Istri Duke Yang Ditinggalkan

Petra benar benar tak kembali ke rumah. Dia sudah membeli tanah di selatan dan segera pergi meninggalkan kediamannya. Kali ini berusaha lebih keras dalam menghasilkan uang. Dia bahkan menjadi kuli di Pasar meskipun upahnya tak seberapa. Dia banyak pelajar dari Paula yang juga diam diam bekerja saat ekonomi keluargany terpuruk. Sambil bekerja mengumpulkan yang unik pergi ke selatan, dia juga mengumpulkan informasi untuk mencari investor.

Tanah tandus di selatan itu tidak akan bisa ditanamai jadi tidak bisa dijadikan areal perkebunan yang menjajikan dan menghasilkan. Lalu bisa dijadikan areal perdagangan, tapi daerah disana juga sepi sehingga sulit sekali menghidupkan tempat yang di beli Petra.

'Sial!' kata Petra buntu. Tapi dia terlanjur berjanji tidak akan pulang selama dia belum berhasil, jadi Dia keras kepala dan tidak akan menjilat ludahnya sendiri. Dia pantang pulang karena Ayahnya pasti akan meremehkan dia lagi.

Tampang Petra yang dulu selalu rapi, tampan dan juga wangi kini sudah berubah menjadi kumal dan penuh debu

'Aku harus berhasil agar Ayah dan Paula bangga padaku!' batinnya.

Petra kembali bangkit setelah makan roti yang keras. Hidupnya kini tak ada ubahnya dengan menjalani kehidupan seperti rakyat biasa.

***

Hari haru segera berlalu dan Paula sudah sembuh total. Tepat sebulan kini Dia menikah. Hubungan pasangan asing yang hambar dan aneh itu masih berlanjut. Seperti biasa, Delta akan menunjukkan perhatiannya kepada Paula di depan semua orang, lalu berubah menjadi beruang kutuk ketika tidak ada orang. Awal awal Paula merasa sesak tapi lama lama kini Dia sudah terbiasa.

Sebuah surat datang dua hari yang lalu, surat itu datang dari dua sahabat Paula. Lady Flora dan Lady Camila.

Paula tak sabar menyambut mereka. Karena dua sahabatnya akan datang, Paula meminta ijin Duke Delta agar dua temannya itu di ijinkan datang berkunjung dan Delta mengiyakan tanpa keberatan.

Siang hari yang terik, Paula sudah berdiri di depan mansionnya. Dia ingin segera memeluk sahabatnya.

"Duchess apa kita tidak tunggu di dalam saja." kata Leah, dia prihatin melihat majikannya yang panas panasnya karena terlalu antusias.

"Benar Duchess." Ann juga ikut menimpali omongan Leah. Ann juga sudah lelah memegangi payung untuk Duchess.

Paula yang terlalu peka kemudian mengambil alih payung dari tangan Ann.

"Duchess..." Ann yang kaget karena tiba tiba payung itu direbut.

"Kalian masuk saja, aku sendiri disini tidak apa apa."

Menurut Ann dan Leah, Paula adalah majikan yang santai. Dia tidak terlalu merepotkan para pelayan. Justru lebih mandiri dari bangsawan pada umumnya.

"Tidak...tidak... tolong berikan payung itu kembali Duchess." Bukannya Ann keberatan membawakan payung untuk Duchess, karena memang itu tugasnya, tapi doa hanya tidak tega melihat majikannya yang banyak berkeringat karena menunggu temannya datang.

"Ini sudah waktunya, harusnya mereka segera datang."

Leah mengela nafas pelan, dia tahu kalau majikannya kesepian karena tiba tiba saja menjadi cinderella yang merayu bangsawan kaya, rumornya begitu. Dan karena itulah majikannya tidak punya teman kecuali perkumpulan ibu ibu berusia diatas 40 tahun di salon Countess Valery.

'Sungguh Nyonya yang malang.'

Tak lama da kereta yang terlihat dan terus berjalan mendekati pintu depan mansion. Gerbang mansion yang besar dan penuh penjagaan itu langsung terbuka. Paula tidak bisa menyembunyikan ekspresinya yang bahagia.

Dua wanita manis turun dari kereta.

"Paula...." mereka berkata heboh seakan tidak peduli dengan etiket yang ada.

Mereka bertiga akhirnya bertemu dan saling melepas rindu dengan berpelukan. Paula bahkan menitipkan air matanya.

"Flora... Camila..." panggil Paula.

"Ah jangan menangis... dasar pengantin baru!" ejak Camila.

Mereka bertiga lantas tertawa.

"Ah ya, mari masuk." Paula membawa dua temannya itu ke taman samping agar lebih santai. Menjamu mereka di ruang tamu hanya akan terlihat formal. Lagi pula Delta sudah mengijinkannya.

"Ngomong-ngomong... dimana suamimu?" Tanya Flora polos.

'Yah, mereka memang tidak tahu apa-apa.' batin Flora.

"Maaf, dia tidak bisa menyambut kalian karena sibuk." Paula berdalih demikian dan berharap kedua sahabatnya tak kecewa dan percaya.

"Hahaha... kau ini Flora, suaminua itu seorang Duke." timpal Camila.

"Astaga aku melupakan fakta penting itu hahaha." Merka tertawa.

"Ngomong-ngomong Paula, aku senang akhirnya kamu menikah dan menemukan kebahagiaan." Terang Camila. Dia tahu betul apa yang dialami Paula, dia bekerja keras untuk bertahan hidup. Camila yang hanya anak Viscount tak bisa berbuat banyak karena Ayahnya hanya seorang administrator kementerian belaka.

Paula tersenyum menatap sahabatnya itu, "Terimakasih Camila, aku harap kamu juga segera menemukan kebahagianmu." Paula sangat tulus mendoakan sahabatnya itu.

"Mulai deh dramanya." Flora memecahkan suasana haru itu.

Flora Guinino memang orang yang selalu blak belakang dan suka berkata pedas. Tapi kepribadiannya sangat jujur dalam menyampaikan sesuatu.

"Ya maaf-maaf deh." sahut Camila kesal.

"Jadi bagaimana rasanya jadi pengantin baru Paul." Fkora bertanya penuh antusias.

Paula hanya memberikan tatapan nakalnya.

"Hais... jangan begitu cepat ceritakan." Camila tak kalah penasarannya.

"Kalau penasaran kenapa tak menikah saja dan rasakan sendiri?" Paula memberika pertanyaan yang tak menjawab rasa penasaran mereka.

"Memangnya mencari jodoh itu seperti membeli makan ringan dikedai?"

"Huh? analogi macam apa itu?" Tanya Paula.

"Ya itu, kalau makanan di kedai kan di kasih lihat, dipertontonkan dan kita tinggal milih mana yang kita suka, mana yang kita mau lalu dibayar." Camila menjelaskan pemikirannya.

Sontak Paula dan Flora tertawa menertawakan pemikiran Camila.

"Haha... ada ada saja.'' Paula memberikan komentarnya.

Mereka banyak bercanda membicarakan banyak hal. Flora membicarakannya liburannya di luar negeri yang menjengkelkan karena bertemu dengan orang asing dan malah berakhir salah paham. Camila juga tak mau kalah membicarakan dirinya yang apes selalu kecopetan.

Leah dan Ann yang memperhatikan majikannya itu turut senang. Hari ini, untuk pertama kalinya dalam sebulan, mereka melihat majikannya yang tertawa lepas tanpa beban.