HAPPY READING. . .
MENTARY SAFIRA PUTRI anak broken home yang lebih memilih untuk bekerja dari pada melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, gadis mandiri cantik dan pintar.
AXCEL PUTRA DEWANGGA seorang pengusaha muda yang sukses tapi tidak dengan pernikahannya karena harus kandas ditengah jalan, janji suci yang dinodai oleh sang istri dengan berselingkuh membuat AXCEL memutuskan untuk bercerai.
" Tar pilih duda apa perjaka." tanya Clara teman Tary.
" Nggak ada angin nggak ada ujan tiba-tiba nanya gituan waras lo."Jawaku.
" Lo tau nggak anak pemilik toko roti tempat kita kerja, ternyata oh ternyata duda mana ganteng banget lagi." ujar Clara senyum-senyum nggak jelas sambil meluk guling.
" Sinting kali nih anak senyum-senyum nggak jelas." gumam Tary sambil gelang-geleng kepala.
penasaran seganteng apa dudanya terus pantengin cerita aku yah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Revan Fernando, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kebersamaan Zayan dan tary
Sesampainya keempat pria itu di pusat perbelanjaan, mereka semua menjadi pusat perhatian kerena parasnya yang tampan, bak artis Korea.
Sampainya ditempat permainan Axcel pun mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan putranya, saat pandangannya menemukan apa yang dicari ia pun berjalan sedikit mendekat tapi tidak terlalu dekat diikuti ketiga sahabatnya.Dia memperhatikan dari jarak yang agak jauh dibelakang mamanya.
" Mami sebelah sini mi." tunjuk Axcel dengan heboh kearah boneka kelinci yang ada di kotak mesin capit.
" Tar, dikit lagi dikit lagi tar ayo ayo yah gak kena! coba lagi tar cepet itu boneka kelincinya dikit lagi kena!." ucap Clara kepada Tary dengan heboh, Clara pun menempelkan kartunya pada mesin capit boneka itu.
" Buruan ih ."
" Susah anjir. "
" Mami ayo coba lagi." akhirnya Tary pun mencoba lagi.
" Konsentrasi Tar biar dapet masa kita kalah ama bocil tadi."
" Bocil tadi tuh cuma kebetulan aja kali."
" Ya udah cepet mulai ih lama."
" Mami ayo mih semangat."
" Kanan Tar, eh eh kiri dikit kiri dikit capit tar."
" Yah gak kena." ucap Clara dan Zayan bersamaan.
" Coba lo jangan cuma teriak-teriak aja, dikiranya gak susah kali yah!"
" Awas gue yang main pasti langsung dapet." dengan percaya dirinya Clara menggeser posisi Tary.
" Ayo semangat Tante cantik!"
" Kiri kiri Ra, dikit lagi ambil Ra yah payah gak kena. Susah kan?"
" Perasaan kita disini dah satu jam deh tar masa gak dapet apa-apa."
" Lah dapet kok."
" Dapet apaan anjir."
" Lah dapet hikmahnya."
Tary dan Clara pun saling pandang lalu tertawa.
Ha . . .ha . . .ha
" Gabut banget kita disini sejam anjir, tar cari makan Yo? laper gue disini cuma dapet hikmah doang."
" Zayan mau ikut kakak cari makan gak?"
" Mau mami."
" Kuy lah cabut, awas lo kapan-kapan gue main lagi kalo gak kena gue sumpahin lo gak keluar dari sini selamanya." ucap Clara gak jelas.
" Ra Lo masih waras kan?"
" Sialan lo, ya kali gue gila cuma gara-gara mesin capit boneka gue tuh cuma gondok sama nie mesin dah. Yo cari makan leper gue."
Saat mereka berbalik badan tiba-tiba pandangan Tary dan Axcel bertemu.
DEG
Jantung tari tiba-tiba berdebar kencang, semenjak Bu Nina berniat menjodohkan dia dan anaknya.Tary merasa canggung jika bertemu dengan Bu Nina apa lagi ini anaknya yang notabennya seorang yang akan di jodohkan dengannya.
" Papi." teriak Zayan saat melihat papinya berdiri tidak jauh di belakang omanya, Zayan berlari menghampiri papinya.
" Sejak kapan anak itu di belakang, bukannya nyamperin malah diam aja di situ." gumam Bu Nina pelan.
" Boy, jangan lari-larian nanti kamu jatuh." ucap Axcel berjalan menghampiri anaknya diikuti ketiga sahabatnya.
" Hai boy kamu kangen gak sama om?" tanya Hendra.
" Kangen om kenapa om udah lama gak main ke rumah Zayan lagi, bosen ketemu papi yah om?"
" Boy."
"He . . He becanda papi pis."
" Ha . .ha . . ha . Iya om bosen ketemu papi kamu soalnya papi Zayan nyeremin."
" Tar mereka berempat kaya idol Korea gak sih ganteng-ganteng banget, karunggin satu bawa pulang boleh gak sih?"
" Gak usah ngadi-ngadi lo deh."
" Sumpah gila senyumnya manis banget tar, kayanya gula aja kalah deh manisnya."
