Kabar Jerri kembali terdengar sampai ketelinga Zahira,mereka pernah berteman namun harus terpisah oleh jarak dan keyakinan,kabarnya Jerri sudah mualaf saat ini.
Apa ada kemungkinan mereka bertemu lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone pak Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31
Damian sempat menggebrak meja karena mendapatkan jawaban yang tidak memuaskan dari Murni,sementara Murni merasa Damian sudah tahu kelemahannya,meski bibir Murni tersenyum namun hatinya sangat was-was, saat ini Jerri dan Damian menjadi ancaman baginya.
"Tapi kamu sudah melamar Aira,jadi tunjukkan niat baikmu,segera menikahinya."kata Murni
Mendengar penuturan Murni membuat Damian tertawa,dia menertawakan hal yang sangat lucu baginya,bagaimana bisa ada seorang Ibu sampai menawarkan anaknya.
"Kamu sedang bernegosiasi denganku?"tanya Damian
"Apa maksudmu?"tanya Murni
"Setelah Jerri menolaknya,kamu menawarkan anakmu kepadaku?"tanya Damian
"Ini tidak ada hubungannya dengan Jerri."jawab Murni
"Tentu saja ada,Jerri temanku didunia balap,bahkan dia lebih kaya dariku,lebih tampan,begitu Tante Lintang terjerat olehmu,Puuuuhhhh,dia menjual rumah impiannya demi membayar hutang Mamanya."kata Damian
Murni terkejut mendengarnya,dia tidak menyangka jika Lintang sampai menjual aset anaknya,yang dia tahu bisnis Jerri adalah warisan turun temurun.
Murni meremas kedua tangannya,dia merasa kesal namun tidak merasa bersalah,setelah berfikir dia akhirnya meninggalkan Damian begitu saja,Damian tersenyum penuh kemenangan,dia langsung menghubungi Papanya agar tetap tenang.
Menjelang sore hari sesaat sebelum pulang Safi mengantar pekerjaannya keruangan Martin,dia masuk tanpa mengetuk pintu seperti sebelumnya,Zahira hanya menatap namun lagi-lagi Celine menepuk pundak dan membuatnya terkejut.
"Ei,melamun."kata Celine
"Mbak,bikin kaget aja."kata Zahira
"Abisnya kamu lucu sih kalau lagi bengong."kata Celine sambil duduk dikursi Safi
"Pekerjaanmu sudah selesai?"tanya Zahira
"Sudah."jawab Celine sambil meraih cermin dan mengaplikasikan bedak dan lipgloss dibibirnya
Zahira berdiri membereskan beberapa file yang tercecer,dia juga membuang sampah dan membersihkan meja,setelah selesai dia memberikan kepada Celine,saat Celin berdiri ingin mengantar keruang Presdir dia malah meminta Zahira yang mengantarnya karena jam sudah menunjukkan waktu pulang.
"Ra,kamu aja yang mengantar keruangan Presdir,aku buru-buru mau mengantar Mama kedokter."kata Celine sambil meraih tasnya
"Mama sakit apa Mbak?"tanya Zahira
"Dari siang tadi demam,aku duluan ya."jawab Celine
"Iya,hati-hati Mbak."kata Zahira
Zahira berdiri membereskan meja,dia menunggu hingga ruangannya sepi,setelah karyawan lain pulang dia masuk kedalam ruangan Jerri tanpa mengetuk pintu,Zahira meletakkan dokumen di meja kerja Jerri yang sudah rapi,namun Jerri sendiri malah berbaring diruang pribadinya.
Jerri menepuk tempat disampingnya,meminta kepada Zahira untuk mendekat.
"Kamu kenapa Mas?"tanya Zahira
"Boleh gak aku latihan balap?"tanya Jerri sambil duduk
"Balap?tanya Zahira penuh penasaran
"He hem,sekedar hobi saja."jawab Jerri
Zahira duduk didekat Jerri yang masih serius memandangnya,dalam hatinya bertanya sejak kapan Jerri menekuni dunia balap,sesaat Zahira mengingat jika beberapa waktu lalu Jerri sempat kembali menekuni power boat disaat pikirannya tidak menentu dan senyumnya kembali ceria.
