NovelToon NovelToon
ANAK MAFIA TERLALU MENYUKAIKU

ANAK MAFIA TERLALU MENYUKAIKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Mafia / Duda / CEO / Roman-Angst Mafia / Pengasuh
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Yhunie Arthi

Liliana Larossa tidak sengaja menemukan anak laki-laki yang berdiri di bawah hujan di depan restoran ayahnya. Karena kasihan Liliana menjaga anak tersebut dan membawanya pulang.

Namun siapa sangka kalau anak laki-laki bernama Lucas tersebut merupakan anak bos tempatnya bekerja, sang pemilik perusahaan paling terkenal dan termasyur di San Francisco bernama Rion Lorenzo. Dan sayangnya, Lucas begitu menyukai Liliana dan tidak mau dipisahkan dari gadis tersebut. Hingga Rion harus mau tidak mau meminta Liliana tinggal di rumah Rion dan mengasuh Lucas dengan bayaran Liliana dapat tetap bekerja dari rumah sebagai IT perusahaan Lorenzo.

Tapi bagaimana jika Liliana tanpa sengaja menemukan fakta siapa sebenarnya Rion Lorenzo, yang merupakan ketua dari organisasi bawah tanah, Mafia? Dan harus mengalami banyak kejadian dan teror saat ia mulai menginjakan kakinya di rumah Rion?

Ikuti kisah Liliana dalam mengasuh Lucas sekaligus menghadapi sang ketua Mafia dalam teror yang akan mereka hadapi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yhunie Arthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 23. TEROR

Lili penasaran apa gerangan isi dari paket yang datang barusan. Ia benar-benar tidak ingat kalau dirinya memesan apa pun juga. Apakah Rion yang memesan paket untuk Lili, karena pria itu suka sekali membelikan Lili dan Lucas banyak hal setelah gadis itu tinggal di rumah ini.

Namun wajah gadis itu berubah pucat dan dipenuhi ketakutan saat ia melihat apa isi dari paket tersebut.

"Flinz?! Nate?!" teriak Lili memanggil dua pria tersebut yang selalu berjaga di luar rumah.

Hanya dalam kurang dari satu menit pria itu sudah masuk ke dalam rumah, berlari secepat mungkin menuju ke ruang tamu dimana Lili berada saat ini.

"Ada apa, Nona Lili?!" tanya Nate dengan air muka panik setelah mendengar teriakan dari Lili barusan.

"I-itu." Lili menunjuk ke arah paket ketika ketika dirinya berdiri cukup jauh dari sofa, tak ingin melihat isi dari kotak tersebut yang membuat gadis tersebut gemetar ketakutan.

Flinz dan Nate mendekati meja dan melihat isi dari paket tersebut. Sontak keduanya melompat mundur sesaat ketika melihat apa isi dari paket tersebut.

Binatang berbulu yang mati dan menumpuk di dalam sana, masih bersimbahan darah dengan foto Lili di atas tumpukan mayat binatang-binatang tersebut. Mengerikan dan mimpi buruk untuk seorang Lili melihat makhluk-makhluk menggemaskan itu dalam keadaan mengenaskan. Bahkan untuk Flinz dan Nate pun tidak senang mendapati hal yang barusan mereka lihat ini. Benar-benar tidak terduga dan gila.

"Biar kamu urus ini, Nona Lili. Akan kami kuburkan, dan kami akan meminta tambahan orang lagi untuk berjaga di sekitar rumah," ucap Flinz, memasang wajah cemas luar biasa.

"Aku akan menelepon Tuan Rion untuk memberitahukan hal ini," imbuh Nate yang segera membawa paket tersebut keluar, tak ingin membuat Lili semakin takut.

"Saya akan berjaga di sini sampai Anda merasa lebih baik," ucap Flinz, kemudian melangkah ke dapur untuk mengambilkan air dan memberikannya kepada Lili agar gadis itu lebih tenang.

Lili yang telah kembali duduk di sofa, menerima gelas berisi air dari Flinz dan meminumnya. Tubuhnya benar-benar gemetar hebat. Rasanya seakan isi perutnya bergejolak ingin keluar semua. Apa yang tadi ia lihat masih berbayang jelas di kepala.

Tak lama suara ponsel Lili yang ada di kamar terdengar. Dan bersamaan dengan itu ia melihat Lucas keluar dari kamar Lili dan membawa ponsel sang gadis.

"Lili, ini bunyi," kata Lucas yang berjalan menuju ke tempat Lili berada dengan smartphone di tangan.

Melihat Lucas yang datang ke Lili, buru-buru Lili mengubah ekspresinya, berusaha menjadi jauh lebih tenang agar tidak membuat Lucas ikut ketakutan.

"Thank you," ucap Lili berusaha untuk tersenyum walau ia yakin tidak terlalu enak dipandang, namun mungkin masih cukup baik untuk anak seperti Lucas.