"Dah ah, Yo cari makan katanya laper."
" Gak samperin mereka dulu tar ajak kenalan gitu, siapa tahu dapet bonus nomer WhatsApp." ucap Clara cengengesan. Yang ditanggepin dengan delikan mata oleh Tary.
" Yang ada Lo mah di kasih nomor togel."
" Anjir nomor togel gak tuh."
" Mami, Tante cantik sini Zayan kenalin sama papi dan teman-teman papi."
" Aduh Zayan emang pengertian banget dah, tau aja kalau gue pengen kenalan sama cogan- cogan itu siapa tahu kan ada yang nyantol satu buat nafkahin gue ya gak Tar?"
" Serah lo." perlahan mereka berdua pun menghampiri Zayan dan yang lainnya.
" Mah, jadi maksudnya dia yang mau mama jodohin sama aku?" tanyanya pelan saat melihat Tary dan temannya berjalan ke arahnya, tapi masih bisa didengar oleh ketiga sahabatnya.
" Hmmm."
" Tapi sayang kamu nolak, padahal mah dia anak yang baik pekerja keras juga mandiri."
" Kalau seandainya Axcel terima perjodohan ini apa mungkin dia mau, sedangkan aku kan duda anak satu mah?"
" Jadi maksudnya kamu mau terima perjodohan ini?"
"Hmmm." jawaban Axcel seketika langsung membuat mama dan ketiga sahabatnya bengong, mereka gak nyangka kalau Axcel mau terima perjodohan ini padahal tadi dikantor dia uring-uringan soal perjodohan ini.
" Mami, Tante cantik kenalin ini papi Zayan, kalau ini om Alex, yang ini om Hendra,dan satu lagi ini om derren."
" Pi, om ini mami dan Tante cantik nya Zayan."
"Namanya siapa boy." ucap derren."
"Ini mami Tary, dan ini Tante Rara."
" Pih Zayan laper."
Axcel mengelus kepala anaknya, lalu menganggukkan kepalanya. "Ayo kita cari makan boy."
" Mmm maaf Bu kita berdua izin gak ikut yah."
" Loh tadi mami sama Tante cantik katanya laper, kok gak ikut kita makan bareng yah mih." ucap Zayan menggoyangkan tangannya.
" Mami ikut yah, plis." ucap Zayan dengan muka polosnya
" Tapi~
Sebelum tari menyelesaikan ucapannya Bu Nina sudah berkata duluan.
" Udah kalian ikut aja, ayo jalan." akhirnya Tary dan Clara pun mengikuti mereka berjalan ke arah food court. Axcel memilih restoran seafood karena Zayan sangat suka dengan seafood. Merekapun mencari tempat duduk.
" Zayan tadi main apa aja."
" Banyak pih, ada capit boneka, basket, trus foto di dalem box papi." ceritanya dengan sangat gembira.
" trus Zayan dapet apa pas main capit boneka?" tanya derren.
" Kata mami Ama Tante cantik dapet hikmahnya doang om." pecah sudah tawa ketiga sahabat Axcel, sedangkan Axcel, baby sister, dan mamanya hanya tersenyum. Lain lagi dengan kedua orang yang jadi tersangka mereka cuma bisa menahan malu dan gemes dengan ucapan bocah gembul itu yang terlalu jujur.
Ha . .ha . .ha . .
Obrolan mereka terhenti ketika pelayan datang mengantarkan makanan untuk mereka. Seketika perut Tary dan Clara langsung keroncongan melihat banyaknya makanan yang Axcel pesan untuk mereka makan.
" Mami, Zayan mau makan pakai ikan." Zayan menunjuk ikan asam manis yang terlihat menggugah selera.
Tary menganggukan kepalanya, setelahnya mereka semua menyantap makan yang ada dimeja. Sedangkan Tary masih menyuapi Zayan makan.
" Zayan sama sus yah makannya biar mami makan dulu."
" Gak papa sus saya nanti aja, kamu makan aja dulu gak papa."
" Baik mba, makasih." yang dibalas dengan anggukan kepala.
" Pelan-pelan makanya boy."
Zayan hanya menganggukan kepalanya, energi bocah itu sudah terkuras habis untuk berlarian ke sana ke mari memainkan beberapa permainan dan wahana sehingga terlihat sangat lapar.
"Setelah ini kamu makan." kata Axcel membuat atensi semua orang melihat kearahnya termasuk Tary.
" Ada apa dengan kalian kenapa menatapku seperti itu? Ada yang salah dengan ucapanku?"
" Gak ada yang salah, Axcel kan selalu bener ya gak tan?"
" hmmm, gak salah kok kita aja yang salah, udah lanjut makan lagi."
Setelah mereka selesai makan, Tary memutuskan untuk berpamitan karena ada sesuatu yang harus ia beli. Tapi Bu Nina mencegahnya dia berkata akan mengantarnya pulang, akhirnya Tary pun tidak bisa menolak dan merekapun menuju parkiran mobil.
Dengan Zayan yang minta gendong dengan tary, awalnya Axcel meminta agar dia yang menggendong anaknya tapi bocah gembul itu menolaknya.
