Mohon bijak dalam membaca, jangan lompat Bab dan blom like ya ...😘
Qyana Selyana Putri, gadis cantik yang mengalami transmigrasi kedalam tubuh seorang gadis yang bernama Astara Kalyana Rayder, gadis cantik yang menjadi kesayangan kelima kakak laki-lakinya.
Meski begitu, Astara tidak merasa bahagia, apalagi sejak dia kehilangan kedua orangtuanya saat dia masih berusia sepuluh tahun, Astara merasakan kehampaan di dalam hidupnya, hingga membuatnya tidak lagi memiliki semangat untuk hidup.
Namun hal itu tidak pernah dia perlihatkan di hadapan kelima kakaknya, hingga suatu malam, setelah pembicaraan dia dengan seorang wanita, kekasih dari Sang kakak pertama. Setelahnya, Astara memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Hilangnya jiwa Astara, rupanya membuat raga itu di isi oleh jiwa Qyana yang pada saat yang sama telah di bunuh oleh sahabatnya sendiri.
Tak rela dengan takdir hidupnya yang seperti itu, Qyana memutuskan untuk menerima hidupnya yang kedua menjadi Astara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Adiramanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8
@@@@@@
**Dug**
**Dug**
"Siapapun yang di dalam buka pintunya!!" Teriak bodyguard dari pria yang sudah Astara celakai tadi.
Sedangkan Astara yang berada di dalam ruangan itu terlihat menatap horor pada pria yang sangat tidak ingin dia temui, dia adalah Ravandra Danial Arsalan, pria yang sejak tadi selalu menatap Astara tanpa henti.
"Nona, siapa kau, dan apa yang kau lakukan di ruangan kami?, lalu ... siapa orang-orang yang ada di luar?," tanya Devano penasaran akan sosok wanita yang masuk ke ruangan mereka secara tiba-tiba.
"Ada sedikit kesalah pahaman, karena itu, bisakah aku di sini sebentar," harap Astara pada Devano yang sedang mengajaknya bicara.
"Tidak bisa," sahut Ravandra yang sedikit kesal akan sikap baik Devano pada Astara.
"Kenapa," ucap ketus Astara.
"Kenapa saat bicara denganku nada bicaramu menjadi berubah, sedangkan dengan sahabatku kamu terlihat begitu akrab, haruskah aku melenyapkan dia lebih dulu agar kamu mau bicara lembut padaku," ucap Ravandra sambil tersenyum manis pada Astara.
Namun siapa yang tahu jika senyuman itu mampu membuat sang sahabat bergetar ketakutan dengan apa yang di ucapkan oleh Ravandra barusan.
"Hei ... wanita ja\*\*ng, lebih baik keluar sebelum kami berbuat kasar padamu!!" Teriak orang yang ada di balik pintu itu lagi, yang berusaha mendobrak pintu ruangan dimana Astara sedang bersembunyi
Mendengar kata makian yang terlontar pada Astara , Ravandra yang sejak tadi memperhatikan Astara bangkit dari duduknya, lalu berjalan menghampiri Astara yang berusaha menahan pintu agar tidak terbuka.
"Katakan, apa kamu butuh bantuan?," ucap pria itu tepat di hadapan Astara.
"Dan aku tahu jika hal itu tidak akan gratis," jawab Astara sambil menatap pria dihadapannya.
"Ya, dan bukankah kamu tau apa yang kuinginkan?, dan ... tidak bisakah kamu memanggil namaku?,"
"Tidak bisa, jika aku melakukannya, maka aku menganggap dirimu memang benar ada ..."
"*Di kehidupanku yang masih belum jelas ini*," ucap Astara melanjutkannya di dalam hati.
"Jadi, sejak pertemuan kita terakhir kali, kamu tidak pernah menganggapku ada?," bingung Ravandra dengan perkataan Astara barusan.
"Kau adalah orang yang sangat ingin aku hindari, tapi sepertinya ... situasi sekarang tidak memungkinkan bagiku untuk melakukan hal itu"
"Jika begitu katakan padaku,"sambil meletakkan satu tangannya di pintu, di samping telinga Astara. Yang membuat kedua tubuh mereka terlihat dekat satu sama lain.
"*Apa tidak masalah jika aku memberitahu namaku, lagipula itu hanya sebuah nama, dan posisiku sekarang sedang tidak bisa untuk menolak, hah ... aku jadi membenci diriku yang masih ceroboh seperti ini*," batin Astara.
"Bagaimana?, kau tahu sedang tidak memiliki banyak waktu bukan ..." ucap Ravandra yang tidak henti menatap Astara.
Sedangkan Astara bisa merasakan jika para bodyguard di balik pintu terlihat sedang bersiap mendobrak pintu, yang mau tidak mau Astara akan melakukan apa yang diinginkan oleh Ravandra.
"Baiklah ..." ucap Astara sambil menghela nafas panjang, hingga setelahnya ...
"Astara .."
**Brak**
Setelah Astara mengucapkan namanya, pintu itu benar-benar di dobrak oleh para bodyguardnya pria yang sempat mengejar Astara.
Astara yang bersandar di balik pintupun terdorong maju, namun dengan sigap Ravandra menarik tubuh Astara hingga masuk kedalam pelukan Ravandra, dan menatap tajam pada bodyguard yang berdiri ketakutan saat tahu siapa orang yang ada di ruangan itu.
