NovelToon NovelToon
Aku Cinta Kamu, Dia, Dan Mereka

Aku Cinta Kamu, Dia, Dan Mereka

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Dikelilingi wanita cantik / Pelakor / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi
Popularitas:231
Nilai: 5
Nama Author: Wahyu Ibadurahman

Di sebuah sekolah yang lebih mirip medan pertarungan daripada tempat belajar, Nana Aoi—putri dari seorang ketua Yakuza—harus menghadapi kenyataan pahit. Cintanya kepada Yuki Kaze, seorang pria yang telah mengisi hatinya, berubah menjadi rasa sakit saat ingatan Yuki menghilang.

Demi mempertahankan Yuki di sisinya, Ayaka Ito, seorang gadis yang juga mencintainya, mengambil kesempatan atas amnesia Yuki. Ayaka bukan hanya sekadar rival cinta bagi Nana, tapi juga seseorang yang mendapat tugas dari ayah Nana sendiri untuk melindunginya. Dengan posisi yang sulit, Ayaka menikmati setiap momen bersama Yuki, sementara Nana harus menanggung luka di hatinya.

Di sisi lain, Yuna dan Yui tetap setia menemani Nana, memberikan dukungan di tengah keterpurukannya. Namun, keadaan semakin memburuk ketika Nana harus menghadapi duel brutal melawan Kexin Yue, pemimpin kelas dua. Kekalahan Nana dari Kexin membuatnya terluka parah, dan ia pun harus dirawat di rumah sakit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Ibadurahman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17.

Saat pagi tiba, Di kamar hotel, Ayaka sudah rapi berpakaian layaknya seorang guru. Tidak ada lagi jejak dari malam sebelumnya, kecuali tatapan puas yang masih melekat di wajahnya.

Yuki, yang masih berbaring di kasur, mengusap wajahnya pelan, karna rasa kantuk yang begitu berat.setelah Semalam bergadang. Namun saat ini pikirannya dipenuhi dengan bayangan Nana. Walaupun Nana yang telah membawanya ke hadapan Ayaka, ia tau dalam hati Nana sama sekali tidak merelakannya. Karena selama ini ia benci sama Ayaka. Karena itu Ia merasa bersalah karena telah mencurahkan hasratnya pada Ayaka semalam penuh.

"Ayo gue anterin lu pulang" ucap Ayaka.

Yuki bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi.

Beberapa saat kemudian, Ayaka mengantar Yuki pulang ke kontrakannya menggunakan mobilnya agar Yuki bisa berganti baju sebelum berangkat ke sekolah.

Sesampainya di kontrakan, Yuki turun dari mobil dan melirik ke arah Ayaka. "Lu duluan aja, gua berangkat sekolah sendiri," ucapnya datar.

Namun Ayaka menggeleng, tetap bersandar di kursinya dengan santai. "Gak. Gua nunggu lu di sini, kita berangkat bareng".

Yuki mendengus pelan, lalu masuk ke dalam kontrakan. Ia tidak tahu kenapa, tapi hati dan pikirannya terasa berat hari ini.

Beberapa saat kemudian, Yuki akhirnya turun, sudah bersih dan siap untuk ke sekolah. Mau tidak mau, ia ikut bersama Ayaka yang masih menunggunya di mobil.

Sesampainya Di depan gerbang sekolah, Saat mobil Ayaka berhenti, Yuki turun dengan ekspresi malas. Tapi sebelum sempat melangkah, tatapan matanya langsung bertemu dengan seseorang. Nana berdiri tidak jauh dari gerbang, baru saja tiba bersama Yuna. Namun, wajahnya seketika berubah saat melihat Yuki keluar dari mobil Ayaka.

'Sial, Kenapa hati gue terasa sakit seperti ini?' gumam Nana dalam hati.

Yuna, yang menyadari ekspresi Nana, langsung menggandeng tangannya. "Ayo ke kelas," ajaknya lembut.

