Mika, seorang wanita yang dulunya gemuk dan tidak percaya diri, sering menjadi korban bullying oleh geng wanita populer di SMA. Dihina karena penampilannya, ia pernah dipermalukan di depan seluruh sekolah, terutama oleh Dara, ketua geng yang kini telah menikah dengan pria idaman Mika, Antony. Setelah melakukan transformasi fisik yang dramatis, Mika kembali ke kota asalnya sebagai sosok baru, sukses dan penuh percaya diri, tapi di dalam dirinya, dendam lama masih membara. Kini Mika bertekad untuk menghancurkan hidup Dara, gengnya, dan merebut kembali Antony, cinta masa lalunya, dengan cara yang jauh lebih kejam dan cerdas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan sembarangan pria
Bima mencoba mengalihkan. "Pak Antony bekerja keras demi keluarga, Bu. Saya harap Anda tidak salah paham. Beliau selalu ingin yang terbaik untuk Ibu dan Alea."
Dara hanya mengangguk tipis, namun hatinya tidak tenang. Ada sesuatu dalam cara Bima bicara yang membuatnya semakin yakin bahwa Antony menyembunyikan sesuatu.
"Baiklah, Bima," ujar Dara akhirnya, meskipun pikirannya masih penuh kecurigaan. "Sampaikan pesan dari aku. Bilang, aku akan tunggu dia pulang tepat waktu malam ini."
Bima mengangguk patuh, namun begitu Dara pergi, ia segera mengirim pesan singkat kepada Antony.
"Pak, Bu Dara tadi datang ke kantor. Dia mulai curiga."
***
Sementara Antony berada di dalam kamar hotel mewah, Antony berbaring di atas ranjang dengan senyum puas, hanya mengenakan celana dalam, sementara di sampingnya seorang wanita yang memang tergila gila dengan Antony, dengan rambut berantakan menyandarkan kepala di dadanya. Selimut satin menutupi sebagian tubuh mereka, namun bagian atas wanita itu terbuka, memamerkan kulitnya yang mulus.
Wanita itu memeluk Antony erat, tangannya menggeliat manja di atas tubuh pria yang kini terlarut dalam kenikmatan sesaat.
"Kamu luar biasa tadi malam," bisik wanita itu sambil mencium leher Antony pelan.
Antony hanya terkekeh kecil, matanya memandang langit-langit kamar hotel dengan perasaan puas dan sombong. Seolah semua di bawah kendalinya—baik urusan keluarga maupun perselingkuhan. Namun momen intim itu tiba-tiba terputus oleh suara getaran ponsel yang tergeletak di meja samping ranjang.
Pesan dari Bima muncul di layar: "Pak, Bu Dara tadi datang ke kantor. Dia mulai curiga."
Antony menghela napas panjang, rasa puas di wajahnya mulai terganti oleh sedikit kekhawatiran. Wanita di sampingnya menatapnya dengan senyum menggoda.
"Ada masalah, Sayang?" tanyanya sambil menggigit pelan telinga Antony.
"Nggak, cuma masalah kantor," jawab Antony singkat, berusaha tetap terlihat tenang meski pikirannya mulai berputar cepat.
Ia bangkit perlahan dari ranjang, mengambil ponselnya dan mengetik balasan cepat untuk Bima:
"Bagus. Jangan kasih tahu apa pun soal jadwal hari ini. Bilang saja aku ada rapat penting. Aku urus nanti malam."
Setelah mengirim pesan, Antony mengembuskan napas berat. “Dara mulai terlalu curiga. Aku harus lebih hati-hati.”
Wanita di sampingnya menarik selimut, mengusap punggung Antony yang penuh otot dengan jari-jarinya.
"Mau lanjut lagi? Atau kamu harus pulang?" tanyanya dengan nada manja.
Antony tersenyum miring.
"Kita masih punya waktu. Dara nggak akan curiga sampai nanti siang."
***
Sementara itu di rumah, Dara duduk di sofa dengan perasaan gundah. Sudah berkali-kali ia mencoba menghubungi Antony, tapi panggilannya hanya masuk ke pesan suara. Ia merasa ada sesuatu yang salah, tapi belum punya bukti konkret.
“Antony selalu bilang dia sibuk, tapi kenapa perasaanku justru semakin nggak tenang?” batinnya.
Ia menatap ponselnya, lalu tiba-tiba terlintas di pikirannya untuk memeriksa lokasi GPS Antony melalui aplikasi keluarga yang mereka gunakan. Namun, Antony sudah menonaktifkan fitur itu beberapa waktu lalu dengan alasan privasi.
"Aku harus temukan bukti," gumam Dara, menggenggam ponsel lebih erat. "Aku nggak akan biarkan dia terus membohongiku."
