Kamila gadis yatim piatu mencintai Adzando sahabatnya dalam diam, hingga suatu malam keduanya terlibat dalam sebuah insiden.
Adzando seorang artis muda berbakat.
Tampan, kaya, dan populer. Itulah kata-kata yang tepat disematkan untuknya.
"Apapun yang kamu dengar dan kamu lihat, tolong percayalah padaku. Aku pasti akan bertanggung jawab dengan apa yang aku lakukan. Kumohon bersabarlah."
Karena skandal yang menimpanya, Adzando harus kehilangan karier yang ia bangun dengan susah payah, juga cintanya yang pergi meninggalkannya.
"Maafkan aku, Do. Aku harus pergi. Kamu terlalu tinggi untuk aku gapai."
"Mila... Kamu di mana? Aku tidak akan berhenti mencarimu, aku pasti akan menemukanmu!"
Kerinduan yang sangat mendalam di antara keduanya, membuat mereka berharap bahwa suatu hari nanti bisa bertemu kembali dan bersatu.
Bagaimana perjalanan cinta mereka?
Mari baca kisahnya hanya di sini ↙️
"Merindu Jodoh"
Kisah ini hanya kehaluan author semata
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 07
...*...
Papa Daniel begitu marah, putra satu-satunya yang menjadi kebanggaannya kini mencoreng mukanya. Putra yang begitu dia sayangi, seakan telah melemparkan kotoran di wajahnya.
Emosi menguasai dirinya, dengan membabi buta dia menghajar Zando putranya, hingga babak belur. Lalu mendorongnya ke arah Mama Zeya.
Beruntung sang Mama dengan sigap menangkapnya. Jika tidak, bisa dipastikan kepala Zando akan bocor terbentur ujung meja.
"Cari gadis itu sampai ketemu, dan jangan pernah berani pulang ke rumah, sebelum bisa menemukannya. Papa tidak pernah mengajarkanmu untuk menjadi pencundang. Maka dari itu belajarlah bertanggung jawab dengan apa yang kamu lakukan!"
Suara lantang Papa Daniel menggema ke seluruh ruangan. Dia benar-benar sangat kecewa dengan perbuatan putranya. Pria itu sama sekali tidak menyangka, bahwa putranya mengalami apa yang pernah dialaminya dulu ketika masih remaja. Hanya saja situasi dan kondisi yang membedakan.
Kemudian Papa Daniel berlalu pergi ke kamarnya dan membanting pintu dengan keras, begitu telah masuk ke dalam kamar. Tubuhnya merosot di balik pintu, lalu menenggelamkan wajahnya pada kedua lututnya. Dia menangis sesenggukan hingga bibirnya bergetar.
Sementara itu, Mama Zeya memeluk tubuh putranya yang sangat lemah, lalu meminta bantuan Nino dan Arbi, untuk membawa Zando ke rumah sakit, agar segera mendapatkan perawatan.
Adzana dan Azura hanya bisa diam mematung tanpa berani berbuat sesuatu apalagi menolong. Baru kali ini mereka melihat sang Ayah begitu murka.
"Iiihhh ... Papa seram juga kalau marah ya, Kak? Hiii ...!" Azura bergidik ngeri.
"Makanya nanti kalau Adik udah besar, jangan bikin Papa kecewa!"
"Emang Kakak pikir, Papa gak kecewa sama, Kakak?"
"Kok jadi kakak, emangnya kenapa dengan kakak?"
"Ck ... Papa itu sebenarnya belum rela, Kakak menikah. Apalagi Kakak seperti gadis gak laku aja, memohon-mohon sama Papa supaya direstui nikah sama Kak Arbi! Harusnya itu, pihak cowok yang datang melamar! Iiiih...!" Azura menyebik kesal.
"Kalian itu anak-anak yang paling disayang sama Papa, tapi kalian juga yang ngecewain Papa!" sarkas Azura, lalu pergi meninggalkan kakaknya.