"Sejak kapan kamu punya hobi itu?"tanya Jerri
"Sebenarnya sejak sebelum mengenalmu,aku dan Martin bertemu dengan Arya."jawab Jerri
"Oh ya,kenapa kamu merahasiakannya dariku?"tanya Zahira
"Ya karena Mama melarang lagi setelah aku cidera."jawab Jerri
Zahira mengangguk meski tidak mengiyakan,Jerri melakukannya karena hobi bukan untuk main diarena.Zahira berdiri dan melangkah keluar diikuti Jerri,malam ini Zahira merasa sangat lapar dan ingin segera pulang.
Dirumah Ayah sudah selesai menunaikan sholat Magrib dimasjid,dia pulang dengan mengendarai motor,disaat yang sama ada seorang Ibu yang meminta untuk mengantar anaknya berobat diklinik.
"Pak,saya minta tolong."kata Ibu tersebut
"Apa Bu?"tanya Ayah Zahira
"Antar saya keklinik,anak saya sakit."jawab Ibu
Ibu yang meminta tolong kepada Ayah Zahira adalah tetangga yaang tinggal diujung komplek,suaminya belum pulang karena selalu bertugas di luar kota.
"Saya panggilkan taxi saja Bu."kata Ayah Zahira
"Jangan Pak,mahal ongkosnya."kata Ibu tetangga
"Sudah,biar saya yang bayar."kata Ayah Zahira
Saat Ayah Zahira mengeluarkan ponselnya,dari jauh terlihat mobil milik Jerri,dia menghadang agar Jerri berhenti dan mengantar Ibu tetangga.
"Ayah,ada apa?"tanya Jerri
"Bisa gak kamu antar Ibu tetangga keklinik?"tanya Ayah
"Biar Zahira saja yah,lebih pantas."jawab Zahira yang tiba-tiba turun
Zahira meminta kunci motor yang dibawa Ayah,dia langsung menghidupkan mesin motor dan mengantar Ibu tetangga keklinik,namun sampai diklinik dia malah pergi begitu saja saat Zahira sedang mengisi pendaftaran.
"Kemana Ibu tadi?"tanya Zahira lirih
Zahira mencari Ibu tetangga dengan bertanya kepada kepada beberapa orang yang sudah mengantri,jawaban mereka sama bahwa Ibu yang bersamanya sudah keluar dari klinik.
Karena tidak kunjung bertemu dengan Ibu tetangga,akhirnya Zahira pulang meninggalkan klinik,dia berhenti diwarung bakso langganannya,disana dia melihat si ibu tadi sedang tertawa bersama dengan ibu yang lain.
"Dasar tidak punya kerjaan."kata Zahira
Dengan perasaan marah dan kesal Zahira pulang kerumah,setelah sampai dirumah dia langsung mencuci tangannya dan makan bakso yang baru saja dia beli.
"Bagaimana Ra?"tanya Ayah
"Lain kali gak usah digubris Yah,mereka hanya mencari perhatian Ayah."jawab Zahira
"Ada apa sih?"tanya Bunda yang sedang mengisi air
"Tanya saja sama Ayah."jawab Zahira
Jika bukan karena Zahira yang sedang hamil Ayah lebih memilih memendamnya sendiri,apalagi Jerri juga baru saja bergabung membuat Ayah harus buka mulut menceritakan hal yang sebenarnya.
"Sayang,dia mengerjai kamu sampai begitunya?"tanya Jerri
"Aku rasa sasarannya adalah Ayah dan kamu Mas."jawab Zahira
"Benar Bun,setiap kali kewarung mereka juga selalu menanyakan Ayah dan Kakak."kata Jihan
Jerri dan Ayah hanya terdiam,mereka merasa bersyukur dicintai banyak orang namun juga merasa takut jika suatu saat orang terdekatnya pergi meninggalkannya hanya karena merasa paling dicintai.
Ayah beranjak dari duduknya,dia keluar menuju warung dan menutup meski belum waktunya.Jihan dan Jerri membantu karena melihat Ayah sedikit kesal.
"Besok tidak usah buka warungnya."kata Ayah
"Terus aku ngapain Yah?"tanya Bunda
"Besok Bunda dan Jihan kerumah Ibu."jawab Ayah
"Gak mau Yah,aku harus mengajar besok siang."jawab Jihan
"Ya sudah,Bunda dirumah saja."kata Ayah
Karena waktu masih menunjukkan jam delapan malam,masih ada juga orang yang mengetuk-ngetuk karena masih harus membeli kebutuhan sehari-hari.
Ayah sendiri sudah mewanti-wanti agar tidak membukanya dan mematikan lampu ruang tamu sehingga rumah terkesan gelap dan penghuninya sudah terlelap.