Tragedi Ranjang Kakak Tiri

"Apa yang kau katakan?." Sengaja Ares seolah tak mengerti ucapan kakaknya.

Andrew tersenyum. "Aku kakakmu lebih mengenal dirimu lebih daripada papa, sejak malam pertama Nao dibawa ke rumah kita, sorot matamu sudah menjelaskan semuanya."

"Dia hanya adik itik yang merepotkan!." Sergah Ares masih dengan wajah dinginnya.

"Itu panggilan sayangmu padanya, right?."

Ares diam tak menjawab ia malas jika kakaknya sudah main jebak menjebak.

"Dan tato mata indah itu persis sekali dengan Nao." Lanjut Andrew.

"Sudahlah karena beberapa jam lagi akan ada pertemuan aku harus....

"Ares jika kau memang tak memiliki hubungan dengan Nao, maka kakak akan membiarkan Mark menemuinya dan kau tak berhak untuk melarang Nao."Potong Andrew.

Tentu saja Ares tak mau itu terjadi. "Ck! ya aku dan Nao memiliki hubungan, jauh sebelum Nao pindah ke mansion Leonardgo kita lebih awal bertemu. Puas?."

Andrew diam saat mendengar pengakuan secara langsung dari adiknya.

"Aku tak bisa menahan diri, aku tahu ini salah begitu pun juga dengan Nao. Dia berhasil mencuri hatiku yang begitu jijik dengan percintaan." Jelas Ares terus terang.

Andrew yang juga menyadari perubahan Ares tak bisa menyangkal itu, ia tahu prinsip adiknya dulu yang memilih bermain dengan banyak wanita daripada menikah dan selama hampir 5 bulan ini Ares berhenti.

Tentu jadi pertanyaan besar bagi Andrew dan benar saja Naomy Laura Gilbert jawabannya. "Kau tidak salah."

"Bisa sembunyikan ini dulu?." Ujar Ares.

Andrew menghela nafas sekilas. "Harusnya memang tak harus terjadi tapi jalanilah aku juga senang Nao membawa perubahan pada dirimu."

"Namun ingat." Timpal Andrew menyentuh pundak adiknya. "Jangan dulu membuat Nao hamil sebelum hubungan kalian diketahui dan direstui, tahan dirimu walaupun ini pasti menyiksa. Salah sendiri mencintai adik tiri, right?."

Ares terkekeh dengan perkataan sang kakak.

"Ingat jangan lupa pakai kond*m yang diproduksi perusahaanku." Lanjut Andrew sengaja yang memang memiliki saham, salah satunya merupakan pabrik alat kesehatan yang memproduksi ******, alat suntik, sarung tangan dan produk alat kesehatan lainnya.

Adik dan kakak itu tertawa mencairkan suasana.

"Kau promosi?." Timpal Ares.

"Tidak juga."

Setelah selesai menandatangani berkas penting, Ares menyerahkan kembali pada Andrew. "Sudah ku tandatangani."

"Aku tak akan lama di sini, bersenang-senanglah dan ingat pesanku." Lanjut Andrew yang diangguki Ares, setelahnya ia berlalu pergi dari sana.

.

Malam hari

Nao kembali pulang setelah projek itu selesai, Sarah langsung menghampiri putrinya. "Bagaimana sayang?."

Nao membalas ciuman sang mama pada pipinya. "Sangat menyenangkan."

"Ada apa dengan raut wajahmu tak seperti biasanya?." Selidik Sarah yang menggandeng tangan putrinya untuk masuk ke dalam. "Apa bertemu rekan kerja pria yang...

"Enggak ma hanya saja ini sangat menyenangkan." Potong Nao.

"Oke-oke baiklah."

Keduanya masuk, di ruang tamu ada Agam juga Ares yang sedang duduk santai menonton televisi.

"Sudah pulang?." Tanya Agam.

"Iya pah."

Nao melirik Ares yang juga menatapnya. Lewat tatapan itulah seolah keduanya berbicara.

"Aku meninggalkan adik itikku duluan." Ujar Ares yang membuat Nao memutar mata malas.

"Ayolah, ma pa dia masih menyebutku dengan sebutan itu."

Agam dan Sarah terkekeh. "Sudah, kalian sekarang kelihatan semakin akur mama suka."

"Hmmm iya-iya." Mengalah Nao yang memilih memasuki kamar untuk istirahat. Saat berbalik Nao menyunggingkan senyum manisnya, sementara Ares menatap Nao hingga hilang dari pandangan.

Sesampainya di kamar Nao meletakkan koper ia merebahkan tubuhnya pada kasur.

Dalam waktu bersamaan Nao mendapat pesan, wanita cantik itu langsung melihatnya.

Ares : "Tidak ada sapaan manis untuk kekasihmu sendiri?."

Nao tersenyum sekilas : "Haish, aku masih menganggap mu sebagai kakak angkuh yang menyebalkan!."

Melihat balasan dari Nao, Ares menggigit bibirnya dan itu dilihat oleh Agam juga Sarah.

"Apa wanitamu yang waktu itu sayang?." Tanya Sarah yang penasaran.

Raut wajah Ares kembali seperti semula. "Iya baru-baru ini kita sering bersama ma." Balas Ares seraya berdiri melepas kaos putihnya, ia bersiap seperti biasa untuk berenang di malam hari.

"Kapan mau memperkenalkannya kepada kita?." Timpal Agam.

"Jangan terburu-buru sebenarnya papa juga sudah mengenalnya." Sengaja Ares setelahnya ia berlalu menuju kolam renang.

"What???." Agam dibuat menebak.