NovelToon NovelToon
Wanita Pilihan CEO Tua

Wanita Pilihan CEO Tua

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Terlarang / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rahayu Dewi Astuti

Wanita tegar dan nampak kuat itu ternyata memiliki luka dan beban yang luar biasa, kehidupan nya yang indah dan bahagia tak lagi ada setelah ia kehilangan Ayah nya akibat kecelakaan 10 tahun lalu dan Ibunya yang mengidap Demensia sekitar 7 tahun lalu. Luci dipaksa harus bertahan hidup seorang diri dari kejinya kehidupan hingga pada suatu hari ia bertemu seorang pria yang usianya hampir seusia Ayahnya. maka kehidupan Luci yang baru segera dimulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahayu Dewi Astuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keputusan bulat

07:30 pagi Luci baru saja membuka matanya, rasanya gaya tarik ranjang miliknya jauh lebih kuat dibandingkan hari-hari sebelumnya, padahal ini adalah hari terakhir Luci bekerja di toko roti. cuaca diluar cukup mendung bahkan terlihat sedikit tetesan air hujan turun untuk membuat angin semakin dingin menusuk tubuh Luci yang kurus.

helaan napas berat berkali-kali terdengar, sesak rasanya dada Luci jika memikirkan ia akan menjadi seorang pengangguran dikeadaan sekarang. ia masih pusing, bagaimana caranya membayar semua cicilan yang sudah mengantri setiap bulannya.

dengan langkah yang berat Luci segera memgambil handuk dan bergegas mandi, setelah itu ia mulai mengenakan pakain simple hanya jeans dan juga t-shirt berlengan pendek tak lupa ia juga merias tipis wajahnya agar terlihat lebih segar.

sekitar 15 menit perjalanan akhirnya oa sampai, disana sudah ada Nyonya Misca dan beberapa orang pria yang sedang mengangkut semua benda didalam toko roti. dengan senyum manisnya Luci menghampiri Nyonya Misca.

"Apakah aku terlambar dihari terakhir ini?" tanya Luci dengan lembut.

"Tentu saja tidak, terima kasih sudah menjadi pegawai yang setia dan jujur Luci." ungakap Misca dengan mata sedikit berkaca-kaca.

tak ada jawaban apapun, Luci hanya mengangguk sembari menahan air matanya agar tak jatuh.

Luci dan Misca masuk kedalam toko, barang-barang kecil mulai Luci rapikan, ia juga membersihkan meja-meja yang berdebu sambil meratapi semuanya, kenangannya, baik susah maupun senang sudah banyak ia lewati. bahkan air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya terjatuh juga.

"Luci.. kemarilah."panggil Misca.

Luci berjalan mendekati Misca yang sedang duduk sambil melihat jalanan yang belum terlalu ramai. "Ada apa Nyonya?"

sebuah amplop coklat Misca keluarkan dari dalam tasnya, terlihat cukup tebal. "Ini gaji terakhirmu, dan ada sedikit bonus untuk kamu. saya harap uang ini bisa bermanfaat sebelum kamu menemukan pekerjaan lain."

"Tidak, Nyonya. ini merepotkan." Luci menolak dengan halus, meskipun dia sangat membutuhkannya namun tak enak rasanya.

"Ambilah, kamu anak baik, saya selalu percaya jika kebahagiaan besar akan segera menghampiri kamu." Nyonya Misca menggenggam tangan Luci dengan hangat, betapa iba dirinya melihat Luci bertahan hidup tanpa ada sanas saudara yang membantu.

"terima kasih, Nyonya. saya do'akan anda selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan." ungkap Luci.

setelah membantu sedikit merapikan toko, kini semua sudah kosong. tak ada satupun barang yang tersisa. para pria tukang pun suda pergi membawa semua barang milik Nyonya Misca. kini Luci benar-benar harus ikhlas, iapun mengantarkan Misca kedalam mobil karena sang supir sudah menjemputnya.

