Keira Maheswari tak pernah menyangka hidupnya akan berubah begitu drastis. Menjadi yatim piatu di usia belia akibat kecelakaan tragis membuatnya harus berjuang sendiri.
Atas rekomendasi sang kakak, ia pun menerima pekerjaan di sebuah perusahaan besar.
Namun, di hari pertamanya bekerja, Keira langsung berhadapan dengan pengalaman buruk dari atasannya sendiri.
Revan Ardian adalah pria matang yang perfeksionis, disiplin, dan terkenal galak di kantor. Selain dikenal sebagai seorang pekerja keras, ia juga punya sisi lain yang tak kalah mencolok dari reputasinya sebagai playboy ulung.
Keira berusaha bertahan menghadapi kerasnya dunia kerja di bawah tekanan bosnya yang dingin dan menuntut.
Namun, tanpa disadari, hubungan mereka mulai membawa perubahan. Apakah Keira mampu menghadapi Revan? Atau justru ia akan terjebak dalam pesona pria yang sulit ditebak itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Teddy_08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Ini Kisah Rumit
06.00 WIB — Villa Alan di Seminyak - Bali
Ponsel Alan berkedip pertanda ada banyak pesan yang masuk ketika ia sedang menikah udara pagi di pinggir kolam renang. Tidak semua ia baca. Tapi yang mencuri perhatiannya adalah nama Debra tersemat di sana.
Bukan karena memiliki rasa. Baginya hubungannya dengan Debra hanya sebatas kisah cinta satu malam saja. Meski kenyataannya wanita itu menginginkan keadaan lebih baik.
Tapi hal yang mampu mengusik pikiran Alan adalah. Rasa takutnya yang luar biasa. Takut jika tiba-tiba perempuan liar itu menyerang lagi istri beserta anggota keluarga lainnya.
[Temui aku di kafetaria biasa di kawasan Kuta. Tempat kita biasa sore ini. Jika tidak ingin hal buruk terjadi]
Begitulah isi pesan tersebut yang disertai dengan penekanan dan juga ancaman.
Dengan lihai jemari Alan menari membalasnya. Tentu ia sudah lelah berlarut-larut dalam masalah ini.
[Oke jam 04.00 WIB di tempat biasa]
Pria tampan berkulit putih itu memejamkan matanya, sambil memijat keningnya. Sesekali meringis menahan sakit di kepalanya.
Hingga tak lama kemudian Keira datang menghampiri, sambil membawa nampan berisi cup cake, dan juga pancake dengan selai jeruk dan juga secangkir teh.
Tak lama kemudian ia juga ikut menjatuhkan tubuhnya di kursi santai. Balutan daster bermotif bunga dengan khas kain batik Bali, dan juga tali yang menggantung di lehernya menambah keindahan pemandangan Alan pagi itu.
Alan memang tidak bisa menikmati keindahan dan lekuk tubuh istrinya yang memiliki banyak syarat. Tapi ia sedang berusaha keras menaklukkan gadis bertubuh mungil yang kini selalu menemani hari-harinya itu.
"Sarapan paginya, kalau mau nasi goreng atau yang lainnya aku bisa bikinin baru," tukas Keira menunjukkan perhatiannya.
Membuat Alan semakin terkesan dan jatuh cinta padanya. Parasnya yang cantik, dan juga deretan perhatian juga kenyamanan mampu membuat Alan tertawan.
"Gak kok, kebetulan aku juga suka sama pancake," sahut Alan menimpali.
Tangannya begitu cekatan mengambil makanan dan menikmati sarapan pagi ditemani Keira. Harum melati khas di secangkir teh yang disesapnya begitu menenangkan.
Sebuah klakson mobil memasuki halaman. Membuat fokusnya berpindah ke arah mobil itu. Seorang wanita beserta beberapa pria turun dari mobil itu dan menghampiri Alan yang sedang bersantai menikmati pagi.
"Pagi, Pak," sapanya sambil melemparkan senyum sumringah ke arah Alan.
Keira terperanjat mengetahui kedatangan Wina dan juga teman kantornya ke villa tersebut. Ia mencebikkan bibirnya menatap tajam ke arah Alan seolah mengintimidasi menunjukkan kekesalan yang tertahan.
"Ini laporan bulan April, Pak. Silahkan diperiksa lagi," ujar Wina sambil menyerahkan map berisi dokumen bisnis apartemen milik Alan.
Alan hanya diam. Seperti biasa, sikapnya selalu dingin di hadapan orang lain. Dan hangat di hadapan keluarganya. Matanya fokus membolak-balikkan kertas yang sedang dipegangnya.
"Grafiknya naik, Pak. Penyewaan tiap unitnya juga meningkat karena harga tanah di Bali amat mahal. Orang-orang sekelas menengah ke atas memilih menyewa lahan secara vertikal dari pada membeli rumah, "tutur Wina.
Alan cukup puas dengan apa yang diberikan Wina barusan. Ia adalah salah satu sekretaris andalan Alan selama ini.