Namun, di dalam kepalanya, Nana masih berperang dengan pikirannya sendiri. Kenapa kemarin waktu Yuki sama Yuna, gua gak ngerasa apa-apa? Tapi begitu dia sama si jablay Ayaka, hati gua terasa kayak diiris?

"Masih mikirin Yuki?" tanya Yuna pelan.

Nana mengepalkan tangannya. "Gua mending melihat Yuki dipake elu berkali-kali daripada dipake si jablay Ayaka," desisnya pelan.

Yuna hanya menarik napas panjang. "Semuanya udah terjadi. Yang penting lu jangan lagi jadikan Yuki sebagai bahan taruhan."

Nana tidak menjawab, hanya menunduk dalam diam. Lalu berjalan masuk ke gedung sekolah.

Saat mereka berdua tiba di koridor, langkah mereka terhenti secara mendadak. Di depan mereka, berdiri Yui Nakahara, menghalangi jalan mereka dengan ekspresi serius. Nana yang sudah kesal sejak tadi langsung melihatnya sebagai mangsa. Ia melangkah maju dengan tatapan tajam, siap menghajarnya untuk melampiaskan emosinya. Namun, sebelum ia bisa melakukan sesuatu, Yuna buru-buru menarik tangannya. Tiba-tiba, sesuatu yang mengejutkan terjadi.

Yui membungkuk. Semua orang di sekitar mereka terdiam. "Gua udah kalah," ucap Yui pelan. "Karena itu, maukah kalian berteman sama gua?"

Nana menatapnya datar, tanpa sedikit pun perubahan ekspresi. Lalu dengan dingin, ia berkata, "Ogah." Tanpa ragu, Nana berjalan melewati Yui, menabrak bahunya dengan sengaja, membuat Yui sedikit terdorong.

Yuna menghela napas, lalu berbisik pelan saat melewati Yui, "Jangan sekarang. Nana lagi banyak masalah."

Di sekitar mereka, para siswa yang melihat hanya bisa diam. Mereka masih terbayang akan sosok Nana kemarin saat bertarung di lapangan, saat ia terlihat seperti iblis wanita yang lapar akan darah.

Ketika tiba di depan kelas B, Nana tiba-tiba menghentikan langkahnya. Matanya bertemu dengan sosok yang sudah menunggunya di sana, Kai Takashi Sudah menunggu kedatangannya dari tadi. Mereka saling bertatapan, seolah berbicara tanpa kata.

Akhirnya, Kai membuka mulutnya. "Jam istirahat, di rooftop," ucapnya singkat. Kemudian, ia berbalik hendak pergi. Namun, ia tiba-tiba berhenti, lalu menoleh kembali. "Yuki juga harus ikut," lanjutnya, sebelum akhirnya benar-benar pergi.

Yuna menghela napas pelan, lalu melirik ke arah Nana. "Apa dia menantang kita lagi?" tanya Yuna pelan.

Nana menggeleng samar. "Entahlah."

Dari jauh, Nana melihat Yuki baru tiba, berjalan dengan santai menuju kelasnya. Di depan kelas A, Kazuya berdiri, lalu tiba-tiba membungkuk ke arah Yuki. Yang mengejutkan, beberapa siswa lain juga ikut membungkuk, memberikan salam hormat pada Yuki saat ia melewati mereka.

Yuki berhenti di tengah langkahnya, mengerutkan dahi. "Oi, oi. Ngapain kalian?" tanyanya, tapi tidak ada yang menjawab. Mereka hanya tetap membungkuk, menunjukkan rasa hormat mereka.

Yuki mendengus pelan, mengusap tengkuknya, lalu melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan mereka lagi. Dan akhirnya, ia sampai di depan Nana dan Yuna.

Nana langsung mengalihkan pandangannya. Tanpa berkata apa-apa, ia menoleh ke Yuna dan berkata, "Gua duluan." Lalu, tanpa menatap Yuki sedikit pun, ia berjalan menuju kelas C.