Lili melihat Rion yang menelepon. Sepertinya ia telah mendapatkan kabar dari Nate tentang yang terjadi barusan. Buru-buru ia mengangkat panggilan tersebut.

"Lili?! Kau baik-baik aja? Tenang, kau sedang dalam perjalanan pulang. Pastikan kau dan Lucas tetap di dalam rumah bersama dengan Flinz dan Nate. Aku akan segera pulang, tunggu aku," cerocos Rion di seberang telepon, terdengar begitu panik.

"Baik." Hanya itu yang sanggup Lili katakan. Ketakutan jelas masih menyelimutinya.

"Princess, kau aman. Tenang, oke. Aku akan segera datang. Tahan sebentar saja, tarik napas yang dalam, jangan pikirkan apa pun," suruh Rion yang telah mengubah nada suara menjadi jauh lebih lembut dan menenangkan. Sadar kalau sikap paniknya justru akan membuat gadisnya itu tidak menemukan jalan untuk tenang.

"Oke." Lagi-lagi hanya satu kata yang sanggup gadis itu ucapkan. Ia berusaha keras untuk tidak menangis atau pun lebih takut lagi. Tak ingin Lucas melihat ada yang salah darinya.

Panggilan berakhir. Lili menaruh ponselnya sembarangan di sofa, menyandarkan tubuh ke punggung sofa dan menarik nafas dalam seraya memejamkan mata. Mencari ketenangan, berusaha untuk tidak memikirkan apa yang ia lihat.

"Lili kenapa? Apa Lili sakit?" tanya Lucas yang duduk di samping Lili, memandang gadis itu khawatir dengan tangan mungilnya mengelus pipi sang gadis.

Mata Lili terbuka, melihat Lucas dan memeluknya erat. Beberapa saat ia menjadi takut kembali ketika otaknya memikirkan hal buruk mungkin akan terjadi juga kepada Lucas. Bersyukur ketika tadi ia membuka paket, Lucas tidak ada di sampingnya. Ia tidak bisa membayangkan apa jadinya kalau bocah itu melihat pemandangan mengerikan tadi. Bahkan untuk Lili, Flinz, dan Nate saja bergidik ngeri dan masih membuat jiwa mereka terguncang.

"Aku sedikit pusing, tapi aku baik-baik saja," kata Lili tidak sepenuhnya dusta.

"Tapi Lili dingin sepert es. Kepala Lili pasti sakit sekali ya," ucap bocah itu, membuat Lili merasa sedikit lebih tenang.

"Tuan Lucas, bagaimana kalau kita ambilkan minum lagi untuk Nona Lili," kata Flinz yang masih memerhatikan sejak tadi.

"Bagaimana kalau susu? Aku merasa lebih baik kalau sakit dan minum susu," saran Lucas antusias.

"Ayo kita cari di dapur," ajak Flinz. Paham kalau Lili membutuhkan waktu sendiri untuk menata emosinya saat ini.

Dengan cekatan Lucas berlari ke dapur bersama dengan Flinz. Meninggalkan Lili sendirian untuk gadis itu bebas mengistirahatkan diri dan pikiran.

"Lil?!"

Gadis itu mengangkat wajah saat ia mendengar suara familiar memanggil namanya bersamaan dengan pintu masuk terbuka, menampilkan sosok Rion yang berlari ke ruang tamu tempat Lili berada. Jangan lupakan wajah paniknya sang pria.

"Rion?" Lili menegakkan posisi duduk saat melihat pria itu datang.

Tanpa banyak bicara Rion langsung memeluk sang gadis erat. Mengusap punggung dan kepala gadis itu. Tak terkejut ketika tak lama ia merasakan gadis itu menangis dan membalas pelukan Rion dengan erat. Pria itu hanya mengeratkan pelukannya, dan tak henti terus mengelus kepala dan punggung Lili. Ia tahu kalau gadis itu pastilah shock dengan yang Lili lihat dalam paket entah dari siapa itu. Bahkan Rion ketika menerima pesan dan foto isi paket itu langsung ngeri dan bergegas ke sini.

"It's okay, it's okay, Baby. Jangan ingat lagi apa yang kau lihat tadi. Lupakan sebisamu. Aku tahu kau sangat terkejut melihatnya. Aku akan cari tahu siapa yang mengirimkan itu, Dante sudah bergerak untuk mendapatkan orangnya dan alasan mengirim itu. Tenang, kau aman," ucap Rion selembut mungkin, memberitahu kondisi sekaligus membuat Lili tenang.

Lili terus menyembunyikan wajahnya di dada Rion, agar suara tangisnya tidak terdengar oleh Lucas yang ada di dapur. Ia akan siap menerima omelan dari pria itu karena telah seenaknya membuat pakaian Rion kotor akibat air mata Lili.

"Hei, look at me," pinta Rion, melepaskan pelukannya dari sang gadis agar dapat melihat wajah gadis itu untuk memastikan kondisi Lili.

