NovelToon NovelToon
Si Kembar Milik Raja Perang

Si Kembar Milik Raja Perang

Status: tamat
Genre:Tamat / Time Travel / Anak Kembar / Raja Tentara/Dewa Perang / Roh Supernatural
Popularitas:671.1k
Nilai: 4.8
Nama Author: Risa Jey

Meng Lusi, seorang kapten wanita di ketentaraan zaman modern, kuat dan cerdas. Karena suatu alasan, dia tiba-tiba saja berpindah ke zaman kuno dan mewarisi mata air spiritual.

Baru saja tiba di zaman yang belum dikenalnya, Meng Lusi diperkosa oleh Shin Kaichen yang dibius oleh seseorang. Setelah itu, Meng Lusi memilih melarikan diri. Lima tahun kemudian, Meng Lusi yang sudah memiliki anak kembar dikenali oleh Shin Kaichen dan mencoba untuk mendapatkan hati ibu dan kedua anaknya tersebut.

Di sisi lain, klan penyihir yang sudah lama mengutuk negara untuk tidak memiliki keturunan anak perempuan, kembali berulah. Anak kembar Meng Lusi menjadi incaran mereka karena bakat bawaan luar biasa yang akan mengancam klan penyihir. Mampukah si kembar selamat dari bahaya? Akankah Meng Lusi dan Shin Kaichen memiliki kehidupan bahagia? Mari ikuti setiap kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risa Jey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Harta Nasional yang Hilang

Shin Kaichen memandang ular putih kecil yang ada di samping Meng Lusi. Ular itu menatapnya. “Bisakah dia bicara?” tanyanya pada Meng Lusi.

Adapun wanita itu, menatap Sunni. Haruskah memberitahu Shin Kaichen tentang keberadaan binatang spiritual?

Tapi tanpa diduga, Sunni sendiri yang memberitahu. “Tentu saja. Aku adalah ular putih spiritual. Jangan menganggap ku siluman di masa depan. Aku tidak serendah itu,” jawabnya.

“Apakah kamu juga yang membantu menakuti para pembunuh bayaran malam itu?”

Sunni berkata dengan bangga. “Tentu saja ini aku. Aku juga diminta oleh tuanku. Jika tidak, aku hanya suka menonton pertunjukan di samping.”

Ular itu sangat jujur. Membuat sudut mulut Meng Lusi dan Shin Kaichen berkedut ringan. Namun Shin Kaichen berterima kasih atas bantuannya malam itu. Ia segera membawa Meng Lusi keluar dari lubang dan membantunya membenarkan posisi kakinya yang terkilir.

Setelah itu, hewan buruan Meng Lusi diikat di tubuh kuda.

“Untuk lubang ini, aku akan meminta orang-orangku mengambilnya besok. Aku khawatir ini adalah harta nasional yang sudah lama hilang dan dicari.”

"Harta nasional yang sudah lama hilang?" Meng Lusi terkejut.

"Ya,  sudah lama sekali di generasi kakekku."

Karena kaki Meng Lusi terluka, Shin Kaichen membantunya untuk duduk di atas kuda. Lalu dia berada di belakangnya. Saat ini, posisi Meng Lusi seperti bersandar di dada bidang Shin Kaichen.

"Pegangan. Aku akan mempercepat perjalanan kembali."

Sebelum Meng Lusi bersiap, Shin Kaichen langsung menarik tali kuda untuk berlari meninggalkan hutan. Kuda itu meringkik dan berlari kencang ke arah sebelumnya.

"Ahh!" Meng Lusi terkejut dan langsung memeluk bahu Shin Kaichen. "Apakah kamu sengaja melakukannya?" tanyanya kesal.

Tentu saja Shin Kaichen sengaja melakukannya untuk membuat Meng Lusi berinisiatif menyentuh tubuhnya. Namun pria itu hanya tersenyum tanpa mau menjawabnya.

Embusan angin dingin menerpa tubuh keduanya. Salju ada di mana-mana dan kali ini hawanya lebih dingin karena langit sudah gelap.

Keduanya tidak banyak bicara sepanjang jalan. Ketika kembali ke rumah, Meng Shilan dan Meng Shuya sudah menunggu di ambang pintu.

