NovelToon NovelToon
PESONA ADIK ANGKATKU

PESONA ADIK ANGKATKU

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintamanis / Cinta Terlarang / Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:9.8k
Nilai: 5
Nama Author: HRN_18

Dalam keluarga yang harmonis, hidup seorang pemuda bernama Raka. Meski bukan saudara kandung, dia memiliki hubungan dekat dengan adik angkatnya, Kirana. Mereka tumbuh besar bersama, berbagi suka dan duka layaknya saudara sesungguhnya.

Namun seiring berjalannya waktu, Raka mulai memandang Kirana dengan cara yang berbeda. Kecantikan dan kemanisan gadis itu mulai membuatnya terpesona. Perasaan terlarang itu semakin membuncah, mengusik hubungan persaudaraan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HRN_18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 3 Kirana

Sejak merasakan lonjakan perasaan terlarang terhadap Kirana, Raka berusaha menekan dan menjauhkan diri sejauh mungkin dari adik angkatnya itu. Dia merasa jijik dan malu pada dirinya sendiri karena memandang Kirana dengan cara yang tidak selayaknya seorang kakak pada adiknya.

Namun usaha Raka untuk memberikan jarak dengan Kirana semakin sulit dilakukan. Sebagai saudara yang begitu dekat sejak kecil, setiap detik mereka terpisah terasa bagaikan lubang menganga yang senantiasa merindukan kebersamaan.

Alhasil, meski sibuk menghindar, mata Raka selalu terpaut untuk mengamati setiap gerak-gerik Kirana secara diam-diam. Tanpa sadar, dia mengagumi bagaimana sang adik tumbuh menjadi seorang gadis yang begitu memesona dan anggun.

Kebiasaan Kirana yang paling disukai Raka adalah saat gadis itu menyibakkan poninya ke belakang telinga dengan gerakan tangan yang luwes. Raka akan merasakan desiran aneh menjalari dirinya menyaksikan setiap kali Kirana melakukan hal sederhana itu.

Bahkan caranya berbicara dan tertawa lepas seperti remaja pada umumnya, kini terdengar begitu merdu di telinga Raka bagaikan alunan musik yang membuatnya mabuk kepayang.

"Ada apa sebenarnya denganku?" gumamnya penuh kekalutan. "Kenapa semua yang dilakukan Kirana mendadak terlihat begitu berbeda di mataku?"

Raka sama sekali tidak bisa mengendalikan emosi dan perasaan anehnya setiap kali berdekatan dengan Kirana. Dia bahkan harus menghindari kontak mata langsung dengan sang adik karena merasa segala yang ada dalam diri Kirana seakan menghipnotisnya.

Suatu malam, Raka hendak mengambil cemilan di dapur saat melihat Kirana muncul dari arah tangga. Gadis itu baru saja selesai mandi dan berpakaian santai. Rambutnya masih sedikit basah dan beberapa titik air menetes di bahunya yang terbuka.

Pemandangan itu membuat Raka terpaku untuk sesaat. Matanya tanpa sadar mengamati setiap lekuk tubuh Kirana yang terbalut pakaian tipis itu. Wajahnya terasa memanas dan jantungnya seakan berhenti berdetak.

"Astaga, ada apa ini? A-aku harus segera pergi dari sini!" Raka merutuk dalam hati sembari berlalu dengan terburu-buru meninggalkan Kirana yang terbengong bingung.

Sepanjang malam, Raka terjaga di atas ranjang kamarnya. Pikirannya kalut dan tubuhnya dirundung rasa larangannya yang tak tertahankan. Dia mencoba membayangkan hal lain yang lebih baik namun selalu berujung pada sosok Kirana yang membuatnya tergoda dan terobsesi.

"Tidak, ini salah... Dia adikku, Kirana adikku sendiri," racaunya di tengah kesunyian malam. "Tapi kenapa dia terlihat begitu berbeda di mataku sekarang? Aku harus mengakhiri perasaan menjijikkan ini sebelum terlambat..."

