Menceritakan seorang pemuda bernama Darren yang kehidupannya tampak bahagia, namun terkadang menyedihkan dimana dia dibenci oleh ayah dan kakak-kakaknya karena sebuah pengakuan palsu dari seseorang.
Seseorang itu mengatakan bahwa dirinya sebagai pelaku atas kecelakaan yang menimpa ibunya dan neneknya
Namun bagi Darren hal itu tidak penting baginya. Dia tidak peduli akan kebencian ayah dan kakak-kakaknya. Bagi Darren, tanpa mereka dirinya masih bisa hidup bahagia. Dia memiliki apa yang telah menjadi tonggak kehidupannya.
Bagaimana kisah kehidupan Darren selanjutnya?
Yuk, baca saja kisahnya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandra Yandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Suasana tampak tegang. Semua orang terdiam. Hanya tatapan matanya sebagai perwakilan saling menatap satu sama lainnya.
Jika keenam mahasiswi itu dan sang rektor menatap dengan ketakutan. Sementara Darren, Gilang, Darka dan sahabat-sahabatnya menatap dengan tatapan Intimidasi.
"Bagaimana, Nona Sashi? Apakah ada sesuatu yang ingin anda katakan?" tanya Darren.
Tatapan mata Darren menatap kearah Sashi dan kelima teman-temannya. Dia tersenyum menyeringai.
Mahasiswi yang bernama Sashi tersebut seketika terkejut. Tubuhnya kini sedikit bergetar.
"Bagaimana dengan kalian? Apakah kalian ingin mengatakan sesuatu sebagai perwakilan untuk teman kalian," ucap dan tanya Darren.
Kelima temannya Sashi seketika menundukkan kepalanya ketika mendengar ucapan sekaligus pertanyaan dari Darren.
Tidak mendaptkan jawaban dari keenam mahasiswi itu membuat Darren semakin tersenyum menyeringai.
Setelah itu, Darren menatap kearah dua sahabatnya yaitu Qenan dan Willy.
"Nan, Wil!"
"Iya, Ren!"
"Aku ada pekerjaan untuk kalian."
"Apa?"
"Katakan!"
"Aku mau kalian berdua pergi ke ruangan CCTV. Cek CCTV kejadian hari ini. Jika rekamannya hilang, kalian temukan kembali. Bukankah ini pekerjaan ahli kalian."
Qenan dan Willy seketika tersenyum di sudut bibirnya ketika mendengar ucapan terakhir dari Darren.
"Siap!"
Setelah mengatakan itu, Qenan dan Willy langsung pergi meninggalkan kelasnya untuk menuju ruang CCTV.
Sashi dan kelima temannya semakin ketakutan saat ini. Terlihat keenamnya saat ini meremat ujung bajunya.
"Ingat! Jika rekaman CCTV itu memperlihatkan kejadian yang sebenarnya dimana bahwa mahasiswi yang bernama Kathleen Radmilo tidak bersalah. Justru dia difitnah dengan seseorang atau beberapa orang telah memasukkan dua amplop tersebut ke dalam tasnya, maka tidak ada kata damai dariku dan dari kak Darka. Terutama dari kak Kathleen." Darren berbicara dengan tatapan matanya menatap kearah sang rektor dan kearah keenam mahasiswi itu secara bergantian.
Deg..
Tubuh sang rektor seketika tersentak ketika mendengar ucapan dari Darren. Begitu juga dengan Sashi dan kelima temannya.
"Jadi, persiapkan diri kalian menerima hukuman dariku dan kakakku," ucap Darren lagi.
Tak butuh waktu lama, Qenan dan Willy datang dengan wajah yang tampak segar. Dipastikan keduanya berhasil mendapatkan apa yang diinginkan oleh Darren.
"Bagaimana?" tanya Darren langsung saat melihat kedatangan kedua sahabatnya itu.
"Ini, kamu lihat sendiri!" Willy langsung menjawabnya dengan memberikan ponselnya kepada Darren.
Darren mengambil ponsel milik Willy. Kemudian dia melihat sebuah rekaman di layar ponsel tersebut.
Seketika Darren tersenyum ketika melihat rekaman tersebut.
Darren kemudian memperlihatkan rekaman tersebut kepada sang rektor.
"Lihatlah rekaman ini!"
Sang rektor tersebut dan tiga Dosen itu melihat ke arah layar ponsel milik Willy. Disana mereka melihat mahasiswi bernama Sashi dan kelima temannya sedang merencanakan untuk memfitnah mahasiswi yang bernama Kathleen Radmilo.
