Seorang gadis korban pemerkosaan sampai hamil sehingga dia mau tidak mau harus menikah dengan pria yang sudah beristri karena bayi yang dikandungnya membutuhkan sosok seorang ayah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan pena R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
"Kenapa Kak Meera bilang begitu?' Tanya Mahira tidak percaya.
Meera menghela nafas dan kemudian memegang kedua bahu Mahira. Tubuh Mahira sangat bergetar dan air matanya menetes, Meera mengelap air mata Mahira..
"Mahira kamu masih muda, jalan hidup mu masih panjang. Kamu lihat Dinda dan juga Dani. Mereka masih membutuhkan Papanya." Ucap Meera.
"Tapi kedua bayiku juga lebih membutuhkan Papanya!" Ucap Mahira.
Meera mendorong Mahira sampai membentur dinding, Mahira merintih kesakitan dan segera berdiri dari sofa. Meera menatap Tajam membuat Mahira bergidik ngeri.
"Aku tidak mau tahu, setelah kamu melahirkan kamu segera pergi dari keluarga kami, kamu mau menikah Dengan Evan atau tidak aku tidak perduli yang terpenting kamu harus pergi."
Meera menyeret Mahira keluar dari ruangan rawat Dinda dan menutup pintu ruangan dengan keras.
Mahira merasa sesak. Ia mencoba untuk duduk di kursi panjang dekat ruangan yang merawat Dinda.
Mahira sangat sedih dengan ucapan Mahira, disaat Nando mulai menerima kehadirannya, justru kini Meera malah sebaliknya.
Mahira mengontrol air matanya yang tumpah tanpa ampun. Ia mencoba untuk menenangkan dirinya.
"Kamu pasti kut Ra!!!!Kamu bisa hidup tanpa Mas Nando! Kamu bisa makan dan menghidupi anak anak kamu tanpa Mas Nando. Ya aku harus pergi, kasian Kak Meera , karena aku dia harus menderita seperti ini."
Nando datang, ia melihat Mahira yang mengelap air matanya. Mahira tersenyum ke arahnya seolah semuanya baik baik saja.
"Ra, ada apa? Kenapa kamu menangis?"
"Mas Nando, antar saya pulang!"
Nando pun mengangguk, namun sebelumnya ia berpamitan dengan Meera. Nando melihat Meera lagi menangis. Meera mengusap air matanya.
"Kalian bertengkar?" Tanya Nando.
Meera berusaha untuk tersenyum dan menggeleng. .
"Tidak, aku hanya menangisi anak anak kita saja."
Nando mengusap kepala Meera dan mengecup kening nya, Meera lalu memeluk Nando dengan erat. Seolah tak mau kehilangan suami nya itu.
"Maafkan aku sayang!" lirih Nando.
Nando merasa menyesal telah berkali kali menyakiti sang istri tercinta. Perbuatannya memang menyakiti banyak orang termasuk anak anaknya.
"Jika Mas Nando masih sayang kami, maka tinggal kan Mahira!"
Nando hanya terdiam, ini adalah pilihan yang sulit untuk nya . Dia sudah terlanjur mencintai Mahira. Ia tak kan mudah untuk melepaskan begitu saja. Walaupun dulu ia tak menginginkan nya.
"Aku sudah berusaha untuk bersikap adil untuk kalian, jadi aku mohon jangan membuat Mas darah tinggi!" Ucap Nando.
"Ku mohon sekali lagi untuk meninggalkan Mahira. Demi anak anak kita."
Nando terdiam, ia tak mau menjawab ucapan Meera. Nando tidak ingin memperkeruh suasana..
Dia juga tidak ingin untuk mengambil keputusan yang salah. Dia akan mencoba menjadi suami untuk dua orang istri dan ayah untuk ke empat anaknya.
Nando serakah? Benar, ia menginginkan mereka semua supaya tetap bertahan di samping nya.
"Meera, aku harus mengantar Mahira pulang dulu, setelah itu aku akan ke kantor polisi untuk menebus Dani, aku akan kembali lagi kesini lagi secepatnya." Ucap Nando.
"Meera mengangguk. Nando mencium kening nya dan berpamitan untuk keluar. Nando keluar dan mendapati Mahira sudah tidak ada disana.
Nando mencari keberadaan Mahira sampai ia bertemu dengan Dokter Rendy yang seperti berbicara pada Mahira.
"Ra, rupanya kamu ada disini?" Ucap Nando.
"Mas Nando...."
