Suami Pelit Istri Pamit

Suami Pelit Istri Pamit

Masalah Uang Belanja

Hai Namaku Tiara Putri Mahesa atau Kerab di Panggil Rara, Aku menikah dengan Lelaki yang aku cintai begitu pula sebaliknya. Awal pernikahanku dengannya semua baik baik saja, namun pernikahanku mulai goyah ketika suamiku bekerja di Perusahaan Terbesar di Kota.

Permasalahan yang datang pada Rumah Tanggaku adalah Godaan dari Keluarganya sendiri, Keluarga suamiku seolah olah memanfaatkannya dengan Alasan Bakti Seorang anak pada ibunya dan bakti seorang adik untuk kakaknya.

Suamiku layaknya mesin penghasil uang untuk mereka, seperti saat ini tiba tiba Kakak Iparku datang. Pasti tujuannya hanya satu yaitu Uang.

"Rio, kamu ada uang gk lima ratus ribu buat bayar sekolah keponakanmu" ucap mbak manda kepada mas rio

Dia tanpa malu sembari menatapku, terang terangan meminta uang pada suamiku yg tak lain adalah adik semata wayangnya.

"Ada kok mbak, kebetulan tadi dapat bonus dari atasan karena bulan lalu mencapai target penjualan" ucap mas rio dengan senyum lebarnya dengan memberikan uang lima ratus ribu ke mbak manda tepat dihadapanku.

Ada rasa sesak yang menyelimuti dadaku, betapa tidak, beberapa jam lalu aku meminta uang kepada mas rio untuk membeli kebutuhan rumah. Tapi mas rio menolak memberikan uang dengan alasan katanya tidak ada uang.

"Yasudah kalau gitu yo, mbak pulang dulu langsung kesekolahannya risa ya. Makasih ya yo, kamu selalu menolong mbak saat kesusaha".

Pamit Mbak Manda dengan senyum manisnya yang lebar menandakan dia bahagia karna mendapatkan uang yang diminta. Mas Rio pun mengangguk pelan dengan senyuman.

Sepulang Mbak Manda, aku mendekati Mas Rio.

"Mas tega kamu sama aku!" Ucapku kesal setelah kepergian mbak manda dari rumah kontrakanku.

"Maksud kamu apa sih ra? Emang selama ini kamu aku telantarkan? Apa aku tidak memberimu uang?" Ucapnya sambil membentakku.

"Tadi pagi kamu bilang, gk ada uang karna belum gajian. Tiap kali aku minta uang buat nambah keperluan untuk belanja kamu selalu bilang aku boros dan tak bisa mengelola uang dan tidak tau cara berhemat. Tapi tiap kali mbak manda, dan keluargamu minta uang selalu kamu kasih tanpa banyak alasan!". Ucapku dengan air mata membasahi pipi, entah sejak kapan air mataku turun dengan sendirinya.

"Kamu gk dengar tadi mbak manda minta uang untuk bayar sekolahannya risa!" Bentak mas rio kepadaku.

"Iya sekarang minta uang sekolahan nya risa, tapi kemarin mbak manda minta juga. Sudah minta uang lima ratus ribu untuk beli sepatu dan tas baru juga untuk risa. Tapi tiap aku yg minta uang selalu ada saja alasanmu, aku minta uang juga untuk keperluan rumah ini bukan untuk hal lain mas!". Ucapku melontarkan kata yg selama ini membuat dadaku sesak.

Mas rio menghela nafas berat sambil menatapku dengan lekat.

"Aku sudah bilang dari awal denganmu kan, kalau setengah gajiku akan kuberikan kepada keluargaku!!". Jawab mas rio dengan suara meninggi

"Aku tau mas, kamu ingin mengabdi kepada keluargamu sebagai rasa baktimu. Tapi fikirkan juga aku ini istrimu yang sudah sepantasnya kamu berikan nafkah yang cukup". Ucapku dengan air mata yang membanjiri pipi

"Kamu harus hemat ra, jangan terlalu boros kamu harus pintar mengelola uang dari suami. Toh uangnya juga aku tabung untuk kita beli rumah dan bila ada kebutuhan yg mendesak lainnya".

