NovelToon NovelToon
Gadis Penjual Jamu Dan Tuan Impoten

Gadis Penjual Jamu Dan Tuan Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Lari Saat Hamil / Anak Genius / Anak Kembar / Disfungsi Ereksi
Popularitas:486.1k
Nilai: 4.6
Nama Author: Pena Remaja01

Daniel Van Houten—seorang mafia berdarah dingin, kejam, dan disegani. Tak pernah membayangkan akan menerima vonis memalukan dari dokter: ia didiagnosis impoten. Tapi Daniel bukan pria yang mudah menyerah. Diam-diam, ia mengirim orang kepercayaannya untuk mencari gadis polos nan perawan, dengan harapan bisa menghidupkan kembali gairah yang lama padam.

Sampai pada suatu malam, harapannya terjawab. Seorang gadis berlesung pipi, polos dan menawan, berhasil membangkitkan sisi pria yang sempat hilang dalam dirinya. Namun karena sikap arogan dan tempramental Daniel, gadis itu justru ketakutan dan melarikan diri tanpa jejak.

Empat tahun berlalu, takdir mempertemukan mereka kembali. Tapi kali ini, gadis itu tak datang sendiri—ia membawa tiga anak kecil yang menggemaskan, penuh keberanian, dan... sangat mirip dengan Daniel.

---------

"Unda angan atut, olang dahat na udah tami ucil, iya tan Ajam?" – Azkia "Iya, tadi Ajam udah anggil pak uci uat angkap olang dahat na." – Azam "Talau olang d

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Remaja01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33 Om bau, mandi duyu cana!

"Aku akan tidur di sana!" Daniel menunjuk sofa panjang dekat jendela.

"Om ngak boyeh bobok di sini?" cegah Azam.

"Kenapa tidak boleh? Aku hanya tidur di sofa, bukan tidur bersama ibumu." Daniel ngotot tak mau keluar dari kamar itu walaupun Azam berteriak-teriak mengusirnya. Malah ia sengaja ingin beradu mulut dengan bocah laki-laki yang masih menyusu badan pada bundanya. Malahan, kini dengan santainya ia berjalan mendekati sofa dan duduk disana.

"Om laki-laki, ngak boyeh di sini. Cana kelual!" Azam makin histeris mengusir Daniel.

"Kamu juga laki-laki, kenapa kamu juga tidak keluar?" balas Daniel tak mau kalah.

Azam menoleh pada Ayang dan beralih pada kedua saudaranya yang sedang meminum susu dari botol dot. Kemudian bocah cadel itu berdiri sambil berkacak pinggang. "Ajam kan anak Unda. Talau Om ukan anak Unda. Makanya, Om halus kelual!"

Daniel menyeringai. "Eh, kamu itu sudah besar. Kenapa masih menyusu pada Ibumu? Harusnya kamu minum susu yang sama dengan kedua saudaramu." Daniel masih tak mau mengalah.

Azam menoleh lagi pada kedua saudaranya yang asik meminum susu dari dot. "Bialin, cucu itu kan ngak enak. Enak cucu Unda agi." Azam kembali berbaring disebelah Ayang. "Unda, Omnya ngak awu pelgi," rengeknya mengadu.

Sekilas Ayang melirik punggung Daniel yang telah berbaring di sofa. 'Kenapa dia gak mau keluar? Apa yang sedang dia rencanakan?' batin Ayang dalam hati. Ia gelisah, takut jika pria itu benar-benar tidur di dalam kamar bersama ia dan anak-anak.

Kemudian Ayang mengangkat Azam, membaringkan bocah itu di sisi kiri. Selimut juga di tarik menutupi tubuh sebatas dada sebelum mulai menyusui putranya. Sementara Azkia dan Azura masih anteng disebelah kanan Ayang menikmati susu dari botol dot yang di buatkan Daniel.

