NovelToon NovelToon
PEWARIS

PEWARIS

Status: sedang berlangsung
Genre:Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa
Popularitas:555
Nilai: 5
Nama Author: Just story

Menceritakan tentang dimana nilai dan martabat wanita tak jauh lebih berharga dari segenggam uang, dimana seorang gadis lugu yang baru berusia 17 tahun menikahi pria kaya berusia 28 tahun. Jika kau berfikir ini tentang cinta maka lebih baik buang fikiran itu jauh - jauh karena ini kisah yang mengambil banyak sisi realita dalam kehidupan perempuan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Just story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 19

Malam telah kembali, menyelimuti rumah itu dengan keheningan yang menekan. Di depan pintu kamar pengantin, Wang He berdiri dengan gelisah. Bahunya tegang, matanya tak lepas dari pintu yang tertutup rapat, seolah-olah sesuatu bisa saja terjadi kapan saja.

Langkah kaki terdengar di lorong, memecah keheningan. Mingyu muncul dari balik bayangan, menatap Wang He dengan seringai tipis di wajahnya.

Mingyu : Apa yang kau lakukan disini ?

Tanyanya pelan, tapi nadanya penuh sindiran. Wang He tidak langsung menjawab. Napasnya terasa berat, tapi ia tetap berdiri di tempatnya.

Mingyu : apa kakek meminta mu untuk mengajari ku cara melakukan nya ?

katanya, sengaja memancing emosi. Wang He mengepalkan tangan, menahan diri untuk tidak terpancing. Tapi kekhawatiran pada yeon ji terus mengganggu, membuat malam itu terasa lebih panjang dan berat.

Mingyu : Kau tidak perlu khawatir wang he, aku telah terbiasa melakukan ini sejak duduk di bangku SMA. Ini bukan yang pertama untuk ku

Wang he : Maafkan saya tuan muda tapi keberadaan saya disini hanya menjalankan tugas dari nyonya gae yeong

Mingyu : Apa yang akan kau lakukan saat suami dan istri berada didalam kamar ? Apa yang bisa terjadi wang he pada kami ?

Wang He tetap berdiri di tempatnya, matanya tajam mengamati punggung Mingyu yang perlahan menghilang di balik pintu kamar. Tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya, tetapi sorot matanya berbicara banyak—penuh dengan amarah yang terpendam dan sesuatu yang lebih gelap, sesuatu yang sulit ditebak.

Di kamar lain, Gae Yeong bergegas mengepak barang-barangnya. Jemarinya bergerak cepat, namun gemetar, mencerminkan gejolak yang membuncah di dadanya. Ia merasa napasnya sesak, seakan dinding rumah itu kian menyempit, menelannya hidup-hidup. Setiap sudut rumah ini dipenuhi bayang-bayang aturan yang menyesakkan, memaksanya berjalan di atas bara api nilai-nilai yang bertentangan dengan nuraninya. Gae Yeong tahu, ia tidak bisa tinggal lebih lama di tempat ini. Meninggalkan segalanya adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan dirinya—sebelum ia kehilangan kendali atas kewarasan dan kemanusiaannya sendiri.

Gae yeong : apa lagi yang harus ku lakukan untuk membuat ayah mu memahami, bahwa semua tindakan nya hanyaakan semakin menghancurkan putra kita

Gae Yeong menatap foto itu dengan mata yang basah. Jemarinya gemetar saat menyentuh bingkai kayu yang sudah mulai pudar warnanya.

Gae yeong : Tidak ada yang ingin mendengar teriakan seorang ibu ini, walaupun aku yang mengandung dan melahirkan nya dengan bertaruh nyawa tapi tetap saja segala keputusan mengenai kehidupan putra ku hanya ayah yang berhak memutuskan nya

Dia menghela napas panjang, seolah berharap jawaban akan datang dari sosok yang diam di dalam gambar itu.

Gae yeong : harusnya kau membawa ku bersama mu, rasanya begitu sulit untuk ku hidup dalam neraka yang tak bekersudahan ini. Aku tidak ingin diam dalam ketidakadilan yang terjadi tapi apa yang harus ku lakukan saat putra ku merupakan salah seorang pelaku nya ?

Air matanya jatuh, membasahi kaca bingkai. Suara tangis tertahan memenuhi ruangan yang sunyi, sementara Gae Yeong merasakan kehampaan yang semakin menyesakkan dada.

Gae yeong : Maafkan aku seon tapi akan lebih baik jika aku tidak disini dari pada terus menyaksikan kehancuran keluarga ini

Cahaya bulan menyelinap melalui celah tirai, menerangi kamar yang sunyi. Yeon Ji telah terlelap, napasnya lembut dan teratur di antara keheningan malam.

