi setelah banyak hal janggal yang ku lihat, dari Tanda merah di dadanya, Struk Belanja Tas Branded ratusan juta, hingga seseorang dalam status fotonya.
Tepat pukul sebelas malam, Mas Rio baru pulang. Aku yang memang masih terjaga, menoleh ke arahnya yang baru membuka pintu kamar.
Badannya bau minum minuman alkohol, serta bau rokok. Wajahnya terlihat kusut, seperti sedang kelelahan.
"Dari mana saja mas, kok baru pulang jam segini?". Tanyaku padanya, aku masih berbicara pelan meskipun diri ini di penuhi amarah.
"Ada urusan sama teman teman kantor" jawabnya datar
Ya aku tahu, Mas Rio pergi makan bersama dengan temannya. Tapi bukan itu yang aku khawatirkan, tapi seseorang yang berada difoto itu.
"Kamu kenapa belum tidur ra?". Lanjutnya
"Aku nungguin kamu mas, aku khawatir..". Ucapku
Tanpa membalas sepatah katapun dari ucapanku barusan, Mas Rio melenggang pergi menuju kamar mandi. Aku membuang nafas pelan, membuang rasa sesak didalam dada.
Aku masih Sah Istri resmi Mas Rio, jadi aku berhak tahu kegiatan suamiku diluar.
Aku selalu berusaha menjadi istri yang berbakti kepada Mas Rio, selalu melayani kebutuhan Mas Rio.
Tapi aku tak kuat jika sikap Mas Rio yang selalu mencueki ku, bersikap acuh tak acuh padaku.
Aku hanya wanita biasa, yang punya rasa marah, dan kecewa.
Jika tak ingat situasi ini sudah larut malam, mungkin aku sudah meluapkan amarahku ini. Ingin sekali diri ini mencaci maki Mas Rio, meluapkan amarah ini. Mencecar Mas Rio dengan pertanyaan yang menyelimuti hati ini, tapi itu percuma saja. Pasti hanya sebuah jawaban kebohongan yang di lontarkan dari mulut Mas Rio.
Tiiiingg...
Terdengar bunyi notifikasi pesan yang berasal dari ponsel milik Mas Rio.
Aku mendekat, ku raih ponsel Mas Rio yang tergeletak diatas nakas samping tempat tidur.
Kenapa ponselnya di kunci, gk seperti biasanya.
Satu pesan dari nomor irwan, hati ini berdenyut nyeri saat membaca pesan dari nomor tersebut. Meski tak bisa membaca semua pesan itu, tapi aku bisa melihat sekilas isi pesannya.
Dadaku tiba tiba sesak, Hancur hatiku.
Ketakutan yang selama ini menghantuiku, dan semua kegelisahan selama berhari hari ku pendam ternyata nyata. Mas Rio mem
ngkhianatiku, mengkhianati janji suci pernikahan ini. Pesan yang sepotong ini cukup membuktikan bajwa Mas Rio tidak lagi setia.
Aku membekap mulut, aku menangis tergugu. Menangis tanpa menimbulkan suara, agar tak terdengar begitu saja.
Sesak dadaku mengingat bukti bukti yang cukup membuatku syok.
Tak lama Mas Rio keluar dari kamar mandi, dia melihatku sekilas. Menatapku dengan mengernyitkan dahinya, seolah sedang berfikir. Mungkin dia sedang berfikir aku kenapa.
Tapi tak dihiraukannya aku, lalu dia mengambil baju lantas menggunakannya.
Sementara aku masih duduk di atas ranjang, menetralkan rasa sesak ini. Agar terlihat biasa saja, sebisa mungkin aku berusaha menyembunyikan luka yang teramat perih ini.
Mas Rio berjalan ke arah ranjang, lalu merebahkan tubuhnya di sampingku. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.
Apa memang sekarang aku tak sepenting itu di hidupmu mas? Sehingga kamu mencari kebahagian lain diluaran.
Apa aku sudah tak di anggap lagi menjadi istrimu?
Apa sudah tak ada lagi namaku di hatimu?
Lihat mas!
Aku sedang tidak baik baik saja, aku hancur sehancur hancurnya!
Denguran halus mulai terdengar dari mulut Mas Rio, yang menandakan bahwa Mas Rio sudah terlelap dari tidurnya.
Gegas aku menuju kamar mandi, ku kunci pintu tak lupa kunyalakan kran air, agar tak terdengar suara tangisan ini. Ku tumpahkan semua air mata ini, semua rasa sakit, perih kecewa menjadi satu.
Kenapa mas? Apa kurangnya aku selama ini?
Hampir Tiga tahun kita menikah, Kenapa kamu tega mas melakukan ini kepadaku?
