Kiara, adalah gadis sebatang kara. Dia bekerja sebagai Pramusaji di sebuah restauran ternama. Dia bekerja banting tulang untuk melunasi hutang ayahnya seorang bandar judi yang telah di tipu dan terlilit utang. Ibunya sakit-sakitan. Ketika seorang istri CEO perusahaan mengajaknya kerja sama. Yaitu menikah dengan Suaminya Agam, karena Dia Mandul. Dan Kiara akan mendapatkan uang, berapa pun Dia mau, asal bisa melahirkan anak laki-laki pewaris perusahaan Agam. Usia mereka yang terpaut 20 tahun itu membuat Kiara ragu. Namun Dia yang slalu mendapat teror dari bandar Narkoba lainnya pun tak bisa lagi menolak takdirnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nana shin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedinginan
Kiara tampak terus mengiringi Agam. Kemudian mereka pun masuk ke sebuah mobil taksi yang sudah dipesan Agam, sepertinya hari ini mereka akan berjalan-jalan di kota Jepang tersebut. Mobil yang ditumpangi mereka pun meluncur meninggalkan hotel. Sepanjang jalan, Kiara hanya diam, dia tidak berani bertanya ataupun hanya sekedar menatap suaminya yang terlihat dingin bagaikan kulkas 2 pintu tersebut.
"Tiara, apakah kau ingin membeli sesuatu?" tanya Agam.
"Tidak usah tuan, bisa berlibur ke Luar Negeri seperti ini saja aku sudah sangat senang, Tuan," jawab Kiara.
"Oh iya. Apakah aku boleh meminta sesuatu darimu?" tanya Agam.
Sesaat Kiara menatap wajah dingin yang ada di sampingnya itu heran, sebelum dia menjawab.
"Meminta sesuatu? silahkan saja Tuan, karena sepertinya diri saya ini sudah menjadi milik Tuan dan juga Nyonya Clara," ucap Kiara.
"Mengapa kau berpikiran seperti itu?" tanya Agam.
"Seperti yang sudah Tuan ketahui, bahwa saya dinikahkan dengan Tuan karena saya harus membayar hutang ayah saya kepada rentenir," ucapnya.
"Oh ..., iya aku lupa, aku juga ingin bertanya soal itu, maksudmu kau membayar hutang pada seseorang karena Ayahmu?" tanya Agam.
"Iya Tuan, Ayahku mempunyai hutang yang sangat banyak, kemudian dia pergi meninggalkan rumah kami saat penagih hutang itu datang ke rumah, dan mengancam ku, bahkan saat itu mereka menyandera ibuku, aku sama sekali tidak punya uang, Tuan, namun takdir yang telah mempertemukan aku dengan Nyonya Clara, dan sangat kebetulan sekali Nyonya Clara juga sedang membutuhkan bantuan ku," ucap Kiara.
"Tapi bagaimana kalau hubungan kita ini tidak berhasil?" ucap Agam.
"Tuan. Aku juga sekarang sedang bingung. Aku tidak tahu harus memulainya dari mana? karena aku tidak kenal karakter Tuan, aku ini hanya orang biasa, orang yang sangat jadul dan tidak tahu apa-apa Tuan, Tentu saja aku sangat jauh berbeda dengan Nyonya Clara yang glamor modern, dan sangat cantik."
"Kiara ..., bukan..., bukan itu maksudku, kau 'kan tahu? bahwa aku sangat mencintai istriku, bahkan walaupun aku mempunyai harta berlimpah, tak sedikitpun aku ingin meninggalkannya, apalagi sampai menikah dengan orang lain, dan memiliki anak dengan orang lain itu," ucap Agam.
"Aku mengerti Tuan," sahut Kiara.
"Kiara. Bagaimana kalau kau kabur saja, di rumah kami? aku akan membujuk Clara agar dia tidak mencari mu dan mengejar mu, dan uang yang telah kau pakai tidak usah kau pikirkan, untuk membayarnya, karena uang itu adalah uangku, dan aku ikhlas memberikannya kepadamu," ucap Agam.
"Tuan, apakah Tuan tidak ingin mencoba hubungan ini?" tanya Kiara.
"Apa maksudmu? Apa kau mau mencoba dan memiliki anak tanpa cinta?" jawab Agam heran.
-Aku lunya janji pada Nyinya Clara," sahut Kiara.
"Aku tidak ingin kau terluka. Bagaimana mungkin kamu memberikan rahimmu kepadaku, memberikan anakmu kepadaku, dan setelah itu kau meninggalkan anak itu begitu saja denganku, itu mustahil."
"Yapi harus bagaimana lagi, demi menyelamatkan ibuku, aku rela melakukan apa pun," ucapnya.
"Apakah hati nurani mu sebagai ibu tidak kau pakai? Bagaimana mungkin seorang ibu meninggalkan anaknya begitu saja?" ucap Agam lagi, memberi tekanan kepada Kiara, agar Kiara mau pergi meninggalkannya.
"Iya juga sih, Tuan, tapi aku sudah ada perjanjian hitam di atas putih, bersama Nyonya Clara, Tuan," sahutnya lagi.