Di dalam rekaman itu juga terlihat dua temannya Sashi masuk ke dalam dua kelas yang berbeda. Setelah tiba di dalam kelas, keduanya langsung menuju meja yang mana meja itu milik anggota Organisasi bagian bendara. Keduanya mengambil amplop yang ada di dalam tas tersebut.
Setelah mendapatkan apa yang dicarinya, kedua mahasiswi itu keluar dari kelas tersebut dengan membawa masing-masing satu amplop berisi uang.
Kedua mahasiswi itu langsung pergi meninggalkan kelas tersebut. Mereka pergi untuk menemui teman-temannya.
^^^
Di sebuah koridor terlihat empat mahasiswi sedang menunggu dua temannya.
Detik kemudian...
"Bagaimana?" tanya Sashi.
Kedua mahasiswi itu langsung memperlihatkan amplop berisi uang yang ada di tangannya kepada Sashi.
"Bagus." Sashi tersenyum. "Ayo!"
Sashi dan kelima temannya pergi meninggalkan koridor tersebut untuk menuju kelas Kayana, Kathleen dan Bianca.
^^^
Setibanya di dalam kelasnya Kayana, Kathleen dan Bianca. Kedua mahasiswi yang mengambil amplop tersebut langsung memasukkan amplop itu ke dalam tas milik Kathleen.
Setelah rencana mereka berhasil, mereka bertos ria sembari tertawa.
"Kathleen, tunggu saja apa yang menantimu." Sashi berucap dengan tersenyum menyeringai.
Deg..
Sang rektor tersebut seketika terkejut dan syok ketika melihat dan mendengar apa yang diucapkan oleh Sashi di dalam rekaman itu. Begitu juga dengan tiga Dosen itu.
Sang rektor menatap tajam kearah enam mahasiswinya itu. Dia menatap penuh amarah.
Ketika dia hendak mengeluarkan kata-katanya ingin memarahi dan membentak enam mahasiswi itu, tiba-tiba Darren bersuara.
"Disini aku dan kakakku, Lian Darka Smith yang memiliki kuasa untuk memberikan hukuman. Sedangkan untuk anda!" Darren menatap tajam kearah Rektor tersebut. "Anda tidak memiliki hak apapun. Bukankah kita sudah buat perjanjian dari awal?" Darren tersenyum di sudut bibirnya.
Darren mengambil ponselnya di saku celananya bersamaan tangannya mengembalikan ponsel milik Willy.
Setelah ponselnya di tangannya, dia mengetik nomor dari orang yang memiliki kuasa atas Kampus ini. Dan Darren tak lupa meloadspeaker panggilannya itu agar semua orang, terutama sang rektor tersebut mendengarnya.
Detik kemudian..
"Hallo, Darren!"
Sang Rektor seketika membelalakkan matanya ketika mendengar suara dari pemilik Kampus tempat dia menjabat sebagai Rektor.
"Hallo, Tuan Rubben! Apa saya mengganggu?"
"Oh, tentu tidak. Ada apa? Kenapa menghubungi saya? Oh, saya tahu! Apakah kamu berubah pikiran dan mau menerima tawaran saya?"
Darren seketika mendengus ketika mendengar jawaban sekaligus pertanyaan dari pemilik Kampus.
Sementara ketujuh sahabatnya, kedua kakaknya, ketiga calon kakak iparnya dan sahabat-sahabat dari kedua kakaknya seketika tersenyum melihat ekspresi Darren ketika mendengar ucapan sekaligus pertanyaan dari si pemilik Kampus.
"Bisa tidak jangan bahas masalah itu? Ada hal penting yang ingin saya sampaikan kepada anda, itu pun jika anda masih ingin Kampus anda dalam keadaan baik-baik saja."
Mendengar ucapan dari Darren membuat sang pemilik Kampus terkejut di seberang telepon.
"Baiklah-Baiklah! Maafkan saya. Ada apa? Apa terjadi sesuatu?"
"Rektor yang anda angkat untuk memimpin Kampus anda telah melakukan kesalahan besar."
"Apa yang dia lakukan?"
"Mahasiswi bernama Kathleen Radmilo telah dijebak. Di dalam tasnya ditemukan dua amplop berisi uang. Sementara untuk Rektor tersebut, dia langsung mempercayai apa yang dia lihat tanpa bertanya dan tanpa menyelidiki terlebih dahulu. Bahkan dia berani membentak bahkan mengancam mahasiswi tersebut akan melakukan kekerasan jika tidak mau mengakui kesalahan."
