Alvian, seorang pria muda nan tampan menginginkan sosok seorang Istri yang cantik dan aduhai.
Ia terpaksa harus menelan kekecewaan saat orang tuanya justru menjodohkan dia dengan Aylin, seorang perempuan tertutup dan bercadar.
Hal itu membuat Alvian berbuat sesuka hati agar Aylin tak kuat menjalani bahtera rumah tangga dengannya dan meminta untuk berpisah.
Namun, siapa sangka hal itu justru menjadi bumerang bagi dirinya sendiri setelah dia tahu kalau di balik cadar istrinya, tersembunyi paras cantik yang selama ini sangat ia idam-idamkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Bukankah aku sudah berkata dengan jelas kalau makanan itu untuk," jawab Aylin masih berusaha tenang.
"Bukankah aku juga suamimu, jadi lebih baik kamu memikirkan perutku daripada perut anak orang lain," kilah Alvian.
"Tadi kan Mas Alvian sendiri yang mengatakan kalau akan makan di luar. Jadi, aku hanya masak untukku dan Byan saja. Ya sudah, aku besok masak lagi saja," jawab Aylin santai.
Alvian hanya melirik saja, saat Aylin mengambil piring kotor miliknya dan tanpa sengaja ia bisa mencium aroma tubuh Aylin.
"Astaga, kenapa dia bisa wangi sekali sih?" batin Alvian reflek memundurkan tubuhnya dari Aylin.
Aylin seketika merasa heran, ia merasa suaminya seolah seperti terlihat jijik padanya karena selalu menghindar.
Namun, Aylin lebih memilih bersikap masa bodoh dan segera membawa piring kotor itu untuk dicuci.
"Sekalian ambilkan minum dong!" pinta Alvian.
"Iya, Mas, sebentar," jawab Aylin.
"Besok masak itu lagi ya!" perintah Alvian dengan raut wajah datar.
"Dagingnya habis, tadi hanya beli sedikit," sindir Aylin karena suaminya tidak memberi jatah uang belanja.
"Makanya kalau belanja yang banyak sekalian," ejek Alvian.
"Kan semua uangku sudah di pakai untuk membeli peralatan masak dan yang lainnya sampai habis banyak. Kamu juga sebagai suami tidak memberiku uang nafkah dan malah membelikan selingkuhanmu mobil," jawab Aylin tak mau kalah.
Alvian yang merasa tersudutkan, langsung pergi begitu saja.
"Huh, enak saja memintaku untuk bertugas sebagai istri, tapi dia sendiri lupa kewajibannya sebagai suami," batin Aylin kesal bukan main.
Setelah selesai, Aylin memenuhi botolnya dengan air putih lalu kembali ke kamar.
Namun, baru saja ia selesai menutup pintu, tiba-tiba pintu kamarnya di ketuk seseorang.
"Ada apa?" tanya Aylin seraya membuka pintu.
"Ini uang untuk belanja, awas saja kalau kamu sampai mengadu pada Papa jika aku tidak memberimu uang nafkah," ancam Alvian seraya menyodorkan sebuah amplop coklat yang cukup tebal.
Aylin menerima amplop itu, yang ternyata isinya lumayan banyak.
Sebenarnya soal uang ia tidak merasa kekurangan, hanya saja ia ingin mengingatkan pada Alvian agar bisa bertanggung jawab sebagai seorang suami.
Aylin juga merasa sedikit terharu saat menerima uang nafkah pertamanya.
**
**
Setelah menjalankan shalat subuh Aylin segera pergi ke dapur untuk memasak.
Beruntung daging yang kemarin ia beli masih tersisa, karena kemarin ia berkata habis hanya untuk menggertak Alvian saja.
Kali ini Aylin memasak dengan semangat, ia ingin membuat suaminya itu berhenti merendahkannya lagi.
"Akan aku buktikan, jika aku memiliki nilai bukan hanya dari kecantikan semata. Suatu saat kamu akan mengakuinya meskipun kamu belum melihat wajahku," batin Aylin.
Dengan sepenuh hati ia memasak pagi itu, sebelum menyajikannya di atas meja, tak lupa ia menyisihkan untuk Byan.
Selesai memasak Aylin langsung mandi dan bersiap-siap untuk berangkat kerja.
Saat menuruni tangga ia bisa melihat dengan jelas bagaimana ekspresi Alvian yang tampak berbinar menikmati masakannya.
"Mas Alvian, rasanya aku ingin sekali mengambil cermin agar kamu bisa melihat wajahmu sendiri yang begitu senang saat memakan masakanku," batin Aylin menahan tawa.
Aylin langsung duduk dan ikut makan tanpa menyapa Alvian sama sekali. Begitupun dengan Alvian yang hanya fokus makan.