Pintu kamar terbuka perlahan. Mingyu melangkah masuk dengan langkah goyah, aroma wine masih samar tercium dari dirinya. Matanya tertuju pada sosok Yeon Ji yang tidur tanpa sadar akan kehadirannya.

Mingyu : " Sepertinya ini saat yang tepat untuk kucoba "

Gumamnya pelan, sudut bibirnya terangkat membentuk senyum samar. Tanpa ragu, Mingyu naik ke atas ranjang, mendekat dengan tatapan yang sulit ditebak. Di hadapannya, Yeon Ji tetap terlelap, tak bergerak sedikit pun.

Mingyu : " lumayan juga, aku bisa menggunakan nya saat sedang malas keluar rumah "

Perlahan, Mingyu mengulurkan tangannya dan menyentuh kulit wajah Yeon Ji. Jari-jarinya terasa dingin di bawah sentuhan halus kulitnya, bergerak lembut membelai wajah gadis itu. Semakin dekat, kehadirannya terasa begitu nyata, perlahan, sentuhan itu berhasil membangunkannya. Mata Yeon Ji terbuka, dan saat menyadari sosok Mingyu di hadapannya.

Yeon ji : tuan, a-apa ada yang kau butuhkan ?

Mingyu menatap Yeon Ji yang kini duduk di hadapannya. Tubuh gadis itu tampak gemetar, jemarinya saling meremas di pangkuan seolah mencoba menenangkan diri. Namun, sorot mata Mingyu justru tertuju pada pakaian yang dikenakan Yeon Ji—sederhana, tanpa hiasan mencolok, nyaris seperti ingin menghilang di balik bayang-bayang ruangan.

Mingyu : harusnya kau memakai sesuatu yang bisa membuat ku bergairah bukan hal membosankan seperti ini

Yeon ji : tuan sungguh aku tidak memahami yang kau katakan, tapi jika anda ingin air atau semacam nya saya akan ambilkan sekarang

Mingyu : Jika kau pergi bagaimana kau akan melayani ku

Tanpa banyak kata, mingyu meraih kedua pergelangan tangan yeon ji dan mendorongnya hingga jatuh terlentang di atas kasur. Mata Yeon ji membesar, ketakutan melanda nya begitu cepat hingga air matanya mengalir tanpa bisa di tahan.

Yeon ji : ayah !!!!!!! Tolong !!!!!

Belum selesai teriakan yeon ji, mingyu langsung mengunci mulut gadis itu dengan bibir nya. Yeon ji berusaha melawan dengan sekuat tenaga tapi tenaga mingyu jauh lebih kuat hingga akhir nya dia menggigit bibir Mingyu sampai berdarah yang membuat mingyu berteriak dan melepaskan nya.

Mingyu : Bajingan!!! Beraninya kau melukai ku!!

Mingyu menarik rambut Yeon Ji dengan brutal, membuat gadis itu jatuh tersungkur di lantai. Rasa sakit yang mengalir semakin memperburuk ketakutannya. Air matanya tak bisa berhenti, tapi tubuhnya tak mampu bergerak untuk melarikan diri. Pukulan-pukulan Mingyu terus menghantam wajah dan tubuhnya, semakin membuatnya merasa tak berdaya.

Mingyu berdiri di atasnya, wajahnya dipenuhi kemarahan yang begitu nyata, seolah setiap helaan napasnya adalah ancaman.

Mingyu : dasar anjing tidak berguna!!!! Beraninya kau mencoba melawan ku!!!!

Yeon ji : ayah!!!! Tolong!!! Ampun tuan!! Ampun!!!!

Mingyu meraih ikat pinggangnya, mengencangkan genggamannya, lalu menatap Yeon Ji dengan tatapan yang penuh amarah.

Mingyu : Seperti nya aku memang harus mengajar kan mu, bagaimana seharusnya seekor anjing mematuhi majikannya

Mingyu mulai menurunkan celana yang sejak tadi di pakai nya, dengan tetap melilitkan ikat pinggang di tangan kanan. Tak ada yang tau apa yang terjadi selanjutnya di kamar itu. Hanya teriakan yeon ji yang begitu menyayat hati terdengar hampir di sebagian ruangan rumah itu.

Mendengar teriakan Yeon Ji yang penuh ketakutan, Wang He langsung panik. Tanpa berpikir panjang, ia berlari menuju kamar Gae Yeong di lantai atas. Dengan cepat, ia mengetuk pintu kamar itu, namun butuh beberapa menit sebelum Gae Yeong akhirnya membuka pintu.

Gae yeong : apa yang terjadi ? Kenapa kau terlihat begitu khawatir ?

Wang he : Nyonya tolong segera kekamar tuan muda sekarang juga

Gae yeong : mingyu? Tapi ada apa wang he ???

Wang he : Nyonya ku mohon aku tidak bisa berkata banyak, tapi yang jelas hidup nona yeon ji dalam bahaya

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!