Ia bahkan sudah bekerja mengikuti Alan bertahun-tahun lamanya. Hanya saja ia juga tipe pencemburu. Selalu ingin ikut campur urusan pribadi bosnya.
Perempuan itu mengedarkan pandangannya ke arah Keira. Wajahnya menegang. Bisa ditebak jika saat ini ia sedang kesal. Jika saja bukan hanya karena Alan cukup puas dengan kinerja perempuan itu. Mungkin sudah dulu ia didepak seperti yang lainnya.
Beberapa karyawan Alan hilir mudik sering bergonta-ganti. Bagaimana tidak, sikapnya yang kritis dan seringkali kasar membuat siapapun tidak nyaman bekerja di sana. Bisa di bilang sangat penuh tekanan.
"Keira menemani Bapak berlibur?" tanyanya tidak melepaskan tatapan pada Keira yang sibuk sendiri dengan ponselnya.
"Ya. Dia kan asisten pribadi saya. Selain itu, saya sudah gak bisa lagi jauh dari dia. Kenapa emangnya?" tanya Alan dengan dahi berkerut.
"Waaah … Bapak jatuh hati nih ceritanya," ucap Wina setengah meledeknya.
"Bukan jatuh hati lagi, Win. Bisa dibilang gue cinta mati," sahutnya membuat Wina berkacak pinggang.
Meski begitu Keira tetap saja fokus pada layar ponselnya. Jemarinya serius menari mengetik sesuatu yang mampu mencuri perhatian Alan.
"Ngomong-ngomong gimana nih dengan progres hotel baru di Bandung, Pak. Udah monetizing kah?" tanya Wina antusias. Sepertinya ia ingin pamer kepandaian di depan Keira.
"Aman dan berkembang, kamu mau juga ngantor di Bandung?" tanya Alan memberikan sekretarisnya pilihan.
"Bapak mau pindah ke sana?" tanya Wina menyelidik.
"Enggak sih, itu perusahaan milik bokap. Kali aja bosen ikut gue." Alan bangkit menghampiri Keira yang sedang sibuk sendiri.
Tiba-tiba saja Alan bangkit dan merampas ponsel di genggaman gadis itu. Membuatnya terperanjat hingga mendongak menatap Alan.
Mata Wina menatap tak percaya sehingga kedua bola matanya nyaris membulat sempurna menyaksikan sikap Boss-nya yang berubah begitu posesif pada asisten cantiknya. Ada rasa kesal yang Wina rasakan.
Asisten baru kok ngalahin istri diperhatikannya. Diajak liburan bareng secara ekslusif lagi. Wina yang bekerja bertahun-tahun saja belum pernah berduaan begitu. Kecuali jika mau jadi teman satu malam Alan.
"Loh, apa-apaan sih Boss," sahut Keira dengan nada meninggi, tak terima diperlakukan seperti itu di depan Keira.
"Kamu 'kan asisten pribadi saya, ya harusnya nyimak saya dan Keira bahas apaan," selorohnya tak kalah sengit.
Alan langsung memasukkan ponsel wanita yang baru ia nikahi secara agama itu ke kantong celananya. Membuat Keira jengah hingga memutar bola matanya.
"Ya, Pak. Maaf," ujar Keira. Sambil melengos ke arah lain.
Menit kemudian Keira bangkit hendak pergi meninggalkan Alan. Naasnya, si Boss mesum gak bisa nahan diri dan menariknya dalam pangkuannya.
Tentu saja mulut Wina makin ternganga menyaksikan sikap Alan yang di batas normal.
"Kamu nangis? Mau ke mana sih?" tanya Alan dengan nada rendah.
Membuat napas Wina semakin memburu. Bahkan suhu udara yang dingin pun serasa panas melihat kemesraan yang sengaja ditunjukkan Alan di depan umum.
Keira meronta, tapi Alan justru mengeratkan kungkungan tangan kekarnya.
"Oke Win, mungkin kamu sama yang lainnya penasaran dengan sikap saya yang tak biasa. Kami baru menikah! Jadi Keira adalah istri saya," terangnya.
Wina seketika menjadi lemas. Ia seolah patah hati. Bagaimana tidak, pria yang dikaguminya dan membuatnya betah menjalani pekerjaannya yang amat berat justru memilih menikahi asisten pribadi barunya.
"Kapan, Pak? Kok saya gak diundang?" tanyanya dengan suara bergetar lirih.
"Seminggu lalu sih Win, hanya saja bulan madu nungguin kerjaan kelar," balas Alan sambil menenangkan istrinya.
"Tuh, Wina sudah tahu, gak perlu canggung lagi. Kurang apa coba, aku berusaha buktikan kalau kamu itu istimewa buatku Keira. So, jangan kecewakan Mas ya," pintanya sambil mengecup pipi Keira di depan Wina.
Tentu saja Keira merasa tak nyaman saat ini. Melihat ekspresi tidak suka yang seniornya tampakkan terlihat jelas jika perempuan itu menyimpan rasa pada suaminya sejak lama.
— To Be Continued