Setelah keduanya selesai sarapan, barulah Aylin buka suara.
"Mas Alvian, mulai hari ini aku juga sudah mulai berkerja. Jadi, mungkin aku tidak punya waktu untuk membersihkan rumah. Boleh tidak jika aku mencari satu saja asisten rumah tangga?" pinta Aylin.
"Baca novel di taman saja ada waktu," jawab Alvian sinis.
"Kalau itu, aku juga butuh hiburan, Mas."
"Baiklah, tapi hanya untuk beres-beres rumah saja, soal masak tetap kamu yang mengerjakan. Enak sekali jadi istri maunya berdiam diri saja," jawab Alvian ketus.
Aylin tersenyum senang, walau jawaban suaminya sungguh sangat tidak enak di dengar.
Setidaknya ia tidak akan terlalu merasa lelah kedepannya.
Selesai makan, Aylin membawa piring kotor ke dapur dan mencucinya.
Sedangkan Alvian hanya duduk bersantai sambil memakan buah.
"Mas Alvian tidak berangkat kerja?" tanya Aylin.
"Kamu lupa kalau aku bosnya, jadi mau berangkat kapan saja terserah aku," jawab Alvian.
"Hem ... Ya sudah kalau begitu aku berangkat dulu," pamit Aylin mencoba bersikap sopan.
"Eh, itu apa?" tanya Alvian fokus pada kotak makan yang dibawa Aylin dari dapur.
"Oh, ini nasi dan lauk untuk Byan," jawab Aylin tetap ramah.
"Letakkan! Aku tahu itu untuk Riko kan? Kalian bekerja di satu Universitas," tuduh Alvian.
"Ya Allah, Mas. Jangan suka menuduh seperti itu. Sumpah, makanan ini untuk Byan," sergah Aylin kesal karena suaminya selalu berburuk sangka.
"Berikan padaku! Aku juga mau bawa bekal makan," sela Alvian merebut kotak tersebut dari tangan Aylin.
Aylin hanya bisa menganga lebar, karena ia tahu selama ini suaminya tidak pernah membawa bekal makan dari rumah.
"Kenapa lihat-lihat? Kamu mau mengeluh karena membuatkan suamimu bekal makan?" sentak Alvian.
"Ti ... Tidak, jika tahu Mas Alvian juga mau membawa bekal makan, aku akan membuat dua tadi," jawab Aylin pasrah.
"Makanya jadi istri itu harus peka! Kalau aku sampai kurus, itu gara-gara kamu!" sergah Alvian.
Aylin hanya bisa mengatupkan bibirnya, ingin sekali ia menertawakan suaminya yang bersikap aneh dan tak masuk akal.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam," jawab Alvian cuek.
Aylin memilih langsung berangkat dari pada ia terlambat, ia mengecek motornya terlebih dulu karena beberapa saat yang lalu sempat masuk bengkel.
Saat dalam perjalanan, Aylin mampir ke pom bensin untuk mengisi bahan bakar yang ternyata antrian cukup panjang.
Saat sudah masuk ke dalam antrian, tiba-tiba saja sebuah mobil mewah juga ikut antri di sana.
Si pemilik mobil sengaja berhenti tempat di samping motor Aylin dan hampir saja menyentuh motor miliknya.
"Heh, bisa minggir tidak sih?" bentak si pemilik mobil.
Aylin seketika menoleh dan melihat si pemilik mobil ternyata adalah Riana yang tak lain adalah kekasih suaminya.
"Maaf, tapi sepertinya yang harus minggir adalah kamu. Sudah jelas dari tadi aku diam di sini dan jalur mobil ada di sebelah sana!" tegur Aylin tegas namun tetap elegan.
"Iya, Mbak. Jalur mobil di sana!" timpal salah satu pengendara motor yang lain.
"Dasar OKB, baru punya mobil begitu saja sudah sombong!" timpal yang lainnya mengejek Riana.
Aylin hanya menggelengkan kepalanya karena melihat Riana yang di sindir orang-orang.
Riana yang merasa tak terima, justru melampiaskan amarahnya pada Aylin.
"Yah ... Dari pada jadi istri tak dianggap. Aku saja dibelikan mobil mewah, masa istrinya naik motor buntut seperti itu," ejek Riana tertawa puas lalu melajukan mobilnya menjauh.
Aylin sama sekali tidak terpancing emosi, karena memang itulah kenyataannya.
Lagipula jika hanya untuk membeli mobil yang jauh lebih mewah dari Riana ia tidak perlu merengek meminta pada suaminya.
Hanya saja ia merasa lebih nyaman naik motor agar tidak terkena macet saat di pagi hari.
************
************
Lanjuuuut kakak 💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