Malam itu, Ayang benar-benar was-was. Sering ia tersentak dari tidur dan lansung menoleh ke arah sofa. Ia begitu takut jika pria yang tidur di sofa itu nekat dan melakukan apa yang ada di pikirannya.

.

.

.

Pagi menjelang, Azkia dan Azura mulai merengek, tentunya kebiasaan mereka bangun tidur meminta susu. Ayang menoleh ke sofa, di sana Daniel masih berbaring dengan posisi meringkuk.

Dinginnya udara pagi ditepi pantai, di tambah suhu AC yang masih menyala, tentu membuat ruangan itu semakin sejuk.

Ada secuil rasa iba kala melihat pria yang begitu di bencinya itu tidur dalam posisi menekuk tubuh.

Tak ingin membuat kedua anaknya kehausan, Ayang bangkit dari ranjang. Ia juga membawa satu selimut dan menyelimuti Daniel yang masih tidur di sofa.

Tidak lama berselang Ayang kembali lagi ke dalam kamar membawa dua botol susu untuk kedua putrinya. Sementara Azam masih tidur nyenyak.

.

.

.

Di luar matahari telah sepenggal naik. Daniel baru saja bangun. Pria itu sedikit heran mendapati ada selimut di badannya. Pandangan mengedar menyisir ruangan yang tak ada tampak penghuni lain selain dirinya. Ia pun lansung berdiri memeriksa seluruh ruangan yang ada di hunian itu. Lantai dua, kolam renang telah di periksanya, namun hasilnya nihil, tak ia temukan keberadaan Ayang dan anak-anak disana.

Daniel pun segera berlari ke hunian Udin, berharap anak-anaknya ada di sana. Pintu hunian itu diketuknya dengan sangat keras.

"Ada apa sih? Ganggu orang aja, ini masih pagi lho?" omel Udin sambil menggaruk kepala menandakan baru bangun tidur. Pakaian yang di pakai hanya boxer diatas lutut dan kaos kutang tanpa lengan.

"Mana anak-anakku?" tanya Daniel.

"Bukannya tadi malam mereka tidur di tempatmu? Kenapa malah cari disini?"

Tak ingin mendengar celotehan pria gemulai itu, Daniel lansung menerobos masuk ke dalam dan mencari keberadaan anak-anaknya. Tapi ia tak menemukan keberadaan mereka di sana.

Setelah memastikan anak-anak tak ada di hunian Udin, Daniel segera keluar dan melanjutkan mencari ke loby.

"Danieil!"

Daniel mendekati wanita paruh baya yang menyapanya. "Aunty, apa aunty melihat wanita dan anak-anak yang datang bersamaku?" tanya Daniel dengan nafas ngos-ngosan.

Wanita paruh baya itu tersenyum.

"Katakan cepat, kau melihatnya tidak?" tanyanya tak sabaran. Bukan hanya suaranya saja yang terdengar menggelegar. Tapi, wajah Daniel saat ini juga terlihat panik.

Wanita paruh baya itu menggeleng. Ia hapal sekali bagaimana tempramennya seorang Daniel. "Tuh, mereka sedang sarapan." Wanita itu menunjuk dimana keberadaan Ayang dan anak-anak yang sedang menikmati sarapan.

Daniel membuang nafas kasar.

"Maaf Nail, pagi tadi Aunty datang ketempatmu ingin mengajak sarapan, tapi kata anak-anak, kamu masih tidur, jadinya Aunty ajak saja mereka sarapan di sini."

Daniel tak menyahut, matanya hanya fokus memperhatikan Ayang yang sedang menyuapi Azam di ujung sana.

"Nail, boleh Aunty bicara sebentar?"

Daniel menoleh pada wanita paruh baya disebelahnya, kemudian mengangguk.

Wanita itu mengajak Deniel ke ruangannya.

"Nail, ini laporan penginapan tahun kemarin. Aunty minta maaf, karna Aunty tidak tau kamu akan datang kesini. Jadinya Aunty belum menyiapkan laporan untuk tahun ini," ujar wanita paruh baya itu sembari menyerahkan beberapa berkas pada Daniel.

