NovelToon NovelToon
BECOME A MAFIA QUEEN

BECOME A MAFIA QUEEN

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / Reinkarnasi / Identitas Tersembunyi / Pemain Terhebat / Roman-Angst Mafia / Menikah dengan Musuhku
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nuah

Seorang Jenderal perang yang gagah perkasa, seorang wanita yang berhasil di takuti banyak musuhnya itu harus menerima kenyataan pahit saat dirinya mati dalam menjalankan tugasnya.

Namun, kehidupan baru justru datang kepadanya dia kembali namun dengan tubuh yang tidak dia kenali. Dia hidup kembali dalam tubuh seorang wanita yang cantik namun penuh dengan misteri.

Banyak kejadian yang hampir merenggut dirinya dalam kematian, namun berkat kemampuannya yang mempuni dia berhasil melewatinya dan menemukan banyak informasi.

Bagaimana kisah selanjutnya dari sang Jenderal perang tangguh ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11. Mencari Kebenaran

Setelah kejadian malam itu, baik Alessia ataupun Ziad tak pernah lagi bertemu satu sama lain, meski hati mereka terus begejolak namun mereka justru saling melindungi dengan cara mereka sendiri.

Tanpa terasa beberapa tahun kembali berlalu, dan kini Kaelus telah tumbuh menjadi remaja yang begitu tampan.

Malam itu, Kaelus duduk di dalam kamarnya, matanya menatap layar laptop dengan tatapan penuh selidik. Sosok yang bernama Ziad kini menjadi misteri yang mengusik pikirannya. Sejak kemunculan pria itu dalam kehidupan Alessia, ada sesuatu yang terasa janggal. Sesuatu yang membuatnya ingin mencari tahu lebih dalam.

Dia mengetik nama Ziad dalam mesin pencarian, tetapi hasilnya nihil. Tidak ada jejak digital yang jelas. Terlalu bersih untuk seseorang yang mengaku hanya seorang dosen biasa.

“Tidak mungkin,” gumamnya, merasakan firasat buruk.

Kaelus bukan orang bodoh. Dengan keahlian yang dia miliki, dia bisa menggali informasi lebih dalam dari sekadar pencarian biasa. Tangannya bergerak cepat di atas keyboard, meretas berbagai database dengan hati-hati. Setiap lapisan keamanan dia tembus, tetapi semakin dalam dia menggali, semakin aneh hasilnya.

Identitas Ziad tampak solid di permukaan—catatan akademik, pekerjaan, riwayat hidup—semuanya ada, tetapi terasa terlalu sempurna. Seolah-olah seseorang telah menyusun ulang seluruh hidupnya untuk terlihat normal.

Denyut jantung Kaelus meningkat.

“Apa yang sebenarnya terjadi?”

Lalu, sebuah suara mengejutkannya.

“Kau sedang apa?”

Kaelus tersentak dan menoleh. Sang Ibu, Alessia, berdiri di ambang pintu. Wajahnya terlihat lebih pucat dari biasanya, dan tatapan matanya tajam.

Kaelus segera mematikan layar laptopnya, tetapi dia tahu itu sudah terlambat.

“Aku hanya… ingin tahu lebih banyak tentang Ziad,” jawabnya dengan nada defensif.

Alessia tidak langsung bicara. Matanya menelusuri wajah putranya dengan intensitas yang menyakitkan. Seakan dia sedang menimbang sesuatu yang berat.

“Kaelus…” suara Alessia terdengar lebih pelan dari biasanya. “Kau tidak seharusnya melakukan ini.”

“Kenapa?” Kaelus menatapnya dengan penuh tuntutan. “Siapa sebenarnya dia? Kenapa kau tidak pernah membicarakannya? Dan kenapa aku merasa kau menyembunyikan sesuatu?”

Keheningan menggantung di antara mereka. Alessia menutup matanya sesaat, mengambil napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan.

Kaelus melihat bagaimana jemari ibunya mengepal, seperti sedang menahan sesuatu yang ingin meledak dari dalam dirinya.

Lalu, dengan suara yang hampir bergetar, Alessia mulai berbicara.