Adzana hanya diam membisu tanpa membantah sepatah kata pun perkataan adiknya. Wanita itu mengelus perutnya dengan lembut.
"Apa benar, Papa sekecewa itu sama aku? Apa salahnya memang, aku menikahi Kak Arbi? Kan ada alasannya."
Adzana mengangkat bahunya cuek. Selanjutnya dia membuka laptopnya untuk mencari sesuatu yang berhubungan dengan kasus yang menimpa saudara kembarnya.
.
Sementara itu di kantor MW Entertainment, tampak pimpinan agensi itu tengah berbincang serius dengan asistennya.
"Maaf, Tuan. Saya tidak mengerti kenapa Anda melakukan ini pada Zando," ucap sang asisten pada Tuan Moreno.
"Bukankah selama ini dia yang mendatangkan penghasilan paling besar untuk agensi ini?" tanya asisten itu kemudian.
"Hemmm, memang... aku sengaja melakukannya, Ron. Dengan sedikit intrik aku bisa menjual berita itu pada pemburu berita. Dan hasilnya, woowww .... amazing, kan?"
"Kali ini apa rencana Anda, Tuan?" tanya Ronald hati-hati.
"Nanti kamu akan tahu sendiri jawabannya." Tuan Moreno tersenyum smirk sambil menjentikkan jari kelingkingnya.
"Bagaimana jika nanti pihak Zando menuntut Anda, Tuan?"
"Emang apa yang bisa dia lakukan? Bocah itu tidak akan berani macam-macam selama di bawah kendaliku. Lagipula memang siapa dia, berani menggugatku?" Tuan Moreno berkata disertai senyuman remeh.
"Sudahlah, kita lihat saja apa yang akan dilakukan bocah itu. Aku sudah menyuap pakar telematika untuk berpihak padaku. Jadi apa yang bisa dilakukannya selain tunduk pada perintahku?"
Ronald menelan ludahnya kasar, tidak menyangka atasannya itu bisa berbuat gila hanya demi rupiah, dan mengorbankan orang lain untuk memuaskan ambisinya meraup keuntungan.
Akan tetapi, dia tidak bisa berbuat apa-apa selain diam dan mengikuti perintah atasannya itu.
Moreno William, pria lajang yang usianya hampir menginjak empat puluh tahun. Dia pria penuh ambisi demi mencapai sesuatu dan tidak akan berhenti sebelum apa yang menjadi tujuannya berada dalam genggamannya.
Semua dipicu oleh pengalaman masalalunya yang kelam, membuat pria itu enggan untuk membina rumah tangga. Baginya wanita hanya kaum pengerat yang hanya bisa berfoya-foya dan menghabiskan uang.
Maka dari itu dia sangat membenci, jika ada seorang pria yang begitu bodoh mencintai wanitanya secara berlebihan.
Awalnya Tuan Moreno hanya terlihat biasa saja, melihat Zando tertarik pada lawan jenis, dan menganggap itu hal yang wajar. Akan tetapi setelah tidak sengaja menemukan foto seorang gadis di laci meja Zando, dia mulai dilanda kekhawatiran tentang anak asuhnya yang akan lebih mengutamakan kekasihnya daripada kariernya. Dan itu artinya dia akan kehilangan sebagian dari sumber pundi-pundi uangnya.
Terlebih lagi, dia juga tidak ingin jika gadis yang dicintai Zando hanya mengincar hartanya saja, mengingat sang gadis berasal dari kalangan biasa. Maka, dia tidak ingin jika Zando mengalami nasib yang sama dengan dirinya.
Oleh sebab itu, Tuan Moreno merencanakan semuanya, mengatur segala yang berkaitan dengan Zando bisa menjadi rupiah baginya. Apalagi dia juga mengetahui bahwa Shahnaz adalah gadis yang punya ambisi besar untuk melebarkan kariernya daripada urusan percintaan, maka makin memuluskan rencananya.
