📢📢📢WELCOME DI AREA BENGEK NGAKAK GULING-GULING 😂😂😂
Jesi yang sudah terbiasa dengan kehidupan bagai sultan, harus kehilangan semua fasilitas itu karena ayahnya yang ingin membuatnya menjadi mandiri. Dalam sekejap ia menjadi seorang mahasiswi magang, dan dihadapkan dengan team leader yang ganteng tapi sayangnya galak.
"kalo aja lo itu bukan pembimbing magang gue, ogah banget dah gue nurut gini. Ini namanya eksploitasi tenaga karyawan."
"Aku tau, aku itu cantik dan menarik. nggak usah segitunya ngeliatinnya. Ntar Bapak naksir." Jesika Mulia Rahayu.
"Cantik dan menarik emang iya, tapi otaknya nothing. Naksir sama bocah seperti kamu itu impossible." Ramadhan Darmawan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Net Profit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Botol misting
Sejak pulang dari kampus tadi Alya sudah menunjukan beberapa tempat kost yang murah mengingat permintaan Jesi sebelumnya karena uang yang minim. Namun setelah ditunjukan berulang kali Jesi menolak dengan berbagai alasan.
"Ini tempatnya sih enak Al, tapi jauh banget gila. Bisa auto gede betis gue. Berangkat mudun terus eh pulangnya mendaki."
"Pengen yang kamar mandinya di dalem, Al. Kalo satu untuk semua gini nggak nyaman. Berasa diburu-buru gitu."
"Yang ini mah horor euy, Al. Nggak mau ah."
Jesi dan Alya kini berdiri di depan sebuah rumah yang bertuliskan terima kost putri. Mereka kira kamar kost nya terletak di dalam rumah menyatu dengan si pemilik tapi ternyata tidak, bangunan kost dengan rumah terpisah. Tepat di samping rumah berdiri bangunan minimalis memanjang dengan beberapa pintu di setiap sekatnya.
"Silahkan neng mau pilih kamar yang mana?" Ibu kost menunjuk beberapa kamar kosong yang terletak di lantai satu dan dua.
"Gimana, Jes? Kalo yang ini nggak cocok juga aku nyerah deh. Kalo pengen kamar kost yang modelnya kayak kamar kamu nggak bakal nemu. Paling mentok juga paling di dormitory kampus. Ada AC, TV, ranjang, lemari sama kamar mandi di dalem tapi bayarnya dua juta sebulan." Ujar Alya.
Jesi masih terdiam, dia mengamati lingkungan sekitar. Not bad. Bangunannya masih terlihat baru, disampingnya ada toko yang lumayan lengkap milik ibu kost jadi tak perlu sulit mencari kebutuhan sehari-harinya.
"Lihat-lihat dulu boleh kan bu?" Izinnya pada pemilik kost.
Jesi dan Alya melihat ke dalam kamar, hanya tersedia kasur tanpa ranjang beserta satu lemari plastik untuk menyimpan pakaian. Tak lupa Jesi memeriksa kamar mandinya, cukup sempit terdiri dari satu buah ember besar dan WC jongkok. Jauh berbeda dengan kamarnya di rumah.
Beranjak melihat ke lantai dua ternyata terdapat dapur umum yang bisa digunakan oleh semua penghuni kost meski dengan peralatan seadanya, tempat jemur pakaian pun ada di lantai dua.
"Gue ambil kamar yang di atas aja, Al." Ucap Jesi setelah keluar dari kamar lantai dua paling ujung berbatasan dengan tempat menjemur baju.
Setelah melakukan pembayaran dengan uang pinjaman dari Alya, dia mulai membereskan kamar.
Sekitar satu jam Jesi dan Alya baru selesai membereskan kamar. Meskipun kebanyakan dilakukan oleh Alya.
"Makasih yah, Al. Sorry yah udah mah pinjem duit, ngrepotin juga lo jadi harus beres-beres."
"Nggak apa-apa, Jes. Temen kan harus saling bantu." Jawab Alya, gadis berhijab itu masih sibuk memasang sprei.
"Finaly beres juga, Jes. Semoga kamu betah yah." Merasa lelah Alya merebahkan diri di kasur.
Jesi melakukan hal yang sama, dia berbaring di samping Alya. Matanya menyapu langit-langit putih diatasnya hingga setiap sudut kamar.
"Kenapa Jes? Nggak nyaman yah?" Tanya Alya.
Jesi hanya menghembuskan nafas pelan seraya menggeleng, "nggak apa-apa, Al. Cuma belum terbiasa."
"Masih belum terlambat loh Jes kalo kamu mau pulang ke rumah dan nurut sama ayah kamu."
"Nggak ah. Gue bisa kok. Pasti bisa!" Ucap Jesi yakin.
"Ya udah semoga betah yah. Kalo ada butuh apa-apa kasih tau. Aku pulang dulu, kakak udah nanyain kapan aku pulang. Nih liat..." Alya memperlihatkan banyak chat yang ia terima dari sang kakak.