Selalu begitu alasannya, jika berdebat tentang uang dan tabungan. Mas rio tak pernah memprioritaskan aku sebagai istrinya, namun selalu mengistimewakan keluarganya.

Mbak manda juga sama saja, sama sama menyebalkan. Sengaja memanfaatkan dan memeras adiknya sendiri, aku tidak tahu kenapa kakak iparku semakin hari semakin berubah saja.

Tepatnya ketika mas rio diangkat sebagai manager keuangan di perusahaannya tempat dia bekerja, mbak manda dan juga mertuaku seperti OKB alias Orang Kaya Baru yang mendadak penampilannya berubah menjadi glamour dan memiliki gengsi yang tinggi.

Sejak itulah mertua serta kakak iparku ini mengusik rumah tanggaku dengan mas rio, dengan dalih bahwa mas rio berkewajiban menafkahi keluarganya sendiri. Aku tidak pernah mempermasalahkan ia ketika memberi uang kepada mertuaku, tapi harusnya mas rio juga harus mencukupi kebutuhanku. Padahal suami kakak iparku juga bekerja dan tinggal bersama di rumah mertuaku tapi kenapa mbak manda seolah memeras adiknya sendiri, hingga detik ini.

"Kamu nggak tahu kan, kalau uang yang selama ini mbak manda minta kepadamu dengan dalih untuk keponakanmu itu dia gunakan buat dirinya sendiri untuk foya foya!". Ucapku lagi dengan emosi

Braaakkkkkk.... Suara mas rio menggebrak meja.

"Jangan ngomong sembarangan kamu ra, mbak manda gk mungkin seperti itu. Dia selalu berpenampilan sederhana sama seperti dulu, lihat saja kalau dia kesini selalu berpenampilan biasa".

"Kamu nggak percaya mas, emang kamu pernah lihat sosial medianya?. Coba mas lihat gimana mbak manda di sosial medianya". Ucapku menggebu gebu

"Sudah sudah, kamu jangan menjelek jelekan keluargaku karena aku tau bagaimana keluargaku". Ucapnya lalu pergi beranjak masuk, sebelum masuk kedalam kamar mas rio menghentikan langkahnya sambil menoleh kepadaku.

"Lama kelamaan kalau sikapmu begini terus membuatku bosan kepadamu ra". Ucapnya lalu masuk kedalam kamar.

Kuhembuskan nafas panjang seraya mengucapkan istighfar didalam hati, apa maksud perkataan mas rio terhadapku ini? Bisa bisanya dia bilang bosan, padahal apa yang ku katakan ini benar!. Kupejamkan mata beberapa detik sambil menghirup banyak banyak oksigen lalu membuangnya seraya membuka mataku secara perlahan.

Semakin hari sifat mas rio semakin berbeda, kemana mas rio yang selalu menyayangiku, yang selalu perhatian kepadaku? Entahlah semakin hari aku dan dia semakin merasa menjauh, dia sibuk dengan dunianya sendiri tanpa memikirkan aku ini istrinya.

Akupun juga beranjak masuk kedalam kamar untuk beristirahat, mungkin otak dan perasaanku juga perlu beristirahat.

**Paginya di hari minggu

"Mas.., Mas.." Panggilku, kulihat suamiku sedang asyik duduk santai diteras sambil bermain game online kesukaannya. Memang kalau dihari minggu suamiku selalu menghabiskan waktunya dengan duduk santai sambil bermain game online.

"Hemmm" ucapnya tanpa menoleh sedikitpun kearahku.

"Mas, minta uang belanja. Minyak dan gula habis tuh didapur" Ucapku padanya sambil kutodongkan tangan didepan mukanya

"Lahkan udah aku kasih uang bulanan satu juta, kok minta lagi. Boros banget sihh kamu, kan aku udah bilang uang itu buat sebulan" ucap mas rio kepadaku sambil tetap memainkan game online dengan serius.

