Kata orang, beda antara cinta dan benci itu sangat tipis. Kita bisa begitu mencintai dan sangat mudah berubah menjadi benci, begitu pula sebaliknya.
Begitupun kisah Cinta Arjuna, dimana benci mengalahkan logika. Namun, berubah menjadi cinta yang tidak terkira dan sangat pas rasanya disebut budak Cinta.
Zealia Cinta yang harus menderita dengan mengorbankan hidupnya menikah dengan Gavin Mahendra agar perusahaan yang dirintis oleh Omar Hasan (ayahnya) tetap stabil. Hidupnya semakin kacau saat dia menggugat cerai Gavin dan menjadi kandidat pengganti CEO di perusahaan tempatnya bekerja.
Arjuna Kamil, putra pemilik perusahaan menuduh Zea ada main dengan Papanya. Berusaha mendekati Zea untuk membuktikan dugaannya.
Siapa dan bagaimana rasa benci dan cinta mereka akhirnya berbalik arah? Simak terus kelanjutan kisah Zea, Arjuna dan Gavin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Zea Yang Aneh
“Masih mau di sini?” tanya Leo.
Saat ini sudah pagi, bahkan tidak lama lagi matahari akan muncul. Arjuna dan Leo masih berada di rumah sakit, menunggu kabar Abraham. Secara umum, kondisi Abraham sudah lebih stabil. Kalau sampai siang tidak ada gejala yang mengkgawatirkan akan kembali ke kamar perawatan.
“Nggak. Mau pulang, tidur.”
“Gimana sih, nggak ada jatah cuti untuk OB.”
“Tinggal bilang sakit aja, susah amat.”
Leo hanya terkekeh, karena berhasil membuat Arjuna kesal.
“Nanti kangen kalau nggak berangkat, kasihan loh si dia tangannya baru sembuh. Siapa tahu butuh bantuan untuk suapi makan.”
“Kampr*t, gue masih waras kali. Nggak mau jadi pebinor, Zea tuh bini orang.”
“Nah, ini ni yang begini. Lain dimulut lain dihati, yang aku maksud siapa kenapa nyambungnya ke Zea. Ini tandanya Zea sudah memenuhi dunia seorang Arjuna.”
“Terserah, gue cabut.” Arjuna berjalan meninggalkan Leo sambil merapatkan resleting jaketnya.
“Mau aku salamin nggak, siapa tahu nanti Zea mau jenguk kamu?”
Arjuna tidak menjawab hanya mengangkat tangan dengan mengacungkan jari tengah ke atas. Leo terkekeh, rasanya benar-benar terhibur berhasil membuat Arjuna mati kutu.
“Selamat berjuang. Saat kamu menyadari ada cinta untuk wanita itu, pasti tidak akan mudah,” gumam Leo.
...***...
Arjuna tiba di apartemen. Melempar jaketnya dengan asal keatas sofa, lalu menuju dapur mengambil gelas dan mengisi dengan air dari dispenser. Kedua matanya terasa berat karena rasa kantuk yang mulai menyerang. Semalaman dia terjaga, sedangkan Leo sempat beberapa jam tertidur.
Sudah menguap dan tidak tahan untuk ingin segera merebah, Arjuna menuju kamarnya. Bahkan kaos yang dipakai sudah dilepas. Membuka pintu kamar, dia dikejutkan dengan sosok yang berada di atas ranjang tidurnya.
“Astaga, Mauren apa yang kau lakukan di kamarku?” teriak Arjuna sambil menarik selimut.
Wanita yang dipanggil Mauren menggeliatkan tubuhnya dan mengerjap. “Morning, Arjuna sayang.” Beranjak duduk dan mengulurkan kedua tangan berharap mendapatkan pelukan.
Mauren adalah wanita yang pernah mengisi hari-hari Arjuna, saat masih kuliah. Bukan hubungan cinta hanya sebatas saling membutuhkan, friend with benefit.
“Bagaimana kau bisa masuk?”
“Aku hanya menebak, ternyata berhasil. Siapa sangka kamu masih menggunakan pass code deret angka yang mudah diingat,” jawab Mauren.
“Bangunlah dan pergi dari apartemenku … aku malas berdebat. Kepalaku pusing dan sangat-sangat lelah.”
Mauren menghela nafasnya.
“Aku kangen kamu Arjuna.”
“Aku tidak, cepat pergi.” Arjuna menunjuk pintu kamarnya.
“Kamu mau tidur, ya tidur aja. Aku temani, gimana?” Mauren mengerlingkan kedua matanya dan Arjuna bukan orang bodoh yang tidak paham dengan kode yang dimaksud.