Yuki menatap punggungnya yang menjauh, lalu melirik ke Yuna. Namun, Yuna juga tidak berkata apa-apa,ia langsung masuk ke kelas B tanpa menoleh ke arahnya.

Yuki menghela napas, lalu melanjutkan langkahnya ke kelas. Begitu masuk, Naoki langsung menatapnya dengan ekspresi serius. "Kai minta kita datang ke rooftop jam istirahat," ucapnya singkat.

Yuki menaikkan alis. "Berantem lagi?" tanyanya.

"Entahlah," sahut Keisuke, "Tapi ada sesuatu yang terasa beda kali ini."

**

Saat Jam istirahat tiba. Nana dan Yuna melangkah di depan, berjalan menuju rooftop sekolah dengan tatapan serius. Di belakang mereka, Yuki, Naoki, dan Keisuke mengikutinya dalam diam. Begitu melewati kelas A, Kazuya yang bersandar di dekat pintu segera bergabung, berjalan mengikuti mereka dari belakang tanpa berkata apa-apa. Tidak ada yang berbicara. Suasana terasa berat.

Begitu sampai di rooftop, pemandangan yang menunggu mereka jauh lebih besar dari yang mereka duga. Kai Takashi sudah berdiri di sana, bersama Yui Nakahara, serta beberapa siswa lain dari kelas D, E, F, dan G. Mereka semua berdiri dengan posisi siap, seolah sudah menunggu kedatangan kelompok Nana.

Begitu kelompok Nana tiba, semua tatapan tertuju pada mereka. Mereka saling berhadapan. Udara di antara mereka terasa tegang, seolah hanya menunggu percikan api kecil untuk meledak menjadi pertarungan besar.

Namun, Kai yang pertama kali bergerak. Ia melangkah ke depan ke arah Yuki, tubuhnya tegap dan ekspresinya serius. Yuki, yang sudah terbiasa dengan situasi seperti ini, ikut maju ke depan, tapi sebelum ia sempat berjalan lebih jauh, Naoki menahan lengannya. "Tunggu," bisik Naoki pelan, matanya waspada.

Namun, Yuki hanya menggelengkan kepala. "Tidak apa-apa." Lalu, tanpa ragu, ia terus berjalan hingga berdiri tepat di depan Kai. "Ada apa, Kai?" tanya Yuki santai.

Kai tidak langsung menjawab. Sebaliknya, ia melakukan sesuatu yang sama sekali tidak terduga. Dengan gerakan cepat, Kai membungkuk dalam-dalam. "Selamat datang, pemimpin kelas 1," ucapnya dengan suara lantang.

Tepat setelahnya, Yui Nakahara dan siswa lain yang ada di belakangnya juga ikut membungkuk. Suasana menjadi Hening.

Nana dan yang lainnya terdiam, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Dan saat itu juga, mereka baru menyadari sesuatu yang sangat penting. Sejak awal, kelas 1 memang tidak memiliki seorang pemimpin. Tidak seperti kelas 2 dan kelas 3 yang selalu kompak saat menghadapi sekolah lain, kelas 1 justru selalu tercerai-berai. Tidak ada satu komando. Setiap kali ada masalah dengan sekolah lain, kelas 1 selalu bergerak dengan pemahaman berbeda, karena tidak ada pemimpin yang mengatur mereka. Dan sekarang, mereka semua sudah tahu maksud Kai mengundang para petinggi kelas 1 ke sini. Mereka ingin menunjuk Yuki sebagai pemimpin mereka.

Bukan hanya Nana, tapi Yuna, Keisuke, Naoki, dan Kazuya pun mulai menyadari hal yang sama. Tanpa banyak bicara, Nana dan Yuna ikut membungkuk kepada Yuki. Tidak lama kemudian, Keisuke, Naoki, dan Kazuya juga melakukan hal yang sama. Suara mereka terdengar bersamaan: "Selamat datang, pemimpin kelas 1."