.
Zando menjalani perawatan intensif di rumah sakit selama tiga hari. Dia hanya menderita luka memar dan lebam di wajah dan beberapa anggota tubuh lainnya. Dan setelah dilakukan pemeriksaan, dokter mengatakan bahwa tidak ada luka dalam serius yang dialami olehnya. Maka setelah kondisinya dinyatakan membaik, dia pun diperbolehkan pulang.
Selama di rumah sakit, Zando selalu ditemani oleh Mama Zeya. Wanita cantik itu sangat prihatin melihat keadaan putranya. Sebenarnya dia tidak tega, tapi bagaimana lagi. Zando juga bersalah, jadi Mama Zeya memilih jalan tengah. Merawat Zando terlebih dahulu dan akan berbicara pelan-pelan dengan sang suami, juga mencari jalan keluar untuk masalah yang dialami putranya.
Zando meminta untuk diantar ke apartemen yang selama ini ditempati Kamila, begitu Nino datang menjemput. Dan manager Zando itu langsung mengiyakan permintaan artisnya.
Nino merasa ada sesuatu yang berbeda dengan Zando. Jika biasanya artisnya itu selalu ceria, tapi sekarang terlihat lebih pendiam dan hanya bicara seperlunya.
Mungkin secara fisik Zando telah pulih, tapi tidak dengan mentalnya. Kepergian Kamila telah membuatnya merasa sangat kehilangan.
Saat ini Zando butuh dukungan, dan semangat. Apalagi dia sedang dirundung masalah. Dihadapkan pada kenyataan pahit yang menimpanya, nyatanya mampu membuat mental Zando goyah.
"Do, ada sesuatu yang ingin aku beritahu sama kamu. Apa kamu mendengarku?" tanya Nino pada Zando ketika mendapati artisnya tengah duduk diam, di balkon kamar apartemen.
Zando menoleh sekilas ke arah Nino, lalu kembali menatap lurus ke depan.
"Ini mengenai gosip pernikahanmu itu, ternyata ...." Nino lantas menceritakan hasil pencariannya selama seharian kemarin.
"Kurang ajar!" Zando mengepalkan tangannya. Dia beranjak dari tempat duduknya, lalu masuk ke dalam kamar. Dengan gerakan secepat mungkin, dia memakai celana jeans dan jaket. Tak lupa memakai topi dan kacamata hitam serta masker. Kemudian dia keluar dari kamar.
"Do, mau ke mana? Jangan bertindak gegabah kamu!" Nino bertanya sekaligus mengingatkan, seraya menahan lengan Zando.
Namun Zando segera menepisnya. Dia segera keluar dari unit apartemen setelah menyambar kontak mobil yang ada di atas meja.
Tak ingin terjadi sesuatu pada Zando, Nino pun mengejarnya. Ketika sampai di basement tempat mobilnya terparkir, Nino langsung merebut kontak yang ada di tangan Zando, lalu masuk ke dalam mobil.
"Masuklah, aku yang akan mengantarmu, ke mana kamu akan pergi. Cepat!"
Mau tak mau Zando akhirnya masuk ke dalam mobil. Dan Nino segera tancap gas.
Seolah tahu apa yang dipikirkan oleh sang artis, Nino memacu mobil mengarah ke tempat tersebut.
Sesampainya di tempat yang dituju, Zando tanpa berkata sepatah kata pun langsung turun, dan berjalan cepat menuju ruangan pimpinan.
Tak mau ketinggalan, Nino berlari mengejar Zando, namun dia terlambat.
.
Buggg
Buggg
"Shiiit...!"
.
.
.
zando kah
gak guna
kmu itu salah paham weeehh/Smug/
tak can ikhsan nee🙈🏌️
kaget kan luu 🤣
keburu dikekep pakrete 🤣
tangan siapa yang melayang sembarangan /Facepalm/