harap bijak dalam membaca. ini hanya cerita fiksi
angga dan Laura. 2 pasangan yang masih duduk di bangku sekolah atas yang terpaksa harus memiliki ikatan yang kuat karena perjodohan dari keluarga mereka.
mereka tidak punya pilihan selain menerima perjodohan ini.
angga si cowok alim yang tidak pernah meninggalkan sholatnya dan tidak pernah berpacaran atau mabuk mabukan. harus terpaksa menikahi seorang gadis yang sangat berbeda dengan dirinya.
bagaimana nasib Angga dan Laura kedepannya? ayo baca cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ep 34
Ilham di bawa pulang oleh orang tuanya karena dia telah di keluarkan dari sekolah secara tidak terhormat. Banyak siswa siswi berkerumunan di koridor untuk menyaksikan moments ini.
Ilham menundukkan kepalanya malu, ibunya terus mengomel memarahinya. Bahkan seseorang wanita paruh baya itu memukul kepala Ilham.
Yaa, Ilham bukan berasal dari keluarga yang kaya. Dia berasal dari keluarga yang sangat miskin. Bahkan untuk sekolah pun dia membayarnya sendiri. Karena itu dia memilih menjadi boti sekaligus simpanan om om. karena hanya dari situ dia mendapatkan banyak uang.
Ilham itu biseksual. dia bisa jadi boti bisa juga normal. 2 2nya itu membuat dirinya tertarik.
di kantin hanya ada angga dan Laura, serta beberapa siswa siswi yang juga memilih mengisi perutnya dari pada menonton Ilham pulang.
" Lo makan pedas setiap hari Ra, kurangin lah makan makanan kek gitu. lambung Lo bisa luka" ujar Angga.
Selama mengenal Laura, Angga sangat sering melihat gadis nya ini memakan makanan pedas. Bahkan cemilannya rata rata pedas semua. makan pedas sih boleh aja, tapi jangan tiap hari juga.
" kalo nggak pedas nggak enak" ujar Laura.
Saat ini mereka sedang makan bakso di kantin. Laura memang tidak memakai saos yang banyak, tapi dia memakai cabe giling sangat banyak.
Laura lebih menyukai pedas cabe dari pada pedas saos. Menurutnya pedas saos tidak terlalu enak. makan bakso tanpa rasa pedas tu kurang lengkap yakan.
" makan pedas satu Minggu sekali aja" ujar Angga.
Laura menatap angga dengan mata melotot" apa? Satu Minggu sekali?"
Angga mengangguk santai " atau sebulan sekali"
" enak aja" protes Laura tidak terima " sehari sekali"
" nggak!" larang Angga " satu Minggu sekali, tidak ada bantahan"
Laura cemberut, dia ingin protes lagi tapi Angga kembali berbicara" makan, nanti keburu dingin baksonya "
Meskipun kesal, Laura tetap menurut. dia memakan baksonya biar tidak keburu dingin. Jika sudah dingin tidak enak lagi.
•\=\=\=•
Laura duduk di sofa dengan wajah cemberut. Kedua tangannya bersedekap di dada. Bagaimana tidak kesal? Angga benar benar serius dengan ucapannya. Semua cemilan Laura yang pedas pedas di buang semua.
Untung cemilannya tinggal sedikit lagi, jika masih banyak kan kasihan mubazir.
setelah membuat semua cemilan pedas milik Laura, Angga menghampiri Laura lalu duduk di samping istrinya itu.
Laura membuang muka tidak ingin menatap Angga " huh!"
Angga tersenyum gemes " gemes Banget sih istri gw" goda Angga mencubit pipi Laura.
Sial! Di panggil istri ku saja Laura salting. jantung Laura berdebar kencang, dia mati matian menahan senyumnya yang ingin keluar.
" lihat sini dong" ujar Angga mencolek bahu Laura.
" nggak" ujar Laura ketus lalu berbalik badan duduk membelakangi Angga.
" sayang...." panggil Angga dengan nada lembut.
" sial sial sial " batin Laura.
Dia salting woii, pipinya memanas. dia yakin wajahnya sudah memerah sekarang, untungnya Angga berada di belakangnya. Jika tidak kan bisa malu dia.
Tiba tiba, kedua tangan Angga melingkar di perutnya lalu menarik tubuh mungil Laura hingga menempel padanya.
Ingin sekali Laura berteriak lalu melompat lompat. Sumpah ya, bulu kuduk Laura meremang, jantungnya terus berdebar kencang.
" apaan sih peluk peluk" ujar Laura memukul tangan Angga yang berada di perutnya.
" emang nggak boleh peluk istri sendiri?" ujar Angga tepat di telinga Laura karena saat ini dagu Angga di letakkan di bahu Laura.
tolongin Laura sekarang, Laura tidak bisa bergerak, tubuhnya seolah membekuk. bernafas saja dia kesusahan, bulu nya meremang saat merasakan hembusan nafas Angga di lehernya.