" Boy gendong sama papi yah kasian mami kecapean." kata Axcel yang membuat semua orang terbengong-bengong tak terkecuali Tary sendiri, bisa-bisanya lelaki itu menyebutnya mami.
" mau sama mami aja." ucapnya semakin mengeratkan pelukannya.
Sekarang, Zayan sudah tertidur hanya keheningan yang menemani perjalanan mereka menuju parkiran.sesampainya diparkiran Axcel membukakan pintu mobil untuk Tary.
" Cel, kita cabut duluan yah." kata derren diikuti oleh kedua sahabatnya.
" Lex lo balik kekantor gak?"
"hmmm, kenapa?"
" Titip kantor gue gak balik ke kantor lagi."
" ok, kita duluan tan."
" Iya kalian hati-hati dijalan."
Di sepanjang perjalanan tidak ada satupun dari mereka yang membuka obrolan, sampai Bu Nina yang buka suara memecah keheningan di mobil tersebut.
" Kalian berdua gak masalahkan ke rumah ibu dulu buat ngantar Zayan, nanti baru Axcel anak ibu antar kalian ke kontrakan?"
" Enggak sama sekali ko Bu." ucap Clara.
Sesampainya di rumah Bu Nina, Axcel pun keluar berjalan mengitari depan mobil lalu membukakan pintu untuk Tary. Perlakuan axcel tidak luput dari semua orang yang ada di situ termasuk papa dewa yang berdiri di teras rumahnya.
" Hati-hati ." ucapnya dan salah satu tangannya ia letakkan di atas kepala Tary supaya tidak terbentur.
" Njir, soswit banget." ucap Clara lirih, tapi masih bisa didengar oleh Bu Nina dan suster Zayan.
" Menurut kamu cocok gak Ra." ucap Bu Nina, tiba-tiba membuat Clara kaget.
" Astaghfirullah." seru Clara spontan.
" maaf ibu ngagetinyah."
"He . .he . .he enggak ko bu." jawab Clara tertawa canggung.
" udah yo masuk dulu." akhirnya Clara mengekor dibelakang Bu Nina.
" Siang pak." sapa Tary canggung.
" siang, itu Zayan ketiduran kamu bisa langsung bawa dia ke kamarnya gak papa kan?"
" Iya gak papa kok pak."
"Ayo kamu ikut saya." Tary pun mengekor dibelakang Axcel .
" Baringgin aja di atas kasur." lantas Tary pun membaringkan Zayan di atas kasur.
" Terima kasih udah buat anak saya bahagia." Ucap Axcel, saat Tary akan keluar dari kamar Zayan.
"Sama-sama mas."
DEG
Hanya dengan satu kata mas keluar dari bibir perempuan itu, sudah cukup membuat jantung Axcel berdebar-debar. Sungguh murahan sekali jantungnya.
Saat mereka sedang menuruni tangga tiba-tiba Axcel berkata.
" Soal perjodohan yang mama bilang ke kamu apa tanggapan kamu."
" maksud mas apa yah saya gak ngerti?"
" Soal mama yang kepengin kamu jadi ibu sambung untuk Zayan, apa kamu mau?"
" Maaf sebelumnya mas, aku cuma mau nikah sekali seumur hidup jadi aku masih pertimbangkan keputusannya."
"Apa karena saya seorang duda anak satu." Tanya Axcel penuh selidik.
" Aku gak pernah mempermasalahkan setatus mas, cuma aku masih ragu apa aku bisa jadi ibu sambung yang baik karena aku sendiri gak punya pengalan menjaga anak kecil. Apa mas sendiri menerima tawaran mamanya mas untuk merima aku jadi ibu sambung Zayan?" ucap Tary panjang lebar, sedangkan si empunya yang diajak ngobrol malah senyum-senyum gak jelas.
"Saya terima perjodohan ini." ujar Axcel, dia suka dengan jawaban perempuan yang ada dihadapannya.
" Kalian berdua mbokya kalau mau ngobrol cari tempat yang nyaman bukan berdiri ditangga."
" Eh Bu, maaf kita cuma ngobrol biasa kok." panik Tary, sedangkan Axcel yang melihat kepanikan perempuan itu justru tersenyum.
" Ngobrol yang gak biasa juga boleh kok, ibu gak ngelarang cuma saran ibu cari tempat yang nyaman jangan di tangga."
Akhirnya keduanya pun lanjut menuruni tangga, dan menuju ruang tamu.
" Sini nak diminum dulu tehnya, bibi udah bikinin kamu teh ada cemilannya juga."
" Makasih banyak pak."
Setelah mereka menghabiskan minuman dan beberapa cemilan, Tary dan Clara pun pamit untuk pulang karena hari juga sudah mulai sore.
" maaf pak, Bu saya sama Clara mau pamit dulu, hari juga udah mulai sore.
" Baik lah kalian berdua hati-hati dijalan yah. Cel antar mereka berdua ke kontrakan mereka ."
" siap mah kalau gitu aku pergi antar mereka berdua dulu, assalamualaikum."
"waalaikumsalam."jawab mama dan papanya Axcel kompak