"Ayo kita pulang!" Ucap Nando.
Mahira mengangguk, Nando menggandeng nya dan membawa nya menuju ke tempat parkir.
Dokter Rendy menatap sinis ke arah Mahira. Ia seolah tak menyukai gadis itu. Setelah sampai mobil Mahira hanya terdiam membisu. Dia teringat ucapan Dokter Rendy tadi.
"Jika kamu perempuan pasti kamu tidak akan merusak rumah tangga orang lain. Meera sangat baik padamu, harusnya kamu membalas kebaikan nya." Ucap Dokter Rendy.
Mahira menetes kan air mata lagi. Nando yang melihat langsung menangkup wajah nya.
Air mata Mahira kini mengalir deras, kehidupan nya yang sangat berat membuat nya bingung. Kenapa dia harus menjalani hidup seperti ini?.
"Ra, ada apa lagi? Meera bilang apa sama kamu?"
Mahira menggeleng, tak ada pilihan lain selain bertahan dengan Nando, karena dia sudah tidak punya siapa siapa lagi untuk tempat dia pulang. Nenek nya sudah meninggal, paman nya telah mengusir nya. Kini dia hanya punya Nando.
"Akhhhhh....."
Mahira kesakitan tatkala bayinya menendang dengan kuat, dia memegangi perutnya. Nando reflek mengelus perut Mahira.
"Anak Papa mulai nakal ya?" Ucap Nando.
"Mas, aku ingin kita berpisah saja." Ucap Mahira.
Nando menatap nya tajam. Ia memalingkan wajah sudah beberapa kali Mahira meminta untuk berpisah dari nya. Mahira menggenggam tangan Nando, ia meyakinkan kalau dia bisa hidup bertiga dengan anak anak nya saja
"Kenapa pikiran kamu hanya berpisah saja? Kamu tidak memikirkan konsekuensinya jika berpisah dengan ku? Jika aku mentalak mu maka kamu tidak akan mendapatkan harta dariku, lalu setelah itu hidup mu bagaimana? Aku tidak akan mungkin memberikan uang sepeser pun jika kamu masih meminta berpisah." Ancam Nando.
"Setiap anak pasti akan mendapatkan rezeki nya sendiri. Buktinya saya dari kecil hingga sekarang masih bisa hidup, walaupun tiap hari jarang makan. Saya sudah terbiasa hidup sendiri." Ucap Mahira.
Nando memandang jengah, ia tak mau memperkeruh suasana. Mahira menunggu respon dari Nando, namun pria itu tak menghiraukan nya.
"Mas ..??"
"Aku lelah , jangan mengajak aku berdebat!"
Mahira mengangguk paham, Nando pasti sangat kelelahan karena baru pulang dari kampung halaman Mahira.
Pikiran Nando saat ini sangat bingung, banyak sekali masalah yang menghampiri nya.
Andai saja Nando bisa memilih mereka berdua tapi dia tidak boleh egois.
Sesampainya di apartemen. Mahira malam ini harus tidur sendirian, sebelum masuk Nando mengecup pipi Mahira dan menyuruh Mahira masuk dan mengunci pintu.
Setelah memastikan pintu terkunci dari dalam, Nando kembali ke mobilnya untuk menjemput Dani yang masih di tahan di kantor polisi. Ulah putra nya itu cukup membuat nya pusing.
*
**
Kini Dani sudah keluar dari kantor polisi. Dani berjalan mendahului Papa nya. Nando merasa jika memang Dani sengaja untuk menyusahkan nya.
Dani duluan masuk mobil lalu Nando menyusul nya.
"Kenapa kamu terus saja membuat ulah?" Tanya Nando.
Dani hanya diam, ia memandang kaca mobil melihat suasana jalanan yang makin sepi. Nando mencoba menyabarkan dirinya sendiri.Dani masih labil jadi Nando selalu memakluminya kesalahan nya.
"Dani sekali lagi kamu membuat ulah maka papa tidak mau menebus kamu lagi." Ancam Nando.
Masih sama, Dani tak menjawab. Nando sebisa mungkin untuk tidak marah padanya.
Dani meminta untuk di antar pulang kerumah. Nando pun mengantar nya, Setelah mengantar Dani pulang, Nando pun menyuruh Pak Ibnu melajukan mobilnya ke rumah sakit.
sakit hati ku baca nya...
semoga ending nya Mahira dgn laki² lain yg lebih menyayangi nya dgn tulus...
semangat Kaka.. karyamu bagus..