"Mas, kemarin uangnya sudah kubelikan beras dan kebutuhan yg lain. Kamu gk tau sih sekarang apa apa serba mahal" Ujarku dengan nada sedikit marah, tapi dia tak sedikit pun menatapku. Ingin rasanya kugetok kepalanya tapi aku masih ingat dosa.

"Ya kalau gitu kamu jangan beli yg mahal mahal dong, cari aja yg murah murah kan banyak" ucapnya dengan enteng lalu bangkit dari duduknya berlalu pergi kedalam rumah tanpa melihatku.

Dianggapnya apa aku ini? Sebuah patungkah yg berdiri didekatnya? Jelas jelas aku berdiri disampingnya, malah ditinggalkan begitu saja.

Tanpa menghiraukannya ku berjalan ke dapur untuk mencari sisa sisa bahan makanan, barang kali ada sesuatu yg bisa ku buat sarapan pagi ini.

"Huh dasar suami pelit" gerutuku dalam hati.

Untung saja masih ada telur dan juga sayur yg bisa aku masak.

Inilah alasan mengapa aku belum memiliki seorang anak, karna kata suamiku memiliki seorang anak menambah pengeluaran saja.

Setelah masakanku matang, akupun makan tanpa memanggil mas rio didalam kamar. Hatiku masih kesal terhadap sikapnya tadi tapi ketika baru menyendokan makanan ke mulutku, mas rio keluar dari dalam kamar langsung duduk dikursi biasa tempat dia makan.

"Loh ra, masak telur lagi sekali kali dong masak daging atau ikan" ucapnya tanpa berdosa sama sekali.

"Ya mau gimana lagi mas, uang kemarin yg kamu kasih cuma bisa buat beli ini aja. Kan mas tau sendiri kemarin juga aku beli token listrik dan bayar kontrakan" ucapku dengan kesal kepadanya.

"Kamu tuh gk pinter ngelola uang, boros banget" ucapnya dengan nada marah sambil menunjuk kearahku.

"Kalau mas mau makan enak, kasih uang belanjanya yg cukup jadi aku bisa masak makanan yg enak" ucapku tak kalah sengit membalas umpatannya.

"Alah ujung ujungnya cuma duit aja dikepalamu" sambil nyerocos dikeluarkan dompetnya lalu terlihat mencari sesuatu, ketika ketemu lalu diberikannya kepadaku.

"Nih aku tambahin uang belanjamu, aku gk mau tahu kamu harus menghemat". Ujarnya sambil menyodorkan selembar uang dua puluh ribu ketanganku

"Apa?.." mataku melotot mulutku membulat seperti huruf O tak percaya dengan yg kulihat.

Ku kibas kibaskan uang itu berharap ada yg menempel dibelakang uang tersebut, tapi nyatanya nihil hanya selembar uang tersebut.

Bukannya aku tak bersyukur bagaimana aku mengelola uang segitu untuk keperluan sehari hari dengan kebutuhan yg serba mahal dan naik, apalagi suamiku dengan jabatan sebagai manager diperusahaan besar dengan gaji pasti tidak sedikit. Tapi mengapa memberiku nafkah hanya satu juta selama sebulan, pernah suatu hari kutanya apa alasannya dia beralasan uangnya sebagian diberikan kepada ibunya dan ditabung untuk membeli rumah serta apabila ada kebutuhan mendesak lainnya.

Akupun tak pernah memegang uang gajinya, hanya jatah nafkah satu juta dalam sebulan.

Dengan rasa sesak didada akupun berkata

"Mas apa tidak salah, kamu hanya memberiku uang dua puluh ribu saja. Ambil saja kembali uangmu mas, jika kamu tak ikhlas memberikannya" Ucapku bertanya dengan kesal.

"Jangan belagu kamu ra, dikasih uang suami sendiri ditolak dan koar koar seperti nggak diurusi suami. Harusnya kamu sadar masih mau anakku ini menafkahimu memberikan uangnya padamu". Kata ibu mertuaku yang aku tidak tau kapan dia datang dan tiba tiba langsung masuk nyelonong ke dalam rumah kontrakan.

