Sovia dan Angga baru menikah beberapa Minggu, ayah Angga kemudian menikah dengan seorang wanita yang usianya sana seperti Angga. pernikahan Sovia di penuhi kebahagiaan, namun setahun setelah itu tiba-tiba banyak kejadian yang mencurigakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shafrilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Inggrid memang tidak tahu diri.
Mendapatkan pertanyaan seperti itu tentu saja Sofia ingin tertawa, dia ingin tertawa terbahak-bahak karena Angga menanyakan mengenai kesalahannya. "Tidurlah dahulu mas, aku yakin kamu capek. Lebih baik kamu beristirahat dahulu agar tubuhmu cepat segar jika esok sudah datang." kata Sofia. setelah itu dia meminta Angga untuk segera tidur.
"Kamu tidak marah padaku kan sayang?" tanya Angga sembari menggenggam tangan sang istri.
Sofia kembali tersenyum, dia membelai wajah suaminya kemudian menepuknya perlahan berulang kali. "Kenapa aku harus marah mas, lebih baik kamu tidur sana." jawab Sofia dengan lembut.
Mendengar itu Angga benar-benar merasa tenang, Dia berjalan menuju ranjangnya untuk tidur secepatnya. Namun berbeda dengan Inggrid yang ada di kamarnya, dia menatap Adi yang sedang bersama Wati di kamarnya. Adi sengaja meminta Wati untuk menyuapinya makan di dalam kamar, dia ingin membuat Inggrid merasakan apa yang dia rasakan saat ini.
"Wati, besok kamu buatkan aku makanan yang kemarin aku minta ya." pinta Adi dengan nada suara yang begitu lembut.
"Memangnya Tuan suka? apa aku tambah sedikit cabe biar rasanya lebih nikmat?" tanya Wati sembari tersenyum. tatapan mata mereka nampak begitu sayur dan benar-benar membuat Inggrid tidak suka.
"Wati, jaga tata krama dan sikapmu itu, dia itu majikanmu kenapa mulutmu itu berbicara tanpa bisa dijaga?!" bentak Inggrid yang mulai merasa kesal saat melihat Adi dan Wati berbicara begitu mesra.
"Memangnya apa yang saya lakukan nyonya? saya kan berbicara dengan tuan, tuan meminta saya untuk masak, ya saya tanya." jawab Wati.
"Kamu ini benar-benar tidak tahu sopan santun Wati, aku ini istri bosmu, aku ini istri majikanmu. Kamu bicara seperti itu seolah kamu ingin merebut suamiku dariku ya?!" seru Inggrid.
Wati dan Adi saling menatap kemudian tersenyum. "Kamu bicara apa sayang, kamu itu kalau berbicara dijaga dahulu, kenapa kamu bilang aku dan Wati seperti itu. Memangnya apa yang sudah kami lakukan?" tanya Adi.
"Kenapa kamu membelanya sayang, seharusnya kamu marahi dia, lihatlah dia berbicara genit seperti itu sama kamu! apa kamu tidak merasa kalau dia itu mencoba menggoda mu!" Inggrid mulai kesel. Kamu ini ada-ada saja, mana mungkin Wati mau mencoba untuk menggodaku, lihatlah aku saja tidak bisa jalan. Kalau dia mau menggodaku ya itu tidak ada untungnya kan? kenapa dia tidak cari pria normal untuk menikahinya." ujar Adi.
"Kenapa sih kamu terus membelanya sayang, jangan-jangan kalian berdua ada hubungan ya di belakangku?!" seru Inggrid.
Adi bisa melihat kalau Inggrid mulai terprovokasi ketika dirinya dan Wati bersikap mesra di depannya. Adi mulai membayangkan ketika istrinya itu sedang berdua bersama dengan putranya, bahkan Adi bisa memikirkan mengenai apa saja yang sudah mereka lakukan, kegilaan dan dosa yang begitu besar.
"Kamu ini kenapa sih sayang, kenapa sekarang malah marah-marah seperti itu. Aku ini setiap harinya dirawat sama Wati, jadi aku sudah terbiasa sama Wati berbicara seperti itu." kata Adi.
"Tapi kenapa sikap kalian itu seperti kalian itu mempunyai hubungan di belakangku?" Inggrid terus marah dan bahkan dia tidak ingin Adi terus membela Wati.
"Sudah-sudah kamu ini marah-marah tidak ada kejelasannya, lebih baik kamu tidur. Aku mau melanjutkan makan." ucap Adi yang kemudian melanjutkan makan disuapi Wati.