" lepasin, gw mau ke kamar mandi" ujar Laura beralasan.
Meskipun begitu dia tidak memberontak, tubuhnya melah kaku tidak bergerak sedikitpun.
" rileks aja, nikmati pelukannya" bisik Angga " tarik nafas, lalu buang secara perlahan"
Laura melakukan apa yang Angga katakan. dia menarik nafas dalam dalam lalu membuangnya secara perlahan. melemaskan otot ototnya yang Terasa kaku, memejamkan matanya untuk mengendalikan detak jantungnya.
berhasil, Laura merasa lebih tenang, dia tidak kaku seperti awal tadi. Perlahan Laura menyandarkan kepalanya pada dada bidang Angga. dia dapat merasakan jantung Angga yang juga berdetak kencang sama seperti jantungnya.
" Lo deg degan ya?" tanya Laura mengakat kepalanya sedikit untuk menatap Angga.
Angga mengangguk " jantung gw selalu kek gini kalo dekat Lo"
Laura tersenyum" sama, jantung gw juga gitu " jawabnya" keknya kita harus ke dokter deh"
Angga terkekeh, lalu mengecup hidung Laura karna gemes " itu hak normal terjadi pada orang yang jatuh cinta" ujar Angga " jantung gw memang di takdirkan berdetak untuk Lo, dan jantung Lo untuk gw"
Kali ini Laura tidak mampu menahan senyumnya, pipinya memanas, bahkan sampai ke telinganya.
Angga yang melihat itu tertawa, lalu mengeratkan pelukannya. dia menatap dalam mata Laura " Lo pasti udah tahu tanpa gw perjelas, tapi gw tetap mau memperjelaskan" ujar Angga serius " gw cinta sama"
Laura terpaku pada tatapan Angga, matanya tidak berkedip. akhirnya dia mendengar kata kata itu keluar dari mulut Angga. Bahagia? Tentu saja, Laura sangat bahagia. Rasanya tidak ada yang lebih bahagia dari ini.
" gw juga sama" balas Laura.
" gw tahu" ujar Angga yang membuat Laura kesal.
Sontak Laura memanyunkan bibirnya, dia ingin menunduk dan lepaskan pelukan Angga. namun Angga tidak membiarkan itu terjadi karena bibir Angga mendarat di bibir Laura.
Laura tentu terkejut, bahkan matanya melebar. namun hanya sejenak, karena detik berikutnya dia menikmati gerakan bibir Angga pada bibirnya.
bibir mereka saling bertaut, memberikan hisapan satu sama lain. Laura memejamkan matanya menikmati setiap sentuhan Angga.
Lidah Angga menerobos masuk ke mulut Laura, lalu lidah mereka saling melilit. Angga menghisap lidah Laura.
Tangga Angga tidak tinggal diam, satu tangannya menyusup masuk ke kaos yang Laura pakai lalu meremas salah satu gunung Laura yang masih terbungkus.
Sedangkan tangan satu lagi mengusap perut datang Laura sehingga memberikan sengatan listrik pada seluruh tubuh Laura.
" ahhh" desah Laura saat bibir Angga menyentuh lehernya. Memberikan hisapan dan juga jilatan di sana membuat seluruh bulunya merinding.
Angga berhenti. Dia membelikan tubuh Laura hingga berhadapan dengannya. Setelah itu dia mengendong Laura seperti koala membawa Laura ke kamar.
Saat perjalanan ke kamar, Angga kembali mencium bibir Laura, melumatnya lebih brutal dari pada yang tadi.
Kedua tangan Laura terkalung di leher Angga. lalu Angga membaringkan Laura di atas ranjang dengan Angga berada di atasnya.
Angga melepaskan ciuman mereka, nafasnya keduanya memburu, dada mereka naik turun. Ibu jari Angga bergerak mengusap bekas Saliva yang ada di dekat bibir Laura.
mata mereka saling beradu, lalu Angga melihat pada kedua gunung Laura lalu kembali menatap Laura.
" boleh?" tanya Angga meminta izin.
Laura terdiam sejenak. lalu dia mengangguk mengerikan izin untuk Angga. lagian Angga adalah suaminya, seluruh tubuhnya milik angga.
Angga tidak membuang buang kesempatan. Dia lansung menaikan kaos Laura keatas lalu melepaskan pengait bra Laura agar bisa di singkirkan dari kedua gunung tersebut.
detik berikutnya, Laura alat merasakan lidah Angga yang bergerak pada ujung gunungnya. dia juga dapat merasakan hisapan dan juga gigitan kecil yang di berikan oleh Angga.
Tangan Angga satu lagi tidak tinggal diam, dia meremes gunung satu lagi yang menganggur.
" ahh..." Laura mendesah nikmat.
Matanya terpejam, kepalanya mendongak, tangannya meremas rambut Angga. Dadanya di busung kan, dan jari jari kakinya di tekuk kan sesuai dengan keinginan tubuhnya.