"Tapi bu.." belum sempat aku menjawab perkataanya dengan cepat ibu mertuaku berbicara memotong ucapanku

"Udahlahh, emang kamu itu jadi istri boros. Saya aja dulu diberi nafkah suamiku tidak sebanyak yang diberikan kepadamu. Tapi aku bisa menghidupi anakku hingga besar seperti ini, harusnya kamu juga bisa, ini malah minta uang mulu sama suami. Masih mending ya kamu dikasih nafkah anak saya. Uang segitu itu banyak apalagi kamu juga belum punya anak". Ucapnya yang membuat hatiku nyeri. Ku tinggalkan mereka berdua, dan aku lebih masuk kedalam kamar tanpa menoleh kearah mereka.

"Tuhh liat kelakuan istrimu gak ada sopan sopannya sama mertua. Kenapa dulu kamu mau menikah dengan dia lebih baik dulu kamu menikah dengan mawar udah sopan dan kaya lagi pasti hidupmu lebih bahagia yo". Ucapnya kepada mas rio, ibu mertua menjelek jelekanku dihadapan mas rio

"Sudahlah bu, ohya Ibu tumben kesini mau apa?" Ucap mas rio yang masih bisa ku dengar dari dalam kamar

"Iniloh yo, ibu mau minta uang buat bayar arisan. Kamu tahu sendiri ibu ikut arisan" ucap ibu mertuaku dengan tegas, aku masih mau mendengar bagaimana tanggapan mas rio.

"Ohh, berapa buk uang arisannya?" Tanya mas rio

"Ibu minta uang tiga ratus ribu yo, ada kan" ucapnya tanpa malu

"Ada buk ini" ucap mas rio sambil memberi uang tigas ratus ribu yang berjumlah tiga lembar uang merah, dengan cepat ibu mengambilnya.

"Makasih ya yo, kamu emang anak ibu yang berbakti. Yaudah kalau gitu ibu pamit dulu yaa, taksi online ibu kayaknya sudah didepan". Ucapnya lalu pergi kearah luar dan pulang.

Setelah kurasa ibu mertuaku sudah pulang, mas rio juga masuk kedalam kamar.

Hatiku sakit sekali aku menangis dalam diam, mengapa dengan mudahnya mas rio memberikan uang untuk keluarganya tapi jika kepadaku aku layaknya pengemis yang meminta minta. Tanpa terasa aku tertidur dengan tangisan, dengan air mata yang masih membekas di pipiku.

Terpopuler

Comments

einara

einara

mirip suamiku yg diam2 transfer ke kakak perempuannya pdhal dia punya mobil 2 dan kerja pula

2024-02-13

1

S

S

koq betah mbak mbak di kasi sejuta sementara sama keluarga loyal banget.klo aku udah kabur sejak lama".suruh nikah sama saudaranya sekaian biar duitnya gak kemana mana.dasar pelit

