setelah tiga tahun menjalani rumah tangga bersama dengan Amran, Zahira tetap tidak bisa membuat lelaki itu mencintainya. Amran selalu memperlakukan Zahira dengan sangat kejam. Seakan Zahira adalah barang yang tidak berguna.
sebaik apapun hal yang sudah Zahira lakukan, selalu saja tidak bernilai dan kurang di mata Amran.
" aku ingin bercerai!" ucap Zahira dengan lugas. meskipun tanganya mengepal kuat, namun semua itu adalah refleksi dirinya agar kuat dan tidak goyah dengan rayuan Amran.
" memangnya kau bisa apa setelah bercerai dariku?" Amran selalu bisa menghina Zahira dan melukai harga diri wanita itu.
Amran membuang wanita itu dan Zahira bertekad untuk tidak memberikan kesempatan bagi Amran. Lelaki yang tidak bisa lepas dari hutang budinya pada wanita lain, tidak akan Zahira pikirkan lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lafratabassum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 4
Kini Amran dan Zahira terlibat pertikaian ranjang, Amran sudah kembali berada di atas tubuh Zahira.
Amran merasa harga dirinya sedikit di lukai dengan permintaan cerai Zahira. Dia lalu membuka laci nakas dan mengambil sebuah bungkusan kecil.
Mengetahui hal itu, manik Zahira melebar. Dia lupa jika Amran masih menyimpan benda itu.
Drrt drrtt
Suara ponsel Amran ikut memeriahkan situasi di kamar itu.
Namun Amran tidak menggubris, lelaki itu lebih tertarik pada bahu dan dada mulus milik Zahira yang tersingkap karena ulahnya.
Sayangnya, ponselnya tidak kunjung berhenti dan terus mengeluarkan suara.
Karena merasa kesal, Amran dengan kasar mengambilnya.
Mamanya menelpon, dan mau tidak mau dia akhirnya menerima panggilan dengan tubuhnya masih berada di atas tubuh Zahira yang terlihat sangat kasihan.
Setelah mengangkatnya, ternyata dari sebrang ayahnya yang berbicara. Mengatakan jika ibunya sakit dan meminta bertemu dengan Zahira.
Dengan tidak rela, Amran menyanggupi dan akan membawa Zahira ke sana.
Bersamaan dengan itu Zahira memanfaatkan kesempatan untuk melepaskan diri dan pergi menuju kamar mandi.
Amran mendengus karena rencananya gagal.
Setelah beberapa saat Amran masih berfikir jika istrinya sedang mengujinya dengan semua permintaanya, jadi tidak terlalu serius menanggapi permintaan cerai itu.
Berfikir amarah istrinya akan surut besok. Malam ini semuanya tampak seperti biasa.
Namun begitu terbangun, Amran sudah tidak menemukan Zahira di sebelahnya. Istrinya pasti sedang mempersiapkan sarapan, seperti biasa. Dengan santai Amran menyelesaikan urusan paginya.
Saat memasuki Walk in Closet Amran menyadari jika barang-barang Zahira berkurang. Khususnya pada gaun yang biasa di pakai istrinya.
Merasa ada yang tidak beres, Amran berjalan turun ke dapur. Disana tak terlihat ada Zahira.
“ dimana Zahira?”
Seorang pelayan langsung menoleh dan menjawab dengan nada biasa. “ nyonya pagi-pagi sudah pergi sambil membawa koper, tuan. Bahkan tidak meminta supir untuk mengantar”
Barulah Amran mengerti, jika Zahira serius dengan ucapannya.
istri nya terlah pergi dari kediaman.
Lelaki itu harus mengajak istrinya berbicara serius setelah ini.
Sebelum ke rumah sakit, Zahira mampir ke rumah keluarga Malik terlebih dahulu. Menaruh koper dan segala barang yang dia bawa pagi ini dari Villa Amran.
“ kakak.. “ panggil Arfan saat menyambut kedatangan Zahira.
Rani sedang mengupas buah langsung menoleh.
“ bagaimana keadaanmu?” Zahira mendekati ranjang sambil mengelus tangan Arfan.
“ lebih baik”
Zahira dan Arfan lalu terlibat perbincangan ringan sebelum suara pintu terbuka membuat semua seisi kamar menoleh.
Dokter datang dan melakukan pengecekan rutin. Setelah itu Zahira dan dokter tersebut keluar. Mereka berhenti di tengah Lorong tak jauh dari kamar inap Arfan.
“ kenapa kondisinya bisa drop lagi, apa penyakit nya semakin parah dok ?” Zahira memulai perbicangan.
Dokter Reno menatap Zahira dengan tatapan simpati. Sebenarnya mereka adalah teman masa kecil. Bahkan Zahira memanggilnya kakak sebelum dia menikah dengan Amran.
Sekarang hubungan mereka semakin berjarak, Reno merasa sedikit kehilangan.