"Ibu pulang! Ibu pulang!" Meng Shilan senang saat melihat Shin Kaichen kembali bersama Meng Lusi.

Dou Heng dan Lin Zhou yang khawatir sejak awal akhirnya menghela napas lega. Namun tampaknya ada yang salah dengan kondisi tubuh Meng Lusi.

"Ibu kalian mungkin terluka," kata Dou Heng pada si kembar.

Meng Lusi dibopong masuk ke rumah Shin Kaichen, menempatkan wanita itu di kursi panjang. Kakinya yang terkilir belum diobati. Bahkan kini sudah bengkak.

"Bu, apakah kamu baik-baik saja?" Meng Shuya menghampirinya dengan ekspresi cemas.

Meng Lusi tersenyum lembut dan sama sekali tidak menunjukkan rasa sakit apapun. "Ibu baik-baik saja. Apakah kalian sudah makan malam?" tanyanya.

Mereka menggelengkan kepala. Dou Heng dan Lin Zhou sedikit bersalah. Seharusnya mereka meminta koki untuk membuatkan sesuatu. Sekarang Meng Lusi terluka. Pasti tidak bisa memasak untuk kedua anak itu.

Untungnya Shin Kaichen menyelamatkan keadaan. "Makan malam akan segera siap. Jangan khawatir. Biarkan aku melihat kakimu yang terkilir."

Sebelum Meng Lusi menolak, Shin Kaichen sudah duduk di dekat kakinya. Ia melepaskan sepatu wanita itu dan memeriksa kondisi bengkak pergelangan kakinya yang terkilir.

"Ini akan sakit saat aku membenarkannya kembali. Tahanlah."

Shin Kaichen mencoba untuk membenarkan posisi pergelangan kaki Meng Lusi yang terkilir.

Tentu saja Meng Lusi berteriak kesakitan. Wajahnya sedikit pucat hingga berkeringat dingin. Ia menggertakkan gigi, mencoba untuk tidak menakuti kedua anaknya.

"Sakit ... Pelan sedikit," gumamnya tidak berdaya.

Di telinga Shin Kaichen, suara Meng Lusi seperti rengekan malam pertama pengantin. Telinganya sedikit memerah, memikirkan kembali adegan lima tahun lalu.

Setelah kakinya baik-baik saja, Shin Kaichen mencoba mengalihkan pikirannya pada hal lain.

"Tinggal diobati saja. Tidak masalah."

"Terima kasih. Maaf merepotkanmu lagi," katanya.

"Bukan masalah besar."

Meng Lusi merasa kakinya tidak terlalu sakit seperti sebelumnya. Sekarang ia bisa berjalan walaupun agak pincang karena pembengkakan.

Dou Heng terkejut melihat bengkak di kakinya. "Ini sudah berapa lama? Kenapa bengkak? Bukankah hanya terkilir?”

“Sejak sore.”

“Tidak heran. Aku akan memanggil tabib terdekat yang ada di desa ini. Bagaimana pun juga harus diobati.”

Dou Heng segera pergi untuk memanggil tabib untuknya, sementara yang lain hanya bisa menunggu. Meng Shilan dan Meng Shuya melihat kaki ibu mereka yang membiru, mau tidak mau ingin menyentuhnya sedikit.

Namun Shin Kaichen menahannya. “Jangan, nanti tambah sakit.”

Tangan Meng Shilan yang terulur kembali ditarik. Ia hampir saja membuat ibunya kesakitan. Meng Lusi yang melihat ekspresi anak itu mau tidak mau menggelengkan kepala.

Tak lama, Dou Heng kembali dengan seorang tabib yang sebenarnya sudah Meng Lusi kenal. Tabib hanya meresepkan obat  untuk mengolesi bagian yang memarnya. Lalu pergi setelah Shin Kaichen membayar biayanya.

Makan malam sudah terlambat namun si kembar makan lebih dulu bersama Dou Heng dan Lin Zhou. Sedangkan Meng Lusi merasa tidak nyaman di seluruh tubuhnya. Ia ingin mandi. Pelayan di rumah Shin Kaichen sudah menyediakan air hangat untuk mandi. Mendapatkan perlakuan seperti itu, Meng Lusi sedikit malu.