"jaga dirimu baik-baik, Luci." ucap Misca.

"tentu saja, tolong kabari aku sesekali jika anda sudah sampai di jerman."

Misca mengangguk, kini mobil sudah perlahan pergi. Luci menatap nanar sambil melambaikan tangannya.

Dari arah yang berlawanan Luci melihat sebuah mobil sedan hitam melaju lambat, sepertinya tidak asing bagi Luci. saat Luci tunggu ternyata mobil itu tidak berhenti dan berlalu begitu saja.

Hari sudah semakin malam, tapi sulit untuk Luci bisa tertidur malam itu, yang ia pikirkan sekarang adalah tawaran pekerjaan dari Sabrina. ponsel terus ia genggam, jari telunjuknya terus saja ia gigit menandakan jika saat ini Luci sedang berpikir keras.

"Hanya menuangkan minuman pada lelaki-lelaki hidung belang sajakan?!" ungkapnya pada diri sendiri, "harusnya itu tidak apa-apa." sambung nya sembari menyalakan ponsel nya dan mencari kontak Sabrina.

Suara telpon berdering cukup lama, hingga akhirnya suara wanita terdengar samar karena bising nya suara musik.

"Hallo..." Panggil Luci.

"Ya Luci...apa suaraku terdengar jelas?" ucap Sabrina dengan suara agak kencang.

"Iya, tentu saja. Emmmh aku akan mengambil pekerjaan yang kamu tawarkan apa masih berlaku?" ungkap Luci yakin.

"Kamu serius? tentu saja, besok aku akan menemuimu." Suara Sabrina nampak senang mendengar kabar baik itu.

"Baiklah, kalau begitu aku tutup telponnya, sampai bertemu besok."

Rasanya lega sekali setelah memikirkan nya cukup lama, ia hanya perlu bekerja dengam baik demi menghasilkan uang yang banyak demi pengobatan sang Ibu. setelah itu kini Luci bisa tertidur dengan Lelap.

Sabrina yang sedang bekerja bersama pria-pria hidung belang nampak menjadi lebih semangat, karena mulai besok akan ada seseorang yang menggantikan dirinya.

"mengapa kamu terlihat begitu senang, Cantik?." bisik seorang pria berambut coklat.

"Besok akan ada seseorang yang jauh lebih menarik menggantikan posisiku. bukankah kalian ingin suasana yang baru?" Goda Sabrina pada pria itu.

"Akhirnya pesanan kita akan tiba besok." ucap satu pria lagi yang duduk disamping kiri Sabrina.

mendengar kabar baik itu, mereka sangat amat kegirangan, bersulang dan meminum alkohol tak henti-henti. Sabrina tidak jahat, justru ia ingin membantu sahabatnya hidup lebih baik seperti dirinya sekarang.

Kesadaran Sabrina mulai menurun, saat ia akan pergi ke toilet tiba-tiba saja ia menabrak seorang pria bertubuh kekar, wangi tubuhnya sangat enak Sabrina tau jika ini adalah aroma parfum yang mahal. tangan kekarnya menahan tubuh Sabrina yang hampir terjatuh.

"Maaf tuan, saya tidak sengaja." ucap Sabrina dengan nada menggoda.

tangan Sabrina menjalar diarea dada dan perut pria itu, wajah yang terlihat sudah tak muda namun masih memiliki karisma yang membuat Sabrina ingin ditiduri olehnya.

"Apa anda bisa menemani saya malam ini?"

bak tertiban durian runtuh, bagaimana bisa pria itu bisa langsung menawarkan hal yang tentu saja sangat Sabrina inginkan, tanpa basa basi Sabrina langsung menerima tawaran pria itu.

"Tentu saja tuan, anda duduk dimana? nanti saya akan kesana." jawab Sabrina manja.

"Violet table, 16." jawabnya singkat.