Namun makin dia mencoba menolak, rasa terlarang itu malah mengakar semakin kuat tak terbendung di hatinya. Sebuah perasaan aneh nan larangannya justru kian muncul setiap kali Raka berhadapan dengan sosok Kirana yang terasa kian berbeda di matanya sendiri.

...

Hari-hari berlalu dengan penuh pergolakan batin bagi Raka. Perasaan terlarang terhadap Kirana terus menghantui pikirannya, membuatnya silau dan mabuk kepayang setiap kali bertatap muka dengan sang adik.

Hal itu semakin diperparah dengan sikap Kirana yang semakin hari terasa semakin berbeda di mata Raka. Seolah gadis itu memesona tanpa disadari. Caranya bergerak, berbicara, bahkan tertawa terasa begitu menggoda di mata Raka. Tidak ada secuil pun tanda-tanda Kirana mencoba menggodanya, namun itulah yang justru Raka rasakan.

"Hei, Kak Raka! Kau melamun lagi?" Suara Kirana membuyarkan lamunan Raka saat mereka sedang menonton televisi di ruang keluarga.

"Ah, tidak, tidak ada apa-apa," sahut Raka tergagap, berusaha mengalihkan pandangannya dari Kirana.

Namun apa daya, matanya seakan terpaku pada sosok Kirana yang duduk di sampingnya. Gadis itu menggunakan dress santai selutut yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Rambut panjangnya tergerai indah hingga menyentuh bahunya yang terbuka. Kulit putih mulusnya bak magnet yang menarik tatapan Raka untuk terus memandangnya tanpa berkedip.

"Kakak lihat apa sih? Kok dari tadi memandangiku terus?" tanya Kirana heran dan sedikit risih dengan tingkah aneh Raka.

"Ah! Uhm... i-itu... tolong ambilkan aku minum, Kirana. Aku sangat haus," Raka terbata sambil berusaha mengalihkan pembicaraan.

Kirana mengernyitkan dahinya heran, namun kemudian beranjak menuju dapur untuk mengambilkan minum untuk Raka. Detik-detik kepergiannya itu pun tak luput dari tatapan memuja Raka yang mengamati setiap liukan tubuh Kirana yang gemulai.

"Sial! Ada apa sebenarnya denganku?" rutuk Raka pada diri sendiri setelah Kirana menjauh.

Pemuda itu menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya, berusaha menghalau perasaan memalukan yang terus menggodanya. Dia sangat membenci dirinya sendiri yang merasa demikian tergoda oleh sosok sang adik yang terasa begitu memesona dan berbeda di matanya saat ini.

Kekalutan pun semakin melanda batin Raka. Dia tidak bisa lagi membendung hasrat terlarang yang tumbuh subur dalam dirinya. Sebuah rasa yang tak seharusnya dimiliki seorang kakak pada adiknya sendiri. Namun di sisi lain, Raka pun tak kuasa melawan godaan yang memanjakannya hingga terlena.

"Ya Tuhan... kuatkan lah aku untuk mengatasi godaan keji ini," pintanya dalam hati dengan penuh penyesalan yang mendalam.

...

Hari demi hari berlalu dengan Raka yang terus dibebani pergolakan batin menyakitkan akibat perasaan terlarangnya pada Kirana. Setiap kali berhadapan dengan sang adik, dia harus mengerahkan seluruh kendali diri untuk tidak terjerat dalam pesona memabukkan Kirana yang kian terlihat berbeda di matanya.

Meski begitu, ada kalanya Raka tak kuasa menahan gejolak hasratnya. Seperti suatu sore saat Kirana tengah berlatih menari di kamarnya dengan pintu terbuka sedikit. Tanpa sengaja Raka menyaksikan setiap lengkungan tubuh Kirana yang begitu gemulai mengikuti irama musik. Pemandangan itu membuatnya terpana untuk sesaat, sebelum tersadar dan segera berlalu dengan wajah memerah menahan luapan gairah terlarangnya.