“ Tumor Hati nya masih di sulit untuk di kendalikan kemungkinan beberapa sel masih berkembang, kami juga masih berusaha mencarikan pendonor yang cocok. Selama Arfan terus mendapatkan perawatan maka kemungkinan sembuhnya akan terus meningkat”
Zahira menarik nafas panjang, dia harus menyediakan biaya yang cukup untuk jangka waktu yang panjang.
“ aku memiliki rekomendasi dokter yang bagus di luar negeri, jika kau mau aku bisa membantumu menghub..”
“ Zahira.. “ sebuah panggilan membuat pembicaraan itu terhenti.
Sejenak membuat Zahira tidak percaya jika Amran bisa dengan mudah menemuinya.
Tak ingin menimbulkan kecurigaan, Zahira menunjukkan rasa senangnya melihat Amran di depan Dokter Reno.
“ perkenalkan dia Reno, dokter yang menangani Arfan”
Amran dan Reno saling berjabat tangan dengan erat. Keduanya seakan memiliki dendam satu sama lain.
Sebagai lelaki tentu saja Amran bisa menilai, pandangan macam apa yang Reno tunjukkan saat berbincang dengan istrinya.
“ Reno”
“ Amran, suami Zahira” ada sedikit penekanan saat Amran memperkenalkan diri.
Setelah meminta pamit, Zahira dan Amran berjalan menuju ke kamar Arfan.
Tidak sulit bagi Amran untuk mengetahui keberadaan istrinya. Wanita itu tidak akan jauh-jauh dari keluarganya.
Dan pemikirannya ternyata terbukti. Untung saja dia datang tepat waktu, sehingga istrinya tidak berlama-lama berbincang dengan Reno.
Sebagai lelaki, dia tidak suka kepemilikannya di ganggu orang lain. Meski tidak mencintai Zahira, dia juga tidak mau ada orang lain yang memilikinya.
Ini soal harga diri lelaki.
“ selamat pagi semua” Dengan sopan Amran menyapa saat masuk kamar inap.
Amran memang sangat berbeda saat menemui keluarga Zahira. Dia begitu ramah dan sopan santun.
“ nak Amran, mari silahkan masuk”
Rani menyambut dengan riang kedatangan menantunya. Begitupula dengan Arfan, dia hanya tau jika kakaknya begitu mencintai suaminya sehingga tak ada yang aneh dengan kedatangan Amran saat ini.
“ bagaimana keadaanmu?, maaf baru bisa kemari, “
Zahira tidak menolak saat Amran berjalan sambil merangkul pinggangnya mesra. Wanita itu tidak mau Arfan mengetahui keadaan rumah tangganya.
Amran memang hebat memanfaatnya situasi. Di depan Arfan, Zahira tetap menunjukkan rasa sayangnya kepada Amran.
“ sudah lebih baik, aku juga sangat tau jika kakak pasti sibuk” balas Arfan ramah.
Semuanya terlihat sebagaimana biasanya, tak ada kejanggalan sedikitpun. Bahkan Rani sempat berfikir jika Zahira mengurungkan niatnya untuk meminta cerai pada Amran.
Setelah beberapa saat, sudah saatnya Amran undur diri.
Dengan suara lembut penuh perhatian, Amran menatap wajah istri sambil berkata “ baiklah, mari sayang kita pamit. Mama sudah menunggu”
Zahira menatap Amran dengan tatapan kesal. Dengan begini dia tidak bisa berkutik, mau tidak mau Zahira akan pergi Bersama dengan suaminya.
Saat masuk ke mobil, Zahira hanya diam. Amran juga tidak memulai pembicaraan.
Lelaki itu tidak berbohong jika saat ini mama nya memang sedang menunggu kedatangan Zahira di kediaman utama Renaldi.
Amran melajukan mobil dengan sedikit pelan. Karena dia ingin berbicara dengan Zahira terlebih dahulu. Dengan penuh pengertian Amran memulai “ aku sudah menyuruh Erisa untuk mengalihkan persetujuan bank menjadi atas nama mu. Jadi kau bisa mengambil uang kapanpun kau mau..”
Tidak ada jawaban, Amran menoleh ke tempat istrinya. Zahira terlihat tenang dengan pandangan mengarah ke jendela mobil.
“ tidak perlu..” jawaban halus Zahira.
Amran mengerti, itu artinya Zahira tetap pada pendiriannya untuk meminta cerai.
Jika saja sejak awal Amran mau sedikit melembut seperti ini, mungkin Zahira tidak perlu bersusah hati. Sayangnya sejak awal pertengkaran mereka, Amran sama sekali tidak menyinggung tentang Amel.
Itu artinya Amran tidak merasa jika pertengkaran mereka ada sangkut pautnya dengan wanita itu. Dan itu membuat Zahira yakin, jika negosiasi mereka berhasil maka Zahira tetap akan menjalani rumah tangga dengan bayang-bayang kehadiran Amel.
Saat tiba di lampu merah, Amran kembali mengamati istrinya. Dan matanya menangkap jika ada hal yang berbeda.
Dengan nada ketus, Amran bertanya “ kemana cincin pernikahanmu?!”