"Iya. Makasih yah udah bantu, Al."
Suasana kamar jadi sepi setelah Alya pulang. Di rumah Jesi sudah biasa di kamar sendiri tapi kali ini rasanya beda. Begitu sunyi, tanpa sadar air matanya menetes merindukan sosok ibu yang selalu mengomelinya setiap pulang kuliah. Padahal belum genap dua puluh empat.
"ibu Jesi kangen." Dia terus terisak hingga kemudian terlelap.
Pagi pertama sebagai anak kost Jesi sudah rapi dengan kemeja putih dan rok span pendek. Dari tempatnya berdiri Jesi bisa melihat kampus tempatnya belajar karena letak kosan yang tepat di belakang kampus. Jarak ke fakultasnya pun lebih cepat di capai dari sini dibandingkan leat gerbang utama biasa dia masuk.
"Pagi teh." Sapa penghuni sebelah.
"Lah ini teh Jesi kan? Yang..." Gadis yang masih mengenakan piama keropi itu tak melanjutkan ucapannya. Dia memilih melangkah ke samping mendekati Jesi yang sedang memakai sepatu.
"Teteh kapan pindah kesini? Kemaren masih kosong loh" lanjutnya.
"Kemaren." Jawab Jesi pada gadis yang ternyata juniornya.
"Teh Jes udah mulai magangnya?" Tanyanya lagi.
"Iya ini hari pertama. Baru mau ngambil surat pengantar dulu ke fakultas." Jesi yang sudah selesai memakai sepatu segera mengunci pintu.
"Semangat yah teh magangnya. Kali aja ketemu jodoh di tempat magang teh, buat ganti ka Zidan. Teteh yang sabar yah. Keep fighting teh Jesi."
Jesi hanya tersenyum kemudian melangkah pergi, "teteh berangkat dulu. Nitip jemuran yah." Pamitnya.
Setelah insiden di cafe depan kampus dirinya memang kembali menjadi trending topik mulut-mulut lemes mahasiswi yang kurang kerjaan kalo nggak gibah. Tapi kali ini bukan cibiran menyakitkan seperti saat ia kehilangan semua fasilitas, lebih ke rasa empati karena nasibnya yang malang. Sebenarnya Jesi tak suka dikasihani, membuatnya terlihat begitu menderita di mata orang lain. Tapi nasi sudah menjadi bubur, sudahlah toh nanti juga lama-lama mereka bosan menjadikannya objek pembicaraan.
"Eh ada Jesi... Gue denger-denger sekarang lo jadi anak kost yah? Kasihan banget deh. Gue turut prihatin yah." Raya yang baru keluar dari ruang administrasi mahasiswa mencibirnya. Jesi hanya diam, dia tak ingin menanggapi ucapan mantan sahabatnya itu.
"Udah bisu lo yah?" Oloknya lagi.
Jesi hanya menghembuskan nafas kasar dan berjalan melewatinya.
Jesi membuka map berisi surat pengantar yang dilengkapi dengan buku panduan dan agenda harian. Matanya membulat sempurna membaca nama perusahaan yang tertera di sana.
"Loveware group. Ini pasti salah nih suratnya. Waktu pengajuan kan gue milih perusahaan ayah." Gumam Jesi yang kembali masuk ke ruang administrasi mahasiswa.
"Pak ini pasti salah nih. Atas nama Jesika Mulia Rahayu waktu daftar saya mengajukan ke JK Group, kenapa ini jadi loveware group sih?" Protesnya.
"Saya pas daftar dulu juga sudah melampirkan surat penerimaan magang di JK Group loh. Coba cek lagi pasti salah nih." Imbuh Jesi seraya memberikan mapnya kembali.
Petugas bagia administrasi nampak sibuk sebentar di depan layar komputer sebelum menjawab protes yang diajukan Jesi.
"Atas nama Jesi sudah benar di loveware group."
"Loh kok bisa?" Jesi begitu terkejut.
"Memang benar di awal sudah tercatat di JK group, namun kemarin dari pihak JK group mengkonfirmasi jika untuk mahasiswa magang bulan ini sudah full, sehingga beberapa mahasiswa di alihkan ke perusahaan-perusahaan relasi JK group. Salah satunya Loveware, perusahaan yang bergerak di bidang perlengkapan makan dengan kualitas tinggi yang sekarang sedang naik daun." Tutur petugas.
"Bilang aja perusahaan botol sama misting!" Ucap Jesi ketus. Nama loveware memang cukup terkenal, apalagi di kalangan emak-emak. Wadah makan dan minum yang harganya selangit dan bikin perang dunia ketiga kalo sampe tutupnya ilang atau ketinggalan. Dengan cemberut Jesi mengambil kembali mapnya dan keluar.
"Ini semua pasti gara-gara ayah nih. Tega bener dah sama anak sendiri. Masa gue di taro di perusahaan botol sama misting ih. Kesel dah!"