2023-07-31

1

Hasrie Bakrie

Hasrie Bakrie

Assalamualaikum aq hadir ya ☝️ 🌹

2023-07-25

0

lihat semua
Episodes
1 Masalah Uang Belanja
2 Warisan Keluarga Mahesa
3 Tiara Mulai Bekerja
4 Bertemu tak sengaja dengan Mertua dan Ipar
5 Story WA Kakak Ipar
6 Kecurigaan
7 POV Rio (1)
8 POV Rio (2)
9 Tanda Merah
10 Struk Belanja Tas Branded
11 Mobil Baru Rio
12 POV Ibu Ningsih
13 Kekecewaan
14 Rio Berkhianat
15 Ternyata Irwan adalah?
16 Tak sengaja Bertemu
17 Sudah Tahu
18 Talak
19 Peristiwa di Kantor
20 Terungkapnya Jati Diri Tiara
21 Rencana Keluarga Rio
22 Membujuk Tiara
23 Bertemu Orang Tua Mawar
24 Tekanan dari Mawar
25 Ancaman Mawar
26 Usaha Keluarga Rio
27 Ide Gila Bu Ningsih
28 Ide gila itu?
29 Tolak Mawar mentah mentah
30 Mendaftarkan Gugatan Perceraian
31 POV Mawar
32 Dilema Rio
33 Draft
34 Keluarga Toxic
35 Part Campuran
36 Bertemu Alvian (POV Tiara)
37 Manusia menyebalkan
38 Manusia Manusia Jahat
39 Keterkejutan Mawar
40 Mantan Mertua Jahat
41 Sidang Pertama
42 Perdebatan di Gedung Pengadilan
43 Pesan dari Mawar
44 Kekhawatiran Mawar
45 Resmi Bercerai
46 Kegilaan Rio
47 Rio mulai pasrah?
48 Rio di Hajar
49 Rio masuk Rumah Sakit
50 Lanjutan Rio di rumah sakit
51 Gosip Gosip Beredar
52 Ketakutan Keluarga Mawar
53 Harus menikah secepat nya
54 Ulang Tahun Perusahaan Mahesa
55 Bertemu lagi?
56 Semakin cantik
57 Di pecat
58 Tidak Terima
59 Membuntuti Tiara
60 Melabrak Tiara
61 Berkunjung ke Rumah Alvian
62 Karma?
63 Mencari Solusi
64 Bertemu di supermarket
65 Kabar yang sangat Buruk
66 Renteinerlah Solusinya
67 Manda dan Alex
68 Bunga Pinjaman 10%
69 Apapun Konsekuensi nya
70 Di tagih Bank keliling
71 Mendapatkan pinjaman
72 Sebuah Berlian
73 lamaran Rio dan Mawar
74 Terbang bersama
75 Acara
76 Mengungkapkan perasaan
77 Aku sakit Ra!
78 Bintang dan Nayla
79 Akhirnya jadian
80 Rencana prawedding
81 Menambah Mahar
82 Perselisihan keluarga
83 Masalah Uang
84 Pergi ke studio foto
85 Pemotretan
86 Persiapan Pernikahan
87 Undangan Khusus Untuk Tiara
88 Menikahlah denganku Ra!
89 Hasil Foto Prawedding
90 Kekesalan di awal pernikahan
91 Gosip
92 Kedatangan Mantan
93 Masalah Amplop
94 Obrolan penting
95 Boleh suka lagi?
96 Campuran
97 Pindah
98 Suasana di rumah Bu Ningsih
99 menjelang pernikahan Bintang
100 Pernikahan Bintang dan Nayla
101 Mencari Alex
102 Frustasi
103 Terjadinya Baku Hantam
104 Datang Menemui Alex
105 Talak untuk Manda
106 Alfian Sakit
107 Terungkap
108 Masalah datang bertubi tubi
109 Part Campuran
110 menemui keluarga besar Alfian
111 Tak di restui?
112 Masa Lalu Bunda Elisa yang pahit
113 Tidak akan pernah Mundur
114 Memikirkan setoran Awal
115 Alfian kecelakaan
116 Di Kantor Polisi
117 Rio mendapat Pekerjaan
118 Hari Soal Rio
119 Ambruk
120 Di usir
121 Di Pesta
122 Part Campuran
123 Mawar melahirkan?
124 Operasi
125 Rio Curiga
126 kehancuran Rio
127 Terungkap
128 Pesan Bunda Ellisa
129 Hari Tiara dan Alfian
130 Berubah
131 Hadiah Mawar
132 Part Campuran
133 Mawar di tangkap
134 Apakah ini karma
135 Hukuman Mawar
136 Tiara Hamil
137 Keresahan Nayla
138 Tangis bahagia Bintang&Nayla