***
Mika duduk di ruang kerjanya, menatap ponsel yang bergetar dengan nama Antony di layar. Hatinya masih berdebar sejak pertemuan terakhir mereka. Antony bukan pria biasa—setiap gestur, sentuhan, dan kata-katanya terasa memikat, sulit diabaikan.
"Kenapa dia bisa memengaruhiku seperti ini?" batin Mika. Meski rencana balas dendam terhadap Dara masih menjadi fokus utamanya, ia tidak bisa mengabaikan perasaannya setiap kali Antony berada di dekatnya.
Akhirnya, Mika mengangkat telepon itu.
"Halo, Tony."
"Aku nggak bisa berhenti mikirin kamu sejak malam itu Mik, kita harus bertemu nanti malam," bisik Antony dari seberang sana, suaranya rendah dan menggoda.
***
Antony tahu betul bagaimana memanfaatkan pesona dan kekayaannya untuk menaklukkan banyak wanita. Baginya, bermain dengan perasaan perempuan adalah sebuah seni—sebuah permainan di mana dia selalu menjadi pemenang. Dengan wajah tampan, tubuh atletis, dan senyum yang memikat, Antony telah menaklukkan banyak hati.
Wanita-wanita terpikat bukan hanya karena fasilitas mewah yang ia tawarkan, tapi juga karena kharismanya yang membuat mereka merasa spesial. Saat bersama Antony, mereka selalu merasa menjadi pusat dunianya—meski hanya untuk sementara waktu.
Namun setelah Beberapa minggu terakhir bersama Mika telah memunculkan sesuatu yang berbeda dalam diri Antony. Bukan hanya sekadar godaan sementara, kali ini Antony berambisi kuat untuk benar-benar mendapatkan Mika. Berbeda dari wanita-wanita lain yang pernah singgah dalam hidupnya, Mika memiliki nilai lebih yang sulit ditemukan. Bukan hanya cantik, tapi juga mandiri dan berkelas.
Bagi Antony, Mika adalah tantangan yang menarik. Wanita dengan kehidupan dan prinsip yang kokoh—sesuatu yang jarang ia temui. Bukan tipe perempuan yang bisa ia beli dengan uang atau perhatian sesaat. Dan justru itulah yang membuat Antony semakin terobsesi.
"Aku harus memilikinya," gumam Antony sambil mengingat senyum Mika yang menggoda saat makan malam terakhir mereka. Ia tak ingin sekadar menjadi bagian singkat dalam hidup Mika—ia ingin lebih.
***
Mika berdiri di depan cermin, menyisir rambutnya dengan perlahan, pikirannya bergejolak. Ambisinya jelas—ia ingin menghancurkan Dara. Balas dendam adalah satu-satunya tujuan yang ia pegang teguh. Tetapi ada sesuatu yang tak ia duga: Antony. Pria itu bukan hanya sekadar alat balas dendam; dia benar-benar membuat Mika berdebar dan merasa hidup dengan cara yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.
"Aku harus tetap fokus," bisik Mika sambil merapikan gaun malam yang pas di tubuhnya. "Antony adalah kunci untuk menghancurkan Dara." Ia harus mengendalikan diri. Antony adalah pemain, tetapi ia harus menjadi lawan yang lebih kuat.
Antony duduk di dalam mobil sport-nya, menatap layar ponsel dengan senyum penuh arti. Mika, berbeda dari semua wanita yang pernah ia temui. Biasanya, Antony selalu mudah mendapatkan wanita, tapi kali ini terasa lain. Mika terlihat sangat berkelas, sehingga membuat Antony segan untuk mendekati Mika dengan cara murahan, malah justru membuat Antony semakin terobsesi.
"Dia wanita dengan kelas dan ambisi," pikir Antony, memutar-mutar kunci mobil di jarinya. Dan itulah yang membuat Mika semakin menarik baginya—lebih dari sekadar petualangan biasa. Tapi Antony tidak pernah berubah. Di balik perhatian dan pesonanya, Antony tetaplah pria yang suka mempermainkan wanita.
***
Malam itu, Antony tidak menjemput Mika, mereka bertemu lagi di sebuah bar tersembunyi, jauh dari keramaian kota. Antony menarik kursi untuk Mika dengan gaya elegan, senyumnya menggoda seperti biasa. Ia tahu betul cara memikat wanita, dan Mika jelas merasakan pesonanya.
“Kamu selalu cantik, Mik. Setiap kali lihat kamu, aku jadi lupa dunia luar,” ucap Antony dengan nada rendah.
Mika tertawa tipis. “Kamu manis sekali kalau lagi merayu. Sayang, aku gak mudah terpesona.”
Antony mendekatkan tubuhnya, membuat jarak di antara mereka semakin tipis. “Kita lihat siapa yang menang di sini,” bisik Antony, tatapannya penuh arti. Mika hanya tersenyum samar, tapi hatinya berdebar kencang.
mampir juga dikaryaku ya kak jika berkenan/Smile//Pray/