“Kaelus…” Alessia menatapnya lurus. “Aku tidak ingin kau tahu ini. Tidak sekarang. Tapi karena kau sudah sejauh ini… aku tidak bisa menghindarinya lagi.”

Kaelus menahan napas, menunggu.

Alessia berjalan mendekat dan duduk di tepi tempat tidur. Matanya menerawang, seperti kembali ke masa lalu.

“Ziad…” dia menyebut nama itu dengan nada yang berbeda. “Dia bukan hanya seorang dosen. Dia bukan hanya seseorang yang kebetulan masuk dalam hidupku. Dia adalah—”

Alessia menggigit bibirnya, menahan emosi.

“Dia adalah seorang mata-mata.”

Kaelus membelalakkan matanya.

“Apa?”

“Dia dikirim untuk mengawasi dan mencari tahu tentang aku.”

Kata-kata itu menggema di dalam kepala Kaelus. Dunianya terasa berguncang.

“Jadi… dia musuh?” tanyanya dengan suara gemetar.

Alessia menggeleng lemah. “Itu lebih rumit dari yang kau kira.”

Dia kemudian menceritakan bagaimana pertemuannya dengan Ziad, bagaimana pria itu menyamar sebagai dosen, dan bagaimana akhirnya hubungan mereka berkembang. Dari ketidakpercayaan, kebencian, hingga akhirnya… cinta.

Kaelus mendengar semua itu dengan hati yang berdebar.

Ibunya… mencintai seorang mata-mata?

“Tapi kenapa?” suaranya terdengar penuh frustrasi. “Kenapa kau percaya padanya? Bagaimana kau yakin dia tidak mengkhianatimu?”

Alessia menunduk. “Aku tidak yakin. Aku tidak pernah benar-benar yakin.”

“Tapi kau tetap bersamanya?”

Alessia tersenyum pahit. “Karena terkadang, Kaelus… cinta tidak membutuhkan alasan yang logis.”

Kaelus menggeleng tak percaya. “Itu tidak masuk akal.”

“Aku tahu.”

Keheningan kembali hadir di antara mereka. Kaelus mencoba mencerna semuanya. Pria yang selama ini dia curigai ternyata memang bukan orang biasa. Tapi yang lebih menyakitkan adalah… ibunya terluka karena pria itu.

“Jadi… di mana dia sekarang?” akhirnya Kaelus bertanya.

Alessia menundukkan kepala.

“…Dia pergi.”

Kaelus menyipitkan matanya. “Maksudmu?”

“Dia menerima misi baru,” jawab Alessia dengan suara lemah. “Dan untuk bisa pergi… dia berbohong pada CAI bahwa aku sudah mati.”

Kaelus membeku.

“…Apa?”

Alessia tersenyum, tetapi air matanya mulai menggenang di sudut matanya. “Ya. Di mata mereka, aku sudah mati. Hanya dengan begitu dia bisa melindungiku.”

Kaelus merasa dunianya runtuh.

Jadi… ibunya ditinggalkan?

“Apa kau masih percaya padanya setelah ini?” suara Kaelus nyaris berbisik.

Alessia tidak langsung menjawab. Dia menatap putranya dengan mata yang dipenuhi luka, tetapi juga kelembutan.

“Kaelus…” dia mengulurkan tangan dan menggenggam tangan putranya. “Aku tidak tahu bagaimana menjawabnya. Tapi… aku tahu bahwa setiap keputusan yang dia buat, dia lakukan untuk melindungiku.”

Kaelus mengepalkan tangannya.

“Dia pergi dan meninggalkanmu,” katanya dengan suara rendah. “Aku tidak bisa menerima itu.”

Alessia tersenyum sedih. “Aku tahu.”

Kaelus menatap ibunya dengan perasaan campur aduk.

Sebagai seorang anak, dia ingin melindungi ibunya. Tapi di saat yang sama, dia merasa ibunya tidak membutuhkan perlindungan—karena Alessia lebih kuat dari siapa pun yang dia kenal.

Namun, kali ini… Alessia tampak rapuh.

Untuk pertama kalinya, Kaelus melihat sisi ibunya yang tidak pernah dia lihat sebelumnya.