"Apa?!" teriak sang pemilik kampus tersebut di seberang telepon. "Brengsek! RlBerani sekali dia melakukan hal menjijikan itu di Kampusku. Selama ini aku tidak pernah bersikap seperti kepada mahasiswa dan mahasiswiku disaat mereka mendapatkan masalah atau membuat keributan."
Mendengar teriakkan dan ucapan dari pemilik Kampus membuat rektor tersebut ketakutan saat ini. Dia tidak ingin karirnya sebagai rektor dicabut, apalagi dicabut dengan tidak terhormat.
"Anda tahu kan apa hubungan saya dengan mahasiswa bernama Lian Darka Smith?"
"Iya, saya tahu. Mahasiswa yang bernama Lian Darka Smith adalah kakak anda."
"Dan anda tahu kan apa hubungan kakak saya dengan mahasiswi bernama Kathleen Radmilo?"
"Iya, mereka sepasang kekasih."
"Dan berarti bolehkan jika saya dan kakak saya memberikan hukuman kepada orang yang sudah menjebak mahasiswi yang bernama Kathleen Radmilo, termasuk juga dengan rektor anda?"
"Tentu!"
Darren seketika tersenyum lebar ketika mendengar jawaban dari sang pemilik kampus, bahkan dia menatap kearah enam mahasiswi yang telah menjebak Kathleen dan kearah rektor tersebut bergantian.
Sementara orang-orang yang ditatap oleh Darren saat ini benar-benar ketakutan.
Bagaimana dengan yang lainnya?"
Sudah jelas, semua orang begitu bahagia melihat ketakutan yang terpancar dari tatapan mata sang rektor dan keenam mahasiswi itu.
"Sekarang katakan pada saya. Apa yang ingin kamu lakukan terhadap orang-orang itu?" tanya sang pemilik kampus.
"Eeemmm.... Aku mau anda mencabut jabatan si rektor busuk itu. Dan setelah itu, boikot dia agar tidak di terima di semua Universitas di seluruh dunia. Bukan hanya Universitas, melainkan semua sekolah sehingga dia tidak akan pernah lagi menjadi seorang rektor, Dosen, guru dan juga kepala sekolah."
Deg..
Sang rektor tersebut seketika membelalakkan matanya ketika mendengar ucapan sekaligus permintaan dari Darren.
"Baiklah, saya akan melakukannya. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang telah menjebak mahasiswi yang bernama Kathleen?"
"Itu akan menjadi urusan kakak saya yaitu kak Darka. Dia yang akan memberikan hukuman untuk mereka."
"Mereka? Maksud kamu?"
"Mereka ada enam orang. Yang menjadi peran antagonisnya adalah mahasiswi bernama Sashi."
"Sashi.... Eeemmm... Saya kenal dia. Begitu juga dengan keluarganya."
"Kenal bagaimana? Kenal baik, kenal dekat atau...."
"Dia dan keluarganya dikenal sebagai keluarga sombong, arogan dan mau menang sendiri. Tak mau mengalah. Saya sudah lama mengetahui kelakuannya. Hanya saja saya masih berusaha untuk memberikan kesempatan padanya."
"Alasan itulah kenapa saya meminta kamu untuk menjadi rektor dan memimpin kampus ini. Saya sangat yakin, ditangan kamu, Kampus ini akan aman terutama aman dari mahasiswa dan mahasiswi nakal."
"Saya berharap kamu mau menerimanya."
Darren tidak menjawab perkataan dari sang pemilik kampus tersebut.
Namun detik kemudian...
"Selesaikan dulu urusan si Rektor busuk ini. Masalah tersebut, nanti kita bahas lagi."
Mendengar ucapan sekaligus jawaban dari Darren membuat sang pemilik kampus tersebut seketika tersenyum di seberang telepon.
"Baiklah. Saya besok saya akan kembali ke kota Hamburg. Setibanya di kota Hamburg, saya akan langsung ke kampus untuk menyelesaikan masalah rektor busuk itu sesuai keinginan kamu."
"Aku tunggu!"
Pip..
Darren langsung mematikan panggilannya setelah memberikan jawabannya dan setelah mendengar jawaban dari sang pemilik kampus.
Darren menatap kearah rektor tersebut dengan tersenyum menyeringai sehingga membuat sang rektor semakin ketakutan.
penasaran kelanjutannya
semangat
up lagi ya