"Apa yang sudah kalian lakukan?," ucap dingin Ravandra dengan suara beratnya yang sesaat membuat Astara merinding saat mendengar suara Ravandra barusan.
"Ka ... kami hanya sedang mencari wanita itu," jawab salah satu diantara mereka yang sangat ketakutan saat berhadapan langsung dengan Ravandra sekarang.
"Wah ... cari mati itu orang," sahut Kenzo yang paham jika wanita yang ada di pelukan Ravandra sekarang adalah wanita yang sempat mereka bicarakan tadi.
Dan bisa di pastikan jika beberapa orang yang ada di hadapan mereka sekarang akan mendapatkan beberapa pukulan karena sempat mengatakan ja\*\*\*ng pada wanita itu.
"Ya ... Dan orang bodoh mana yang sudah memerintahkan mereka untuk mengejar wanitanya Ravandra," ucap Devano yang sedikit menambahkan apa yang dikatakan oleh Kenzo barusan.
Hingga hal itu membuat mereka semakin ketakutan saat tahu jika mereka berurusan dengan sosok wanita yang sangat dekat dengan Ravandra.
Namun sepertinya hal itu tidak berlaku pada pria yang secara tiba-tiba menerobos masuk kedalam ruangan itu dan menatap sengit kearah Ravandra yang sedang memeluk buruannya.
"Siapa kau, lebih baik kau serahkan wanita itu, karena aku memiliki urusan dengannya," ucap pria itu sambil menatap tidak suka kearah Ravandra.
"Astaga, bukankah kamu Alex, putra dari menteri pertahanan sekarang, dan sepertinya kamu tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa sekarang," ucap Kenzo sambil menyeringai dan beranjak dari duduknya.
Menghampiri Ravandra yang terlihat masih nyaman memeluk Astara.
"*Menteri pertahanan, jadi orang yang kutendang itunya tadi adalah anak dari menteri pertahanan, astaga Astara ... kebodohan apa lagi yang kamu lakukan hingga bisa sampai di situasi yang tidak mengenakkan ini*," batin sedih Astara yang hanya bisa menundukkan kepalanya saat sadar jika dia membuat masalah yang besar malam ini.
"Tidak perlu khawatir, mereka akan membereskannya," bisik Ravandra di telinga Astara.
Yang hal itu sontak membuat Astara terkejut, dan langsung mendongak untuk melihat Ravandra, dan sekarang dia juga baru menyadari jika tingginya dengan Ravandra sangat berbeda jauh.
"Sekarang lebih baik kami tutup mata dan telingamu, sebab, tidak baik jika kamu mendengar hal yang buruk keluar dari mulut mereka," ucap Ravandra sambil tersenyum lembut kearah Astara, sambil meletakkan kedua tangan Astara di telinga Astara.
Meski mereka tahu jika hal itu tidak ada gunanya, namun entah mengapa, Ravandra tidak ingin jika Astara sampai mendengar kata umpatan dan mungkin teriakan kesakitan mereka nantinya.
Sebab, Ravandra tidak akan mungkin diam saja pada mereka yang sudah dengan berani mengatakan ja\*\*\*ng pada Astara, dan dia akan membalas hal itu jauh lebih berat daripada yang mereka lakukan tadi.
"Hei ... apa kau tu\*\*, lebih baik serahkan wanita itu, jika kau tidak ingin berurusan dengan bodyguardku," ucap Alex penuh percaya diri.
"Dasar to\*\*l, sepertinya kamu yang harus hati-hati disini, mungkin saja besok Ayahmu yang akan kehilangan jabatannya karena kebodohanmu itu," jawab sarkas Kenzo yang merasa geregetan dengan sikap Alex yang tidak tahu situasi dan kondisi.
"Itu tidak akan mungkin terjadi, dan kenapa kau mengatakan aku bodoh, sedangkan yang bodoh di sini itu kalian!!" Teriak marah Alex, yang setelahnya maju untuk memukul Ravandra.
Dan berusaha untuk menarik Astara dari rengkuhan Ravandra, namun sayangnya hal itu tidak berjalan sesuai dengan keinginannya.
Karena satu pukulan di perutnya, sontak membuat dia langsung terjatuh sambil merasakan sakit yang teramat sangat di perutnya, dia bahkan sedikit memuntahkan cairan merah dari mulutnya, dan menatap tidak percaya pada orang yang sejak tadi memeluk Astara.
Dan Alex tidak pernah menyangka jika dia akan tumbang dengan satu pukulan dari Ravandra yang hanya mengunakan satu tangannya, karena satu tangannya yang lain masih melindungi Astara agar tidak ada yang mengusiknya.
Ravandra melepaskan pelukannya dan setelahnya dia melepas jaket kulit yang dia gunakan, untuk dia sampirkan pada Astara yang sempat melihat kearah Ravandra yang tersenyum hangat pada Astara.
"Diam disini, dan abaikan apa yang akan aku lakukan," ucap lembut Ravandra pada Astara.
Dan setelahnya, Devano yang paham akan apa maksud dari Ravandra barusan berdiri di hadapan Astara, membiarkan Ravandra pergi berjalan kearah Alex yang masih terbaring di lantai.
Hingga apa yang terjadi setelahnya, membuat Astara berpikir jika dia harus benar-benar menjauhi pria yang sedang melakukan sesuatu pada Alex yang terdengar kesakitan akibat perbuatan Ravandra.
**TBC**
/Hey//Hey//Hey/