Siapa sangka niatnya merantau ke kota besar akan membuatnya bertemu dengan tunangan saudara kembarnya sendiri.
Dalam pandangan Adam, Emilia yang berdiri mematung seolah sedang merentangkan tangan memintanya untuk segera memeluknya.
"Aku datang untukmu, Adam."
Begitulah pendengaran Adam di saat Emilia berkata, "Tuan, apa Tuan baik-baik saja?".
Adam segera berdiri lalu mendekat ke arah Emilia. Bukan hanya berdiri bahkan ia sekarang malah memeluk Emilia dengan erat seolah melepas rasa rindu yang sangat menyiksanya.
Lalu bagaimana reaksi tunangan kembaran nya itu saat tau yang ia peluk adalah Emilia?
Bagaimana pula reaksi Emilia diperlakukan seperti itu oleh pria asing yang baru ia temui?
Ikuti terus kisah nya dalam novel "My Name is Emilia".
***
Hai semua 🤗
ini karya pertamaku di NT, dukung aku dengan baca terus kisah nya ya.
Thank you 🤗
ig : @tulisan.jiwaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hary As Syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Gelisah
Setelah kejadian tadi siang di kantor, Emilia memutuskan untuk langsung pulang ke kontrakannya. Mood nya hari itu sangat buruk sehingga ia malas melakukan apapun. Saat teman kamar sebelahnya mengajaknya makan diluar pun ia menolaknya. Ia hanya memesan makanan lewat aplikasi online saja.
"Emilia...Emilia..."panggil Serra teman kamar sebelahnya seraya mengetuk pintu kamar Emilia.
Ceklek. Pintu dibuka.
"Iya. Ada apa kak?" tanya Emilia.
"Kau mau ikut makan diluar denganku? Katanya kau sedang badmood, ayo kita keluar biar mood mu baik lagi." Jawab Serra.
"Kakak saja yang pergi. Aku disini saja. Lagipula aku tidak mau mengganggu kencan kakak." Tolak Emilia halus.
"Siapa yang berkencan? Aku dan pacarku hanya makan saja. Tidak lebih. Ayo lah ikut dengan kami." ajak Serra lagi.
"Tetap saja aku yang jadi obat nyamuk nya nanti." Kata Emilia berkilah.
"Hmmm terserah kau saja. Kalau tidak mau ikut, ya sudah, aku pergi dulu ya."
"Iya kak, hati-hati di jalan."
"Iya. Kau baik-baik ya di kamar. Jangan lupa makan karna terlalu asik memikirkan mantan bos mu itu." Goda Serra seraya mengedipkan sebelah matanya.
"Tidak. Siapa yang memikirkannya? Buang-buang waktu saja. Sudah kak, pacarmu sudah menunggu tuh di depan."
"Ha ha ha. Iya, iya. Bye Emilia." Serra melambaikan tangan ke arah Emilia yang lalu menutup kembali pintu kamarnya.
Emilia kembali merebahkan diri di atas kasur. Tak banyak aktivitas yang ia lakukan di dalam kamarnya selain bermalas-malasan dan menyiapkan beberapa lamaran kerja untuk disebarkan besok.
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tapi rasa kantuknya tak juga muncul. Malah bayangan Adam yang bermain di kepalanya. Ia teringat kembali saat pertama masuk ke ruangan Adam, saat Adam memeluknya, saat mencuri ciuman pertamanya, saat mereka saling berhadapan dengan jarak yang begitu dekat dan saat Adam mencium nya untuk kedua kalinya. Tanpa sadar ia memegang bibirnya.
“Aku pasti sudah gila! Dia sudah melecehkan ku, lalu kenapa aku malah mengingat semua itu? Lagipula dia tunangan Emelda, kembaranku sendiri. Jangan bodoh Emilia! Kau tidak menarik seperti Emelda. Buang jauh-jauh Adam dari pikiranmu!”
Begitulah Emilia terus mensugesti dirinya agar tidak memikirkan Adam lagi.
Lain Emilia lain pula Adam. Di atas tempat tidurnya yang luas dan lembut itu dia berguling-guling ke kiri dan ke kanan. Mata nya juga sulit terpejam. Wajah Emilia terbayang-bayang di matanya. Kalau dulu ia susah tidur karena mengingat kepergian Emelda, maka kali ini ia terus mengingat waktu ia mencium Emilia.
"Emilia, ternyata nyalimu besar sekali. Aku pikir kau tidak akan berani keluar dari perusahaanku." Adam kembali mengingat saat ia melihat Emilia pergi melalui rekaman CCTV nya.
Ciuman pertama dan kedua? Dasar gadis bodoh! Pantas saja kaku begitu. Tapi bibirnya terasa begitu manis. Cih, sial! Bagaimana bisa aku malah memikirkan itu. Apa semudah itu aku melupakan Emelda? Tidak, ini tidak mungkin! Aku rasa ini hanya karna wajah nya saja yang mirip dengan Emelda.
Tapi....mata nya....tatapan mata mereka berbeda. Aku bahkan lebih nyaman saat menatap matamu, Emilia. Ehh....apa sih? Kenapa aku sebodoh ini? Kau jangan bodoh Adam, jangan mau masuk ke dalam jebakannya. Dia hanya menjebak mu saja. Kau harus berhati-hati dengannya.
Begitulah Adam yang terus berperang dengan pikirannya sampai ia baru bisa tidur lewat tengah malam.
nana naannananaa