Menikah adalah hal yang membahagiakan. Tapi tidak saat aku menikah. Menikah membawaku kedalam jurang kesakitan. Dilukai berkali-kali. Menyaksikan suamiku berganti pasangan setiap hari adalah hal yang lumrah untuk ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8
Di perjalanan pulang. Naina dan Arsen duduk bersebelahan. Tak ada percakapan apapun. Hanya diam dan mendengar hembusan nafas satu sama lain.
" Tomi, bisakah aku turun di depan sana? " Tanya Naina sembari menunjuk menggunakan jari telunjuk tangan kiri dan tangannya tak sadar menepuk bahu Tomi. Tubuhnya juga sangat dekat dengan Tomi karena Naina memajukan tubuhnya.
" Itu, lebih baik tidak usah Nona. " Tomi mencoba menjauh agar posisinya tak terlalu dekat. Semoga beruntung diriku. Batinnya.
" Kenapa? " Naina mengerutkan kening bingung.
" Anda tidak mungkin kan keluar dari mobil dengan gaun anda? " Ayolah, ini hanya alasan Tomi saja. Maklum, sedari tadi, Tomi terus mencuri pandang ke arah kaca mobil dan terus memperhatikan ekspresi Arsen yang seolah menunjukkan rasa keberatan.
" Tenang saja. Rumah sahabatku tidak jauh dari sana. Aku hanya perlu berjalan beberapa langkah dari sana. " Masih saja Naina mencoba untuk membujuk. Entah mengapa, hari ini terasa sangat melelahkan. Belum lagi, harus melihat wajah Arsen dan terus duduk disebelahnya. Benar-benar butuh tempat yang tidak ada Arsen batinnya.
" Maaf untuk itu Nona.
" Pergi saja! " Bentak Arsen. Naina dan Tomi langsung menghentikan perdebatan kecil mereka.
" Baiklah. Terimakasih banyak Tuan. " Ujar Naina sembari memundurkan kembali tubuhnya.
Tomi hanya bisa diam dalam helaan nafas penuh arti. Ayolah Nona. Saat Tuan mengatakan pergi! artinya jangan pergi.
Dia benar-benar ingin pergi? cih! kurang ajar! lihat saja, akan ku ikat kau nanti dan tidak akan bisa jauh dariku.
" Disini. " Naina menepuk bahu sopir yang sedari tadi hanya menjadi saksi bisu perdebatan kecil diantara para atasannya itu.
Tomi menggaruk kening sampingnya. Huh....?! benar-benar turun ya? Nona anda luar biasa. Aku tidak berani mendeskripsikan betapa remuknya kepercayaan diri Tuan Arsen saat ini.
Arsen hanya diam dengan tatapan kesal melihat Naina yang mulai turun dari mobil tanpa mengatakan apapun.
" Nona, apa anda yakin? " Tomi berharap dapat mencegah Naina. Maklum saja, yang ia pikirkan adalah, betapa beratnya konsekuensi menghadapi kekesalan Tuannya nanti.
" Eh...? apa ada yang tidak aku pahami? " Naina begitu bingung dengan Tomi. Dia hanya akan menginap dirumah teman kan? kenapa Tomi terlihat keberatan saat laki-laki yang berstatus suaminya tidak perduli? batinnya.
" Kau kurang kerjaan ya?! biarkan saja dia pergi. Malam ini aku akan tidur nyenyak karena tidak ada dia dirumah. " Berkata dengan nada membentak tapi mata tajam menatap ke arah lain. Arsen benar-benar ahli dalam membodohi maksutnya sendiri.
" Baiklah kalau begitu. Saya permisi.
" Setelah ini, bersihkan mobil ini. Terutama tempat dimana wanita itu duduk. " Masih dengan tatapan dan ekspresi wajah yang sama.
Naina mengepalkan tangan erat. Menutup pintu dengan kuat dan langsung beranjak menjauh secepat mungkin.
*Oh ya ampun! Tuan, kau benar-benar membodohi dirimu sendiri. Sadar atau tidak, kau sudah mulai menyukai istri mu loh. Huh! aku jadi merindukan istriku.
Dasar wanita tidak berguna! memang kau pikir kau siapa? berani-beraninya keberatan berada di dekatku? dan tangannya, kenapa harus asal sentuh begitu*?
" Dasar raja amarah! yang keluar dari mulutnya hanyalah celaan saja. Aku penasaran, wanita bodoh mana yang akan mencintai dan menemanimu hingga akhir? " Naina menggerutu sembari menunggu Oky membukakan pintu untuknya karena Naina sudah memberi kabar jika ia sudah berada diluar.
***
" Tuan, apa ada lagi yang anda butuhkan? " Tanya Tomi setelah Arsen sampai dirumah dan membantunya untuk beberapa hal hingga waktunya untuk tidur.