Lili menuruti permintaan Rion. Melihat pria tersebut walau ia yakin dengan sangat betapa kacau dirinya saat ini. Memalukan, tapi tak punya mood untuk membenahi dirinya.

Rion mengambil sapu tangan dari saku, mengelap wajah gadis itu pelan-pelan. Menghilangkan jejak air mata di wajah Lili. Melihat gadisnya seperti ini sudah cukup membuat Rion murka, namun ia simpan dalam dirinya saat ini agar tidak membuat Lili merasakan emosi yang lain jika tahu.

"Aku janji akan mendapatkan orang yang mengirimkan paket itu dan memberinya pelajaran. Berani sekali dia membuat Lilipad-ku menangis, dan dia akan membayarnya seratus kali lipat dari ini," ucap Rion, mengelus lembut pipi gadis itu dengan jempolnya.

"Aku benar-benar bersyukur Lucas tidak ikut membukanya tadi karena dia sibuk menonton tv di kamarku," kata Lili, masih memikirkan kemungkinan terburuk kalau tadi Lucas ikut membuka paket.

"Setelah ini, barang dan paket dari luar yang masuk ke rumah ini akan di periksa terlebih dahulu oleh Flinz dan Nate. Aku juga akan menambah penjagaan di sekitar rumah. Jadi kau dan Lucas akan tetap aman," beritahu Rion yang sebenarnya telah menurunkan beberapa orang untuk berjaga di luar sana bahkan sebelum ia sampai ke rumah tadi.

Lili hanya mengangguk. Saat ini hal tersebut adalah yang paling tepat untuk dilakukan. Gadis itu juga mencemaskan Lucas, kalau-kalau terjadi sesuatu di luar kuasanya seperti urusan paket tadi.

"Lili?! Aku membawa susu dan juga cookies!" seru Lucas yang berlari dari dapur dengan Flinz mengekor di belakang dengan nampan di tangan.

Namun langkah bocah itu terhenti dengan wajah menatap Lili dan Rion bergantian.

"Dad, kau membuat Lili menangis?!" seru Lucas, memasang wajah marah saat mendapati mata merah dan bengkak Lili.

"Huh? Kenapa aku dituduh?" tanya Rion menatap anak laki-lakinya, bingung karena tahu-tahu mendapatkan tuduhan seperti itu.

"Lili tidak menangis tadi. Sekarang Lili menangis dan kau ada di sini, jadi kau yang membuatnya menangis," simpul sang bocah.

Rion menghela napas, menepuk jidat dan tertawa kecil dengan tingkah dan ucapan anaknya itu.

"Jangan dekati Lilipad. Dad, jahat buat Lili menangis." Lucas duduk di antara Rion dan Lili, memeluk gadis itu erat dan begitu penuh proteksi. Menatap Rion sangar, yang sebenarnya justru mengemaskan di mata para orang dewasa di sana.

Tawa kecil kini keluar dari mulut Lili, memeluk Lucas dan mencium pucuk kepala bocah itu gemas.

Dan pertengkaran antara ayah dan anak terjadi setelah itu. Tak ada yang mau mengalah dan terus memperebutkan Lili. Namun hal itu justru membuat Lili benar-benar terhibur dan melupakan pemandangan mengerikan yang ia lihat sebelumnya tentang isi paket tadi. Walau ia tak menyangka kalau pertengkaran antara ayah dan anah yang memperebutkan Lili itu membuat sang gadis benar-benar mendapatkan sakit kepala sungguhan.

Sayangnya, teror tersebut belumlah berakhir.

1
Mawar Berdury
mantap mantap sangat bagus alur ceritanya Thor👍👍👍👍
Mawar Berdury
ada,,sjh km Rion
Mawar Berdury
mampir Thor jlan cerita nya bagus
Yhunie Arthi: terima kasih udah baca dan suka sama ceritanya kak 🥰
total 1 replies
Mawar Berdury
aduhhh maksa deh
Mawar Berdury
aduhhh knp di pecat sih ap slahnya coba.../Smug//Smug/
Mawar Berdury
semoga sjh mereka berjodoh ..ngk ad slahnya kan🤭🤭🤭
Mawar Berdury
duuhhhh salah paham kan jadinya
Aerik_chan
1 iklan buatmu kak...semangat
Aerik_chan
little nggak tuh
Mawar Berdury: suka banget
total 1 replies
Aerik_chan
1 bunga mendarat dengan sempurna untukmu
Aerik_chan
li lu bisa tidur ditatap cogan?
Aerik_chan
ayo temui lilipad
Aerik_chan
woy salah paham pak Rion!!!
Aerik_chan
1 iklan untukmu kak
Aerik_chan
tuan kecil, dicariin papah. pulang yok
Aerik_chan
kak yuk saling support
Aerik_chan
anakmu selamat kok bang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!