"Aku sudah gila! Bagaimana bisa aku berpikiran kotor seperti itu pada Kirana?" rutuknya sambil berjalan cepat menjauhi kamar sang adik.

Raka berusaha mengalihkan pikirannya dengan mengerjakan tugas kuliahnya. Namun konsentrasinya terganggu ketika pintu kamarnya terbuka dan Kirana masuk dengan wajah cerianya yang biasa.

"Kak, bantu aku mengeringkan rambutku dong," pinta Kirana sambil menyodorkan handuk kecil pada Raka.

Pemuda itu menelan ludahnya dengan susah payah. Bagaimana mungkin Kirana memintanya melakukan hal seperti itu dalam kondisi dirinya yang sedang kalut seperti sekarang?

"Ke-kenapa tidak kaulakukan sendiri saja?" Raka tergagap.

Kirana mengerucutkan bibirnya sebal. "Ayolah, Kak. Kakak 'kan selalu membantuku mengeringkan rambut sejak kecil."

Melihat wajah merajuk Kirana, akhirnya Raka tak kuasa menolak permintaan sang adik. Dengan berat hati, dia menerima handuk itu dan memosisikan diri di belakang Kirana yang duduk di lantai.

Jantung Raka berdegup kencang saat tangannya menyentuh helaian rambut basah Kirana dan mulai mengusap-usapnya perlahan dengan handuk kecil. Dia begitu dekat dengan sang adik hingga dapat mencium aroma sampo yang menguar dari rambut panjangnya.

"Ada apa Kak? Kok gemetar seperti itu?" tanya Kirana polos, menyadari getaran di tangan Raka.

"Ti-tidak, tidak ada apa-apa," Raka terbata, berusaha terdengar sewajar mungkin.

Dia terus melanjutkan aktivitasnya dengan tangan gemetar menahan gairah yang bergolak dalam dirinya. Kepalanya terasa pening melihat leher jenjang Kirana dari jarak sedekat itu. Tanpa sadar, pikirannya mulai melantur kemana-mana dengan ide-ide paling terlarang sekalipun.

"Sial, kenapa aku jadi seperti ini?! Aku harus segera menghentikannya!" teriak batinnya frustasi.

Pada akhirnya, Raka berhasil menyelesaikan tugasnya dan segera mengembalikan handuk itu dengan tangan sedikit bergetar. Dia lalu berpamitan pada Kirana dengan dalih harus menyelesaikan tugas kuliahnya secepat mungkin. Berharap dengan begitu, dia bisa menjauhkan diri darinya untuk sementara guna mengendalikan emosi dan perasaannya sekali lagi.

Sepanjang malam, pikiran Raka kembali berkecamuk mencari solusi atas situasi yang membelitnya. Bagaimana dia bisa mengatasi perasaan menjijikkan ini terhadap Kirana? Dia yakin jika terus dibiarkan, akan ada konsekuensi buruk yang menantinya nanti. Raka harus segera menemukan cara mengakhiri obsesinya sebelum terlambat.

...

1
Almaa
kemilau hppyEnd, thanks sehat slalu thor🙆🏻‍♀️
Almaa
/Blackmoon/
Almaa
<3
dan
wah ini raka nya mesum🤣
Almaa
nyesekkk bgt jadi Kirana, until ifeel that:/
dan
menarik ceritanya
Almaa
greged/Blackmoon/
Almaa
sangat interesting thor🌚
Anonymous
👍👍👍
Anonymous
👍
Anonymous
semangat thor
Anonymous
bagus ceritanya
Anonymous
👍
yong leee
lanjut thor
remember
bagus
remember
seru
penakosong18
🔥🔥
penakosong18
lanjut tor
HRN_18
halo raeder semua,jangan lupa tinggalkan vote kalian ya🥰😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!