" Tidak ada! pergi sana! pergi bersama wanita tidak tahu diri itu! " Arsen yang sedari tadi menahan kesalnya, berakhir dengan memaki Tomi.
Eh? aku yang salah ya? istrimu yang pergi dan aku yang salah? kenapa kau tidak menjadikan aku istrimu saja kalau begitu? aku kan lebih banyak menghabiskan waktu bersamamu dibanding istriku sendiri.
" Kau sedang memakiku di dalam hati ya?! " Arsen bangkit dari posisinya yang sedari tadi duduk menghadap jendela dan menatap ke arah luar.
" Itu, aku mana berani Tuan. " Tomi hanya bisa menahan malu sembari menggaruk tengkuknya. Kalau tidak memaki di dalam hati, aku mana berani.
" Itu artinya kau memang memakiku. " Arsen kembali ke posisi awal. Entah dan apa sebenarnya yang membuat hatinya tak tahan untuk marah. Apa pentingnya wanita itu? batinnya. " Apa wanita itu menemui laki-laki yang bersamanya kemarin?
Eh? Tuan cemburu kah? " sepertinya, bukan Tuan.
" Sepertinya? " Arsen menatap Tomi tajam seolah mengutuk dirinya atas ketidak tahuannya.
Untung saja, Tomi sempat mencari tahu segala hal tentang Istri Tuannya itu. " Maksutnya, saya yakin Tuan. Laki-laki yang kemarin tidak tinggal disana. Dia tinggal di arah yang berlawanan.
" Lalu? siapa yang di temui dan tinggal malam ini?
Cie, penasaran ya? Tuan, anda sudah tidak berpura-pura lagi ya di hadapanku?
" Sepertinya, sahabat Nona yang bernama Oky. Maksutnya pasti Oky. " Tidak mau lagi Tomi menggunakan kata-kata sepertinya. Kata-kata itu hanya akan membuatnya terus dicela oleh Tuannya.
" Cih! Memang sebagus apa rumahnya?
" Itu, rumah yang sangat sederhana Tuan.
"Apa?! " Mulai lagi Arsen terlihat kesal. " Jadi, dia lebih memilih tinggal dirumah kumuh dari pada tinggal disini?!
Ini cuma satu malam Ok? kenapa kau kesal sekali? kalau kau rindu dan mulai jatuh cinta, bisa mulai mengejarnya kan?
" Jangan mengumpat ku di dalam hati! " Sepertinya, Arsen sudah sangat hafal saat Tomi terus membicarakannya di dalam hati.
" Itu, tidak Tuan. " Lagi-lagi, saat Arsen kesal, Tomi lah yang harus menghadapinya. Baiklah, ini sudah biasa bagi Tomi.
" Pembohong! kau sama dengan wanita itu. Tidak berguna.
" Baiklah Tuan. Saya tidak berguna. " Ini sudah waktunya Tomi mengalah. Percuma saja meladeni Arsen. Sudah biasa bagi Tomi menerima cacian saat Arsen sedang kesal.
" Benar kau juga menyebalkan. Sama dengan wanita itu. " Arsen kembali menatap Jendela yang memperlihatkan pemandangan diluar rumahnya.
" Anda benar Tuan. " Tahan saja. Jika mulut Tuannya lelah, pasti akan berhenti juga kan? batinnya.
" Cih! kau tidak melawan? kau sangat tidak seru.
Terserah saja yang mulia raja Arsen. Lakukan dan katakan apa yang membuatmu puas. Aku ingin pulang dan memeluk istriku.
" Kau, carilah semua informasi tentang wanita itu. Dan juga, kenapa dia menerima pernikahan ini.
" Sudah aku lakukan Tuan. " Lancar dan cepat sekali Tomi menjawab. Akhirnya, dia tidak kehilangan kemampuannya.
" Bagus. Kau kembali menjadi Tomi yang dulu. Lalu bagaimana hasilnya?
Tomi tersenyum bangga mendengarnya. " Dia tidak memiliki riwayat kriminal Tuan. Tidak memiliki matan kekasih. Dia menghabiskan waktu luangnya untuk bekerja paruh waktu sebelum lulus kuliah dan menyumbangkan uangnya untuk panti dan para fakir.
" Dia sebaik itu? " Arsen mengerutkan dahi bingung. Bagaimana ada orang tang begitu baik didunia ini?
" Sepertinya begitu, Nona sudah aktif dalam kegiatan sosial sejak usia enam belas tahun. Dan, " Tomi agak ragu untuk melanjutkan kalimatnya. Entah ini penting atau tidak bagi Tuannya. Jika benar Tuannya mulai jatuh cinta, maka sudah pasti Tomi akan bekerja keras.
" Apa? " Wajah Arsen yang sangat penasaran ini, membuat Tomi sadar, jika tidak akan mungkin jika dia tidak memberi tahu.
" Ingatan Nona sebelum usia enam belas menghilang karena sebuah insiden yang belum jelas hingga sekarang.
.................................