Dan itu membuatnya marah.

Dia berdiri, wajahnya penuh ketegangan.

“Aku akan menemukan dia.”

Alessia terkejut. “Kaelus, jangan—”

“Aku akan mencari tahu sendiri siapa dia sebenarnya. Dan jika dia memang meninggalkanmu seperti ini…” matanya bersinar tajam. “Maka dia harus bertanggung jawab.”

Alessia ingin menghentikannya, tapi dia tahu bahwa putranya bukan lagi seorang anak kecil.

Kaelus telah melihat kebenaran.

Dan sekarang, dia akan menentukan langkahnya sendiri.

.

.

Malam terasa lebih sunyi dari biasanya. Kaelus masih berdiri di tempatnya, pikirannya berkecamuk setelah mendengar kebenaran yang baru saja diungkap oleh ibunya.

Ziad.

Nama itu terus berputar dalam benaknya.

Seorang mata-mata. Seorang pengamat. Seorang yang seharusnya berada di pihak lawan, tetapi entah bagaimana jatuh cinta pada ibunya.

Dan lebih dari itu… dia telah pergi.

Bukan karena mengkhianati ibunya, tetapi karena suatu alasan yang masih belum dia mengerti sepenuhnya.

Kaelus mengepalkan tangannya.

“Aku akan menemukan dia,” gumamnya dalam hati. “Aku harus tahu kebenarannya sendiri.” Memandang dari Sudut yang Berbeda

Meskipun baru saja mendengar semua itu dari ibunya, Kaelus tidak akan terburu-buru mengambil kesimpulan.

Dia tahu bahwa ibunya adalah wanita yang kuat. Alessia bukan orang yang mudah percaya pada siapa pun. Jika ibunya percaya pada seseorang seperti Ziad, pasti ada alasannya.

Tetapi di sisi lain… apakah semua keputusan Ziad benar?

Mengapa dia pergi?

Mengapa dia meninggalkan ibunya?

Jika benar dia mencintai Alessia, bukankah seharusnya dia tetap berada di sisinya? Atau ada sesuatu yang lebih besar yang dipertaruhkan?

Kaelus tidak bisa tinggal diam tanpa mengetahui kebenaran sepenuhnya.

Dia tidak hanya ingin memahami perasaan ibunya. Dia ingin memahami keputusan Ziad.

Pagi itu, Kaelus duduk di depan laptopnya, menelusuri jejak apa pun yang bisa dia temukan tentang pria itu.

Namun, seperti sebelumnya, tidak ada informasi yang memadai.

Ziad bukan orang biasa. Identitasnya telah dipalsukan dengan sangat baik. Semua catatan akademik dan pekerjaannya tersusun dengan sempurna—terlalu sempurna untuk seseorang yang benar-benar hidup normal.

Kaelus menghela napas dalam.

"Kalau aku tidak bisa menemukannya di dunia digital…"

Dia berpikir sejenak.

"...Aku harus mencarinya di dunia nyata."

Menghadapi Ibunya

Kaelus tahu satu-satunya orang yang bisa memberinya petunjuk nyata adalah ibunya.

Dia mendekati Alessia yang sedang duduk di ruang kerjanya, menatap peta besar yang tergantung di dinding. Alessia terlihat lelah, tetapi tetap memiliki aura seorang pemimpin yang kuat.

"Ibu," panggil Kaelus.

Alessia mengangkat wajahnya. “Apa yang kau inginkan?”

Kaelus duduk di seberang meja. "Aku ingin tahu lebih banyak tentang Ziad. Tentang semua yang ibu ketahui."

Alessia menatap putranya dengan tajam. “Kau masih belum puas dengan apa yang aku ceritakan semalam?”

Kaelus menggeleng. "Aku ingin tahu alasan yang sebenarnya. Aku ingin tahu kenapa dia pergi.”

Alessia terdiam sejenak sebelum akhirnya bersandar di kursinya.

“Aku tidak tahu pasti,” jawabnya akhirnya. “Yang kutahu, dia menerima misi baru. Misi yang katanya sangat berbahaya. Tapi aku tidak pernah tahu detailnya.”