Yuki hanya berdiri di tempatnya. Tatapannya tidak berubah, tetap santai, tanpa ekspresi besar seperti yang lain. Sebenarnya, sejak awal ia pindah ke sekolah ini, ia tidak pernah berniat menjadi pemimpin siapa pun. Namun melihat mereka semua seperti ini, Ia hanya mengangkat tangan, melambaikan sedikit sambil berkata, "Oke, oke, gak usah seperti itu." Lalu, dengan ekspresi santai seperti biasanya, ia menambahkan, Yuki menatap Kai dengan ekspresi santai. "Kai, jujur gue gak peduli tentang ini."

Suasana rooftop semakin hening. Semua mata tertuju pada Yuki. Kai menatapnya tajam, menunggu kelanjutan kata-katanya. "Sejak awal gue datang ke sini cuma buat sekolah. Tapi, " Yuki menarik napas pelan sebelum melanjutkan, "kalau kalian memang nunjuk gue sebagai pemimpin kelas 1, ok, gue terima."

Beberapa siswa yang mendengarnya tampak lega. Namun, Yuki belum selesai bicara. "Tapi gak usah seformal ini." Tatapan Yuki menyapu seluruh orang yang ada di sana. "Gue lebih suka kita ketawa bareng dalam sebuah ikatan pertemanan. Gak ada yang perlu membungkuk sama gue."

Beberapa siswa saling pandang, mencoba memahami maksud Yuki.

"Dengerin baik-baik," lanjutnya, "kita ini bukan geng. Kita cuma anak sekolah yang nyari kesenangan dalam pertarungan." Yuki menghela napas sejenak, lalu menambahkan, "Kalau kita gak membeda-bedakan satu sama lain, kita bakal jadi lebih akrab. Kita bakal lebih kompak tanpa ada yang merasa tertekan." Matanya berkilat penuh keyakinan. "Kita bakal ngerasain sakit yang sama kalau salah satu dari kita kena masalah."

Semuanya hanya Diam. Tak ada yang berbicara selama beberapa detik setelahnya. mencerna setiap kata yang keluar dari mulut Yuki.

Nana, yang berdiri di dekat Yuna, tak bisa menyembunyikan kekagumannya. Ia tahu Yuki bukan tipe orang yang suka memimpin, tapi saat ini, ia berbicara seperti seseorang yang benar-benar dilahirkan untuk itu. Dan ternyata, bukan hanya Nana yang berpikiran seperti itu.

Kai mengamati Yuki dalam diam, lalu tersenyum tipis. "Lu memang pantas jadi seorang pemimpin," gumam Kai dalam hati.

Nana yang awalnya masih memiliki keraguan, kini tak ragu lagi. Ia melangkah mendekati Yui, yang masih berdiri di tempatnya. Tanpa berkata apa-apa, Nana tiba-tiba merangkul Yui dalam sebuah pelukan singkat. "Maaf atas tadi pagi," bisik Nana di telinganya.

Yui sedikit terkejut, tapi kemudian tersenyum kecil dan mengangguk. Setelah itu, mereka semua mulai saling mengulurkan tangan, adu kepalan sebagai tanda pertemanan. Tak ada lagi batasan. Tak ada lagi perpecahan di antara mereka.

Kai melirik anak buahnya, lalu memberi isyarat. "Beli makanan dan minuman, kita makan di sini bareng-bareng."

Anak buah Kai segera bergerak. Mereka mulai duduk bersama, membentuk lingkaran di rooftop. Di tengah lingkaran itu, Yuki dan Kai duduk berdampingan. Dan untuk pertama kalinya sejak sekian lama Kelas 1 akhirnya menjadi satu.

1
🐌KANG MAGERAN🐌
mampir kak, semangat dr 'Ajari aku hijrah' 😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!