"Hufh," Agam menghela nafas dalam.
"Kita memang dalam masa begitu sulit, permasalahan yang sekarang kita hadapi ini sangat sulit, aku juga tidak mungkin mengatakan kalau aku tidak akan menggauli mu karena aku tidak ingin menyakiti hati istriku, tapi aku juga tidak mungkin memulai hal baru denganmu karena tentu saja aku tidak bisa, usiamu yang terpaut jauh denganku, itu menambah beban di dalam pikiranku, Kiara," ucap Agam.
"Tuan, Maafkan aku, setidaknya, bolehkah kita mencobanya terlebih dahulu?" tanya Kiara berani.
"Oh iya, aku ingin meminta sesuatu denganmu, mulai sekarang, bisakah kau jangan memanggilku Tuan? aku merasa sangat tua kalau kamu manggil ku dengan sebutan itu," ucap Agam.
"Lalu aku harus memanggilmu apa Tuan?" tanya Kiara.
"Aku merasa sedang berjalan dengan seorang wanita malam, kalau kau terus memanggilku Tuan," ucap Agam.
Kiara pun mengerti, karena usia yang terpaut jauh membuat Agam merasa tidak enak kalau sedang berjalan dengan Kiara, sedangkan dia terus memanggil dirinya dengan sebutan Tuan seperti babu yang berjalan dengan majikan.
"Aku harus memanggil Tuan apa?" tanya Kiara.
"Bagaimana kalau kau memanggilku Abang? saat orang mendengar kau memanggilku Abang, mungkin saja mereka mengira kalau kita adalah adik kakak," ucap Agam.
"Ooh ..., begitu kah? Baiklah Tuan eh Abang, aku akan mencobanya," ucap Kiara.
"Mereka sudah sampai ke sebuah taman hiburan yang sangat besar, yang ada di kota Jepang tersebut. Mereka pun turun dari taksi dan mendekati Taman tersebut.
Hawa dingin yang begitu menusuk ke tulang, walaupun Kiara sudah menggunakan baju tebal, namun karena dia tidak terbiasa hidup di lingkungan yang sangat dingin itu, dia masih merasakan dingin yang amat hebat menjalar di sekujur tubuhnya, dan ternyata Kiara juga memiliki alergi yaitu alergi dingin.
Kiara akan terus bersin ketika hawa dingin masuk ke tubuhnya, sepanjang jalan, Kiara sesekali bersin, sementara Agam hanya cuek, pikirannya Kiara hanya bersin biasa, namun sudah berkeliling berjam-jam, Kiara masih saja terdengar bersin. Hingga Agam pun menoleh.
"Kiara, kamu sakit?" tanya Agam.
Agam pun respon dan mendekati Kiara karena sebelumnya mereka hanya berjalan beriringan.
"Tidak tahu Bang, tapi memang aku mempunyai alergi pada dingin, biasanya badanku akan bentol-bentol karena kedinginan," ucap Kiara.
"Benarkah? Kenapa kau tidak bilang dari dulu? kalau begini kan kita bisa liburan ke Luar Negeri lain, selain ke tempat yang bersuhu dingin begini," ucap Agam.
"Mana aku tahu kalau Abang mau ngajak aku ke sini? Abang 'kan membawa aku liburan dadakan! aku juga tidak sempat bertanya," ucap Kiara.
Kiara terus bersin sambil berjalan pelan, kini tubuhnya semakin gemetar. Entah keberanian dari mana, Agam mendekat dan meraih tangan Kiara, dan menggenggamnya erat, sambil terus berjalan menyisiri Taman tersebut.
Kiara yang merasa kali ini diistimewakan pun, Tersenyum dalam diam, dia tidak berani bertanya ataupun menoleh ke samping. Saat, Agam juga menggandeng dan mendekatkan tubuhnya ke tubuh Kiara.
Tampak sepasang suami istri itu pun terlihat romantis mereka berjalan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Sepanjang jalan Agam hanya diam begitu juga Kiara. Mereka menikmati sedikit kehangatan yang tercipta karena mereka saling berpelukan. tepatnya Agam lah yang memeluk Kiara erat.
"Abang ..., " lirih Kiara tiba-tiba.
"Ya?" sahut Agam, seraya menoleh ke samping, namun dia sangat kaget, saat wajah Kiara pucat bagai mayat.
Bruk
Kiara jatuh pingsan.
"Kiara! Kiara! Kau kenapa?"
Beberapa orang pun mendekati Kiara.
"Tolong bawa kami ke klinik!" pinta Agam yang tidak tau Klinik ada di mana.
"Ayo ikut saya!" ucap seorang di sana.
Agam pun segera mengangkat tubuh mungil istrinya itu menuju mobil orang tersebut, untuk membawa Kiara ke Klinik terdekat.
Agam tampak terus memeluk istri mungilnya sepanjang jalan menuju Klinik. Dia tampak merasa bersalah, karena tidak memperhatikan Kiara yang kedinginan.
Bersambung...
ayo kak mampir lagi ke tempatku yuukkk 😅