Kaelus mengerutkan dahi. “Jadi ibu hanya… membiarkannya pergi begitu saja?”

Alessia menatapnya dengan mata penuh luka. “Kau pikir aku punya pilihan?”

Kaelus terdiam.

“Jika aku menahannya, dia bisa saja dalam bahaya. Jika aku memaksanya tetap di sini, mungkin dia akan mati lebih cepat. Aku harus mempercayai keputusannya… sama seperti aku ingin dia mempercayai keputusanku.”

Kaelus menghela napas berat. “Tapi bagaimana jika dia tidak benar-benar ingin pergi? Bagaimana jika dia dipaksa?”

Alessia terkejut mendengar pertanyaan itu. “Apa maksudmu?”

“Aku hanya berpikir… mungkin ada sesuatu yang lebih besar dari yang ibu bayangkan. Sesuatu yang memaksa Ziad untuk mengambil keputusan ini.”

Alessia terdiam, merenungkan kata-kata putranya.

Kaelus melanjutkan, “Jika ibu benar-benar ingin tahu… aku bisa mencarinya.”

Mata Alessia langsung menatapnya tajam. “Jangan.”

Kaelus mengerutkan dahi. “Kenapa?”

“Karena itu berbahaya.”

“Aku sudah tahu, Bu.” Kaelus menatap ibunya dengan penuh tekad. “Tapi aku tidak bisa diam saja. Aku ingin tahu alasan yang sebenarnya. Aku ingin tahu apakah dia meninggalkan ibu karena keinginannya sendiri… atau karena dia tidak punya pilihan lain.”

Alessia menarik napas panjang. “Kau tidak akan berhenti, kan?”

Kaelus menggeleng.

Alessia akhirnya mengembuskan napas lelah. “Baiklah.”

Kaelus terkejut. “Jadi ibu mengizinkan aku mencari dia?”

Alessia tersenyum kecil, tetapi matanya penuh peringatan. “Aku tidak bisa menghentikanmu, Kaelus. Kau terlalu keras kepala.”

Kaelus tersenyum tipis. “Aku anak ibu, kan?”

Alessia terkekeh. “Benar.”

Tapi kemudian, ekspresinya berubah serius.

“Tapi jika kau benar-benar ingin mencarinya… lakukan dengan hati-hati. Jangan sampai langkahmu membahayakan dirimu sendiri.”

Kaelus mengangguk. “Aku mengerti.”

Alessia lalu berdiri, membuka laci di mejanya, dan mengeluarkan sesuatu. Sebuah flash drive.

Kaelus menatap benda itu dengan penasaran. “Apa itu?”

“Ini semua data yang pernah kukumpulkan tentang Ziad.” Alessia menyerahkannya kepada Kaelus. “Mungkin ini bisa membantumu.”

Kaelus mengambilnya dengan hati-hati.

“Aku akan menemukan jawabannya, Bu.”

Alessia menatapnya dengan ekspresi campur aduk. “Aku tahu.”

Dan dengan itu, pencarian kebenaran tentang Ziad pun dimulai.

1
Shai'er
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Shai'er
itulah kekuatan cinta❤😘
Shai'er
akhirnya 🥳🥳🥳🥳🥳🥳
Shai'er
tak kenal lelah 💪💪💪
Shai'er
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Shai'er
💪💪💪💪💪💪💪💪
Shai'er
💪💪💪💪💪
Shai'er
🤣🤣🤣🤣🤣
Shai'er
🥰🥰🥰🥰🥰
Shai'er
👍👍👍👍👍👍
Shai'er
🤧🤧🤧🤧🤧🤧🤧🤧
Shai'er
😭😭😭😭😭
Shai'er
😮‍💨😮‍💨😮‍💨😮‍💨😮‍💨
Shai'er
🤧🤧🤧🤧🤧
Widayati Widayati
aduh knp imut bgini. 🥰
Shai'er
udah bisa jalan kah🤔🤔🤔
Shai'er
pandang pandangan 🤧🤧🤧
Shai'er
🥺🥺🥺🥺🥺
Shai'er
👍👍👍👍👍
Shai'er
memasang perangkap untuk menyatukan orang tua 💪💪💪💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!