Sedangkan Wati nampak dia tersenyum, dalam hati saat melihat ekspresi Inggrid yang begitu kesal dan sangat marah padanya. Dia yakin setelah ini Inggrid akan membuat hidupnya kacau. Seperti yang diminta oleh Adi, pria itu selalu mengatakan kalau Wati tidak boleh mengalah dengan Inggrid. walaupun status Wati sebagai istri yang sudah diketahui oleh orang-orang yang ada di rumah namun tidak diketahui oleh Inggrid dan Angga. Adi selalu berpesan kepada Wati untuk melawan Inggrid.
"Oh ya Wati, tolong kamu bawa aku ke kamar tamu, aku ingin segera beristirahat." ucap Adi.
Inggrid yang mendengar itu nampak dia sedikit terkejut. "Memangnya Kamu mau ke mana sayang?" tanya Adi.
"Aku mau ke kamar tamu sayang, aku mau tidur di sana. Aku tidak ingin mengganggu tidurmu." jawab Adi.
"Tapi kenapa harus ke sana, sayang? lalu, nanti kamu kalau mau ke kamar mandi bagaimana?" tanya Inggrid.
"Aku akan meminta sopir pribadiku mengantar, dia akan tidur di sofa yang ada di kamar tamu." jawab Adi.
Mendengar jawaban itu bukannya sedih Inggrid malah tersenyum begitu bahagia, itu artinya dia akan tidur sendiri di kamar besar itu dan dia akan bebas melakukan apapun di sana. "Ya sudah kalau begitu, oh ya nanti kalau kamu mau melakukan apapun kamu telepon saja aku. Aku akan ke sana untuk membantumu." ucap Inggrid yang berpura-pura.
Adi menganggukkan kepalanya, setelah itu dia meminta Wati untuk membawanya ke kamar tamu. Dalam hati Wati tertawa terbahak-bahak seolah dia menertawakan Inggrid.
Malam itu Inggris tidak bisa tidur, dia mengambil ponselnya kemudian menelpon Angga yang sedang tertidur lelap. Sofia yang belum tidur nampak dia menata ponsel sang suami yang terus berdering dari tadi, Sofia melihatnya dia menatap layar ponsel suaminya.
"Siapa yang menelpon." ucap Sofia ketika melihat nama yang tertera di ponsel Angga bertuliskan nama Tuan insinyur. Sofia tidak akan percaya lagi dengan apa yang dia lihat sekarang.
Sofia tidak menjawab panggilan telepon itu, dia hanya mematikan nada suaranya, berulang kali ditelepon Angga tidak menjawabnya. Hal itu membuat Inggrid sangat kesal, setelah itu Inggrid mengirim pesan kepada Angga dan Sofia. Melihat dari layar ponsel beberapa kalimat yang ada di layar ponsel itu membuat kedua tangan Sofia menggenggam erat.
Sebuah pesan yang bertuliskan 'sayang aku merindukanmu, apakah kau tidak rindu dengan tubuhku?' kalimat itu seketika membakar jiwa dan raga Sofia. Kedua mata Sofia menatap Angga yang tertidur pulas. "Ternyata kalian sudah melakukan perbuatan bejat itu mas, kalian benar-benar makhluk rendahan." ucap Sofia yang kemudian meletakkan ponselnya. setelah itu Sofia membaringkan tubuhnya di ranjang mencoba untuk memejamkan matanya, namun kata-kata itu terus terngiang di otak Sofia.
Pagi telah menjelang, Angga menatap sang istri yang nampak tertidur pulas. "Selamat pagi sayang." ucap Angga yang kemudian membelai wajah Sofia.
"Pagi mas." jawab Sofia.
Angga menatap ponsel yang ada di meja kecil sebelah ranjangnya, dia melihat panggilan telepon berulang kali yang tidak terjawab.
"Ada apa mas? apa ada yang menelpon mu?" tanya Sofia berpura-pura.
"Ah iya, ini ternyata ada telepon dari rekan bisnis perusahaan." jawab Angga.
Setelah itu dia melihat ponselnya, dia takut jika Sofia membuka ponselnya namun ketika dia melihat beberapa pesan masih belum terbuka hal itu membuat Angga bernafas begitu lega. "Oh ya sayang, aku mau ke kamar mandi dahulu, aku mau mandi ya." kata Angga.
"Kekamar mandi kenapa harus bawa ponsel mas?" tanya Sofia. dalam hati amarah itu seperti akan meledak.
"Ah tidak apa-apa sayang, aku cuma mau menjawab pesan dari Tuan insinyur saja." jawab Angga yang kemudian masuk ke dalam kamar mandi.
*Bersambung*
terima kasih atas dukungannya semoga kalian senang dengan novelku ini. jangan lupa baca novelku yang lain.
*istri barbar bos mafia*
*My sugar Daddy.
*Sugar baby tuan muda lumpuh*