Mengusap kasar wajahnya, kembali mengusir Mauren. Bahkan dengan ancaman agar wanita itu benar-benar pergi dari apartemennya. Mauren merasa aneh dengan sikap Arjuna, dulu Arjuna tidak mudah menolak pesona seorang wanita.
“Apa kamu sudah menikah?”
“Belum dan itu bukan urusanmu.”
“Pernikahan adalah status hubungan yang aneh. Saling sayang dan memutuskan bersama kemudian ingin berpisah bahkan bersikap seperti anjing dan kucing,” tutur Mauren.
“What ever, sekarang pergilah.” Arjuna mendorong tubuh Mauren ke arah pintu.
“Tunggu, apa kamu tidak ingin tahu alasan aku kembali ke Jakarta?”
“Tidak.”
“Kakakku dan istrinya akan bercerai, hal ini membuat orangtuaku gusar dan meminta aku pulang ke Jakarta.”
“Oke, aku sudah dengar curhat mu. Bisakah kamu segera pergi?”
Arjuna berhasil mengajak Mauren sampai pintu. “Boleh aku datang lagi? Nanti malam atau besok?”
“Aku sibuk Mauren, tidak ada waktu untuk ….”
“Oke, aku mengerti. Kita masih ada waktu lain,” jawab Mauren lalu mencium pipi Arjuna, membuka pintu dan melangkah keluar.
“Shittt, untuk apa dia kemari. “
Arjuna mengganti passcode untuk membuka pintu otomatis. Kembali menguap, mengingat ranjangnya sudah dipakai oleh Mauren akhirnya Arjuna memilih merebahkan tubuhnya di sofa.
Sedangkan di kantor. Zea yang tidak melihat Arjuna menanyakan pada Ucup keberadaan laki-laki yang beberapa hari ini sudah ikut campur dalam hidupnya.
“Kok nyari yang nggak ada Bu, kenapa nggak cari Ucup aja yang udah siap sedia untuk Ibu Zea.”
“Mas Ucup bisa aja.”
“Juna sakit Bu, katanya efek begadang menemani Ayahnya di Rumah sakit.”
Zea menganggukkan kepalanya. Tidak ingin bertanya lebih jauh, padahal dia sangat ingin bertanya hal lain tentang Juna tapi takut Ucup berpikiran macam-macam kepadanya.
“Hm, ya udah deh.”
“Ibu ada perlu apa toh, biar saya yang kerjakan.”
“Tadinya mau minta belikan makan siang tapi … tak apalah nanti saja.”
Zea kembali ke ruang kerjanya dan kembali duduk dan bersandar di kursinya. Entah mengapa terasa ada yang kurang dengan dirinya hari ini. Mengambil ponsel dan ingin mengirimkan pesan untuk Arjuna sekedar menanyakan kabarnya.
“Tidak masalah dong, toh dia juga sudah bantu aku,” gumam Zea.
Sudah mengetik kata-kata yang akan dikirimkan kepada Arjuna dan dia baru menyadari belum memiliki kontak Arjuna. Melempar pelan ponselnya ke atas meja.
“Apa aku tanya Ucup aja ya, nggak mungkin dia nggak tahu. Tapi kalau ditanya untuk apa, aku harus jawab apa,” tutur Zea.
“Tapi kalau nggak nanya, aku jadi kepikiran terus.”
Zea menghela nafasnya. “Sebenarnya ada apa denganku. Karyawan tidak masuk kerja itu bukan Juna saja, kenapa aku harus terlalu peduli kepadanya. Tapi Juna baik, bahkan mau temani aku ke Rumah sakit tanpa aku minta.”
Bukan hanya Zea yang menanyakan keberadaan Arjuna, Nia dan dua orang staf perempuan lainnya ikut menanyakan kemana Arjuna pada Ucup. Zea berusaha mendengarkan dan menyimak apa yang dibicarakan oleh bawahannya.
“Heran, kenapa mesti ada Juna diantara kita,” ujar Ucup. “Juna sakit, jadi tidak berangkat. Kalau kangen, tunda dulu untuk besok,” ungkap Ucup.
“Besok Mas Juna beneran masuk kerja?”
“Ya seharusnya begitu,” ujar Ucup lagi.
“Tapi aku penasaran deh dengan kekasih Mas Juna. Dia sudah punya belum? Kalau belum, boleh kali aku ikutan daftar.”
“Boleh, langsung aja sebutkan nama kamu di depan penjaga neraka,” ejek Ucup.
Zea baru akan mengusir para bawahannya agar kembali bekerja, tapi sudah didahului oleh Leo.
“Ibu Zea, ada yang harus kita bicarakan," titah Leo.
kpn kira2 zea bisa bahagia thor...
angel wes..angel..
piye jun....
bersambung....