Selama ini hatiku sangat mencintaimu mas, bertahan di tengah segala kesedihan dan pengekangan aku lalui begitu saja karena hati ini tulus mencintaimu mas, dan juga sebagai bukti baktiku kepada suami, aku selalu menuruti semua perintah yang kamu mau. Tapi apa balasannya?
Saat ini, detik ini. Cintaku perlahan memudar, cintaku pudar terkikis demi sedikit dengan kebohongan kebohongan yang Mas Rio buat.
Rasa cintaku musnah begitu saja, berganti rasa sakit dan kecewa.
Setelah lama aku berdiam diri di kamar mandi, Aku kembali ke kamar.
Jam di dinding sudah menunjukan pukul satu dini hari, sudah satu jam lebih ternyata aku berada di kamar mandi.
Aku terbangun saat mendengar adzan subuh berkumandang, aku mengucek mata seraya bangun dari tidur ini.
Akibat terlalu lama menangis, mataku ini terasa sangat berat. Aku mengambil air wudhu lantas ku tuntaskan kewajibanku shalat dua rakaat.
Mas Rio, akhir akhir ini memang jarang beribadah. Saat aku bangunkan atau aku ingatkan pasti akan selalu marah marah.
Setelah shalat, seperti biasa aku berkutat di dapur untuk memasak. Serta menyelesaikan pekerjaan rumah ini sebelum berangkat bekerja
Ku lihat Mas Rio sudah bangun dan sudah berganti mengenakan setelan kerjanya.
Ku lirik Mas Rio sekilas, Ku langkah kan kaki ini menuju kamar.
Ketika melihat Mas Rio aliran darahku mendadak terasa mendidih, aku jadi teringat pesan di ponsel Mas Rio tadi malam.
"Mau kemana Ra, sini temani mas makan". Ucap Mas Rio melihat ke arahku
"Mas, makan saja dulu. Aku mau siap siap berangkat kerja juga, agar tidak telat". Ucapku menjawab perkataan Mas Rio.
Ku dengar helaan nafas panjang dari Mas Rio, aku tak ingin memikirkannya. Biarkan saja, hatiku sudah terlanjur sakit atas perlakuannya.
**Saat di kantor
"Kak.." ucapku pada Kak Bintang dengan mata berkaca kaca menahan air mata agar tidak terjatuh
"Ra, are you okay? Kamu kenapa, cerita sama kakak kamu kenapa?". Ucap kak Bintang, dengan nada cemas. Aku tahu dia pasti mengkhawatirkan ku.
Air mata luruh begitu saja saat mendengar suara Kak Bintang, ku peluk Kak Bintang. aku menangis sesenggukan di pelukannya menumpahkan rasa sakit hati di dada.
Kak Bintang mengusap usap punggungku, dengan maksud menenangkanku.
Setelah beberapa menit kemudian tangisku berhenti, ku dongakkan kepala ini. Melihat ke arah Kakakku.
"Sudah tenang, coba cerita sama kakak kenapa? Apa tentanf Rio?". Ucap Kak Bintang bertanya
Aku menganggukan kepala, terlihat jelas bahwa Kak Bintang menahan kekesalannya dengan mengepalkan tangan.
"Mas Rio Selingkuh kak". Ujarku pelan dengan suara serak
"Bi*dab b*jingan itu, sudah ku relakan adik ku ini menikah dengannya, memberikan dia pekerjaan yang layak disini. Tapi malah seperti ini balasannya". Ujar Kak Bintang menggebu gebu.
Aku tahu Kak Bintang pasti marah, Kecewa, Dan Terluka juga melihat adiknya di perlakukan seperti ini
"Kak, Maaf".
"No, kamu tidak bersalah Ra. Memang B*jingan itu saja yang tidak pernah tahu diri, lalu bagaimana kelanjutan hubunganmu dengannya?".
"Aku ingin bercerai dari Mas Rio kak, Sudah cukup aku di perlakukan tidak adil selama ini. Mas Rio selalu mementingkan keluarganya dari pada aku, selama ini aku sudah bersabar. Aku masih terima jika Mas Rio hanya mementingkan keluarganya itu, tapi jika Mas Rio telah berselingkuh lebih baik aku mundur kak". Ucapku menjawab dengan terisak
"B*jingan keparat, akan ku buat hidupnya menderita br*ngsek".
"Yaudah kamu tenang ya, kamu gak perlu menangisi lelaki br*ngsek itu. Sekarang kamu fokus pada dirimu sendiri, biar semuanya kakak yang tangani". Ucap kak bintang
Aku mengangguk dan tak terasa aku tertidur di pelukan Kak Bintang.
usulnya