"Aku mempercayakan resort peninggalan Mama ini sepenuhnya pada Aunty. Jadi jangan terasa hati dengan kehadiranku di sini. Aku hanya ingin berlibur, bukan ingin memeriksa laporan."

Wanita paruh baya itu mengulas senyum. "Bagaimana Aunty tak terasa hati. Bertahun-tahun kamu tidak kesini, tiba-tiba kamu datang bersama anak-anak dan istrimu. Bahkan kamu tidak mengundang Aunty ke pernikahanmu. Aunty pikir kedatangan kamu ingin mengambil alih resort ini."

"Terserah Aunty mau bicara apa. Aku ingin Aunty yang mengelola resort ini." Lalu Daniel berdiri dari duduk.

Wanita paruh baya itu ikut berdiri menahan tangan Daniel yang akan pergi. "Nail, duduk dulu! Aunty hanya bercanda saja."

Daniel kembali duduk.

"Siapa nama istrimu? Apa kamu tidak ingin mengenalkannya pada Aunty?"

Daniel menyeringai tipis. "Dia bukan istriku."

Mata wanita paruh baya itu menyipit menatap Daniel.

"Sudah lah Aunty." Daniel lansung meninggalkan ruangan itu menuju ke tempat Ayang dan anak-anaknya berada. Tiba di sana dengan santainya ia duduk di sebelah Azkia.

"Iiih, om bauk. Cana mandi duyu," omel Azkia sambil menutup hidungnya.

Daniel mengendus tubuhnya sendiri.

"Akak, lihat eek matanya masih ada."

Azam menunjuk mata Daniel yang memang belum mencuci muka sama sekali.

Ketiga bocah itu menertawakan penampilan Daniel yang memang terlihat berantakan, dan juga ada bekas iler dan belek di matanya.

"Ini salah kalian! Kenapa tidak membangunkanku!" Daniel mendengus, lalu menoleh pada Ayang yang sengaja membuang muka darinya.

"Om, kan sudah besal, napa ngak bisa bangun sendili. Kita saja bica bangun sendili," ucap Azura.

Daniel tersenyum kecil. "Cepat, habiskan sarapan kalian."

_____

Hai...hai...kakak semua! Aku author yang nulis cerita ini hadir menyapa. Koment yuk, biar aku makin semangat. Kalau banyak yang komen sebelum berbuka, aku up satu bab lagi jam sembilan malam.🥰🥰

1
ardiana dili
semangat kak
ardiana dili
lanjut
yunita
lnjuttt..
partini
Weh jamu ap hayo
yunita
lnjutttt
Ani Basiati
lanjut
Fauziah Daud
lanjuttt
ardiana dili
lanjut
Samsiah Yuliana
lanjut Thor
Ani Basiati
lanjut
Titien Prawiro
membuat anak2 ketakutan. dasar gila
Titien Prawiro
Daniel bukannya sabar ngambil hatinya ayang dan anak2 malahan menunjukan bahwa dia berkuasa
Rafly Rafly
sang naga abis minum soda campuran susu langsung gembira /Facepalm/
yunita
lnjut...lg kk
partini
👍
partini
lah aku lupa ayang kan penjual jamu so di aracik tuh jamu buat misua Weh Weh
ini author pasti pengalaman 😁
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@: ayaannggg bagi dnk jamunya
Sasa Sasa: Eh, mana ada
total 2 replies
partini
sudah Thor ceritanya bagus
Jar Waty
lanjut thor
then_must_nanang
Hahahahahaa.....
sama kayak aku dulu.....
malam- malam istri minta Rujak...
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
ini si azam koq jd gitu sih. masa dia msh nen ama emaknya, lah udah ada 2 adeknya.
Sasa Sasa: Minta di sabet dia. 😆😆
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!