139 Akhir
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Masalah Uang Belanja
2
Warisan Keluarga Mahesa
3
Tiara Mulai Bekerja
4
Bertemu tak sengaja dengan Mertua dan Ipar
5
Story WA Kakak Ipar
6
Kecurigaan
7
POV Rio (1)
8
POV Rio (2)
9
Tanda Merah
10
Struk Belanja Tas Branded
11
Mobil Baru Rio
12
POV Ibu Ningsih
13
Kekecewaan
14
Rio Berkhianat
15
Ternyata Irwan adalah?
16
Tak sengaja Bertemu
17
Sudah Tahu
18
Talak
19
Peristiwa di Kantor
20
Terungkapnya Jati Diri Tiara
21
Rencana Keluarga Rio
22
Membujuk Tiara
23
Bertemu Orang Tua Mawar
24
Tekanan dari Mawar
25
Ancaman Mawar
26
Usaha Keluarga Rio
27
Ide Gila Bu Ningsih
28
Ide gila itu?
29
Tolak Mawar mentah mentah
30
Mendaftarkan Gugatan Perceraian
31
POV Mawar
32
Dilema Rio
33
Draft
34
Keluarga Toxic
35
Part Campuran
36
Bertemu Alvian (POV Tiara)
37
Manusia menyebalkan
38
Manusia Manusia Jahat
39
Keterkejutan Mawar
40
Mantan Mertua Jahat
41
Sidang Pertama
42
Perdebatan di Gedung Pengadilan
43
Pesan dari Mawar
44
Kekhawatiran Mawar
45
Resmi Bercerai
46
Kegilaan Rio
47
Rio mulai pasrah?
48
Rio di Hajar
49
Rio masuk Rumah Sakit
50
Lanjutan Rio di rumah sakit
51
Gosip Gosip Beredar
52
Ketakutan Keluarga Mawar
53
Harus menikah secepat nya
54
Ulang Tahun Perusahaan Mahesa
55
Bertemu lagi?
56
Semakin cantik
57
Di pecat
58
Tidak Terima
59
Membuntuti Tiara
60
Melabrak Tiara
61
Berkunjung ke Rumah Alvian
62
Karma?
63
Mencari Solusi
64
Bertemu di supermarket
65
Kabar yang sangat Buruk
66
Renteinerlah Solusinya
67
Manda dan Alex
68
Bunga Pinjaman 10%
69
Apapun Konsekuensi nya
70
Di tagih Bank keliling
71
Mendapatkan pinjaman
72
Sebuah Berlian
73
lamaran Rio dan Mawar
74
Terbang bersama
75
Acara
76
Mengungkapkan perasaan
77
Aku sakit Ra!
78
Bintang dan Nayla
79
Akhirnya jadian
80
Rencana prawedding
81
Menambah Mahar
82
Perselisihan keluarga
83
Masalah Uang
84
Pergi ke studio foto
85
Pemotretan
86
Persiapan Pernikahan
87
Undangan Khusus Untuk Tiara
88
Menikahlah denganku Ra!
89
Hasil Foto Prawedding
90
Kekesalan di awal pernikahan
91
Gosip
92
Kedatangan Mantan
93
Masalah Amplop
94
Obrolan penting
95
Boleh suka lagi?
96
Campuran
97
Pindah
98
Suasana di rumah Bu Ningsih
99
menjelang pernikahan Bintang
100
Pernikahan Bintang dan Nayla
101
Mencari Alex
102
Frustasi
103
Terjadinya Baku Hantam
104
Datang Menemui Alex
105
Talak untuk Manda
106
Alfian Sakit
107
Terungkap
108
Masalah datang bertubi tubi
109
Part Campuran
110
menemui keluarga besar Alfian
111
Tak di restui?
112
Masa Lalu Bunda Elisa yang pahit
113
Tidak akan pernah Mundur
114
Memikirkan setoran Awal
115
Alfian kecelakaan
116
Di Kantor Polisi
117
Rio mendapat Pekerjaan
118
Hari Soal Rio
119
Ambruk
120
Di usir
121
Di Pesta
122
Part Campuran
123
Mawar melahirkan?
124
Operasi
125
Rio Curiga
126
kehancuran Rio
127
Terungkap
128
Pesan Bunda Ellisa
129
Hari Tiara dan Alfian
130
Berubah
131
Hadiah Mawar
132
Part Campuran
133
Mawar di tangkap
134
Apakah ini karma
135
Hukuman Mawar
136
Tiara Hamil
137
Keresahan Nayla
138
Tangis bahagia Bintang&Nayla
139
Akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!