Sabrina yang mendengar hal itu langsung menyadarkan dirinya. Violet table adalah area meja untuk kelas VVIP di club ini dan jarang sekali ada orang yang memesan table ini. dengan senyum lebarnya Sabrina mengangguk sambil pergi meninggalkan pria itu.

lega rasanya, setelah sabrina mengeluarkan seluruh isi di kantung kemihnya, ia juga mencuci wajahnya dan memoleskan kembali makeup pada wajahnya yang cantik. betapa besar hati Sabrina diminta menemani tamu besae malam ini.

Langkah kaki penuh percaya diri ditunjukan oleh Sabrina, ia mulai menaiki tangga, Ruangan VVIP itu dijaga ketat oleh pria-pria bertubuh tinggi dan kekar selain itu ruangan nya juga sangat privat, tetapi didalamnya terdapat sebuah kaca besar yang langsung menghadap kearah lantai menari dan pertunjukan musik.

"Room 16." ujar Sabrina singkat.

pria itu mengantar Sabrina sembari memastikan jika dia benar-benar memiliki koneksi dengan tamu diruangan itu. saat membuka pintu Sabrina melihat seorang pria yang sedang duduk seorang diri sambil menikmati minuman termahal di club ini.

tidak ada percakapan, saat Pria itu melihat Sabrina ia langsung mengangguk kecil menandakan jika wanita itu benar-benar memiliki koneksi dengannya.

Dengan senyuman lebar, Sabrina segera duduk disamping klien nya dan memeluknya mesra, ia mengelus area dada dan juga memainkan kancing kemeja dengan lembut. Banjir uang pikir Sabrina malam ini maka dari itu ia harus memberikan pelayanan yang baik dan juga menarik.

"Apa anda ingin melihat saya menari?" Sabrina menawarkan dirinya untuk menari erotis dihadapan Pria yang dia saja tak tau siapa.

"Duduklah, saya hanya ingin minum dengan tenang bersama seseorang."

tidak melakukan apapun? batin Sabrina yang merasa merugi, tamu kelas bawah saja begitu tergiur dengan tubuh dan penampilan Sabrina tapi kali ini ia hanya ingin Sabrina duduk sambil menemaninya minum.

dengan perasaan kecewa akhirnya Sabrina duduk dan menuangkan minuman kedalam gelas kosong yang tersedia, ah ini benar-benar membosankan pikir Sabrina.

"Boleh saya bertanya?" ucap pria itu datar.

"ya tentu saja, apa yang ingin anda tanyakan?" jawab Sabrina antusias.

"Seberapa dekat kamu dengan dia?" ucap pria itu sambil menunjukan sebuah photo.

"Bagaimana Anda bisa tau dia?" Sabrina terkejut melihat photo yang terdapat dalam hp tamu VVIP itu.

sebenarnya siapa dia???

1
Reysha Maharani
ceritanya sangat fresh, dan membuat penasaran bagaimana nantinya hubungan Lucu dengan Mr.William perbedaan umur 20 tahun sangat menarik
Reysha Maharani
puas banget Simon nampar Sabrina /Scream/
Reysha Maharani
seru sekali, aku gak bisa stop baca Thor... jangan stop update yaaa
Eemlaspanohan Ohan
lanjut
Ita Putri
typo....sabrina thor bukan sandra
Eemlaspanohan Ohan
waw. Simon sama sabrina
Eemlaspanohan Ohan
mampir thor
Abu Yahya Badrusalam
Ceritamu bikin aku susah move on thor, keep writing 👏👏
Withtiwi: terima kasih kak(^v^)bikin aku jadi semangat buat nulis nih
total 1 replies
Jenny Ruiz Pérez
Terima kasih udah bikin cerita keren kaya gini. Jadi pengen jadi penulis juga.💪🏼
nabila Nisa
Wah, seru banget nih ceritanya, author jangan berhenti ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!