“Kamu bisa mandi dengan tenang. Jika ada apa-apa, panggil saja,” kata Shin Kaichen seraya menyerahkan pakaian Meng Lusi yang dikeluarkan Sunni sebelumnya.

“Ya.” Meng Lusi sedikit memerah dan akhirnya dibawa masuk ke kamar mandi dengan bantuan pelayan.

Sementara Shin Kaichen kembali ke ruang makan dan membahas tentang penemuan kemungkinan harta nasional yang telah lama hilang.

“Besok kalian akan ikut denganku dan memeriksa tempat itu.” Shin Kaichen menganggap masalah ini serius.

“Apakah emas dan perak yang pernah disembunyikan klan penyihir itu berhasil ditemukan? Apakah kamu tidak salah?” Lin Zhou terkejut dan dia membantu mengupas udang kukus untuk si kembar.

Dou Heng juga mengerutkan kening. “Kudengar sudah lebih dari lima puluh tahun sejak kejadian harta nasional yang hilang. Mungkinkah itu hanya harta pribadi yang tak sengaja disembunyikan oleh orang-orang dulu?”

“Tidak. Aku yakin itu adalah tempatnya. Tempat itu juga dilindungi oleh array kuno. Ini array kuno yang dibuat klan penyihir.”

“Paman, mungkinkah ibu jatuh ke lubang harta karun?” tebak Meng Shuya. “Apakah ada banyak di dalamnya?”

Shin Kaichen tersenyum padanya. “Kamu sangat pintar.” Anak ini memang suka uang, pikirnya.

“Lalu bagaimana sekarang? Kamu meninggalkannya begitu saja? Bukankah akan bahaya jika diketahui oleh pihak lain?” Dou Heng kini khawatir.

“Jangan khawatir, aku sudah menutupi tempat itu dengan array lagi secara diam-diam.” Shin Kaichen makan sup tahu putih.

Tiba-tiba saja terdengar teriakan nyaring dari arah kamar mandi yang dimasuki Meng Lusi sebelumnya. Mereka terkejut. Shin Kaichen segera bangkit dan pergi dengan langkah lebar untuk memeriksa. Dou Heng dan Lin Zhou saling melirik.

“Itu suara ibu. Aku ingin melihat ibu,” kata Meng Shuya.

Dou Heng memikirkan sesuatu dan menahan anak itu. “Tidak, tunggu di sini. Paman Shin akan memeriksanya. Jangan khawatir. Ini rumah paman, tidak akan ada masalah apapun,” jelasnya.

1
Jakaria Hidayat
Luar biasa
Binti
menarik 💪💪💪
Riva84
mampir thoorr
M27
apa ga ada karya yg baru, thor? semua karya² mu sudah clear dibaca huhuhuhhu
wakwau@manisq
cakep... banget...
ᶜᵃˡˡ ᴹᵉ ᴶⁱⁿᵍᵍᵃ😜
auto ngakak bayangin exprezi Dazuang🤣🤣
siti fatimah
Luar biasa
RusNa ANtox DEwi
baguss
R. Kamal
cumi ... cuma mimpi yaaaa...
R. Kamal
Sirnaaaaaaa
dafa ramadhan
keren
Sonya Kapahang
Aaahhh Tamat.. Semoga secepatnya ad karya baru ya, Kak Risa.. ❤
Sonya Kapahang
Kasian jg sm An Ding.. Sebenernya baik tp krn saking baiknya itu jd dimanfaatin sm Rayu Yan..
L A
👏👏👏👏
asli keren novelnya, meskipun harus nungguin lama, tapi syukurnya author bertanggung jawab nyelesain ceritanya...terimakasih author Risa Jey
Happy New Year 2025
Hening Aryanti
Yah, udah ending aja, syedih g bisa ketemu sama Lulu lagi huhuhu 😭😭😭 Semangat kak Jey, ku tunggu karyamu selanjutnya
R. Kamal
lanjutkeun....
M27
up banyak² thor, please.. dah makin seru ini thor...
Lyvia
luar biasa 😍😍
Sonya Kapahang
Mau tempur lbh besar kyanya niy..
Sonya Kapahang
Wah.. petir ungunya malah ga nyamber Meng Lusi.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!