Bahagia karena telah memenangkan tiket liburan di kapal pesiar mewah, Kyra berencana untuk mengajak kekasihnya liburan bersama. Namun siapa sangka di H-1 keberangkatan, Kyra justru memergoki kekasihnya berkhianat dengan sahabatnya.
Bara Elard Lazuardi, CEO tampan nan dingin, berniat untuk melamar tunangannya di kapal pesiar nan mewah. Sayangnya, beberapa hari sebelum keberangkatan itu, Bara melihat dengan mata kepalanya sendiri sang tunangan ternyata mengkhianatinya dan tidur dengan lelaki lain yang merupakan sepupunya.
Dua orang yang sama-sama tersakiti, bertemu di kapal pesiar yang sama secara tak sengaja. Kesalahpahaman membuat Kyra dan Bara saling membenci sejak pertama kali mereka bertemu. Namun, siapa sangka setelah itu mereka malah terjebak di sebuah pulau asing dan harus hidup bersama sampai orang-orang menemukan mereka berdua.
Mungkinkah Bara menemukan penyembuh luka hatinya melalui kehadiran Kyra? Atau malah menambah masalah dengan perbedaan mereka berdua yang bagaikan langit dan bumi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon UmiLovi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyangkal Kenyataan
"Halooooo!! Adakah orang di sini?!"
Teriakan demi teriakan yang dilontarkan Bara dengan lantang tak sekalipun mendapatkan sahutan. Sunyi, hanya suara deburan ombak bercampur kicauan burung yang menjawabnya.
Kyra memperhatikan lelaki yang belum 24 jam ini terjebak bersamanya. Sudah ia duga bila mereka terjebak di pulau tak berpenghuni, tak ada siapapun di pulau ini selain mereka berdua dan ratusan hewan yang hidup di dalam hutan, bahkan mungkin beberapa diantaranya adalah hewan buas. Kyra bergidik membayangkannya.
Hari sudah mulai sore ketika akhirnya Bara mulai lelah dan menghampiri Kyra yang sedang mengumpulkan ranting-ranting kering dan menumpuknya di bawah pohon.
"Untuk apa mengumpulkan kayu-kayu itu?" tanya Bara heran. Untuk seukuran gadis semungil Kyra, ternyata dia cukup gesit dan tak mudah lelah.
"Aku mau buat api unggun!" sahut Kyra acuh sembari melempar ranting di dekapannya dan berbalik mencari ranting yang lain.
Bara menopang kedua tangannya di pinggang. Ia memperhatikan Kyra yang wira-wiri hingga kayu yang ia kumpulkan cukup banyak.
"Aku lapar! Haruskah kita makan pisang lagi?" gerutu Bara sembari menatap setandan pisang yang sudah tinggal separuh itu dengan sinis.
Kyra tak menyahut, saat dirasa kayu yang ia kumpulkan sudah cukup banyak, ia lantas duduk untuk beristirahat sejenak.
"Hei, apa kamu tidak lapar?" desak Bara ketika lawan bicaranya tak kunjung merespon.
"Lapar, lah! Tapi yang ada di sekitar kita cuma pisang ini. Kalo mau makan daging, ya sana berburu di dalam hutan!"
"Aku??" Bara menunjuk dirinya sendiri dengan keki.
Kyra mengangguk. "Aku rasa kamu adalah lelaki. Dan Tarzan juga lelaki, kan?"
"Kamu menyamakan aku dengan Tarzan?!" Bara tersenyum kecut, ia membuang muka dan menatap lautan yang membentang luas di hadapan mereka berdua. "Kalo bukan karena kamu naik ke atas sekoci, aku pasti masih berada di kapal pesiar! Dasar gadis sialan!"
"Apa?" Kyra menatap Bara dengan syok. "Kalo saja kamu nggak mabuk, aku juga nggak akan menyelamatkan kamu!"
"Stop berkata kamu menyelamatkan aku! Nyatanya kamu malah menjerumuskanku di pulau sialan ini!" tukas Bara geram.
"Kamu pikir aku juga sudi terjebak di pulau ini bersamamu!?"
"Kamu!!!"
Bara menatap tajam pada manik mata Kyra dibalik kacamata tebal itu. Sepasang mata yang entah mengapa membuat Bara tak berani menatapnya terlalu lama. Pada detik ketiga, ia berpaling dan membalikkan badan. Rencananya untuk berlibur malah hancur berantakan seperti ini!
Melihat matahari yang semakin turun ke peraduannya, Kyra akhirnya bangkit dan memilih untuk melihat sunset di tebing daripada meladeni pria menyebalkan ini. Ia melepas alas kakinya dan berjalan dengan sangat hati-hati di atas tebing karang yang curam dan licin.
"Damn!!" caci Bara ketika melihat Kyra seolah tak mempedulikan pertengkaran mereka.
Karena perutnya semakin keroncongan, akhirnya Bara beringsut duduk di samping pisang itu dan melahapnya. Ia sudah rindu menyantap nasi, seharian ini hanya air dan pisang yang masuk ke dalam lambungnya. Seperti daun yang mulai layu, tubuh Bara mulai lemas karena tak mendapatkan energi yang semestinya. Ia merebahkan diri sambil memperhatikan Kyra yang sedang asyik menatap sunset.
Entah mimpi apa ia semalam, terjebak di pulau asing bersama gadis yang notabene tak menarik di mata Bara, membuat suasana hatinya semakin memburuk setelah dikhianati Vale. Ia merasa sial bertubi-tubi.
Sementara itu, ketika senja telah sepenuhnya tenggelam dan hari mulai gelap, Kyra pun bangkit. Ia kembali ke tempatnya berteduh tadi siang dan menemukan Bara tengah tertidur dengan pulas di samping tumpukan kulit pisang. Seutas senyum tersungging di wajah Kyra, ia memperhatikan lelaki bertubuh jangkung itu dengan lekat. Andai sifatnya tak jahat, mungkin Kyra masih mau berbaik hati padanya. Sayangnya, meskipun telah dibantu berulang kali, lelaki itu masih saja suka mengumpat dan marah-marah!
Dengan tenaganya yang tersisa, Kyra menumpuk ranting kayu kering yang tadi ia kumpulkan untuk membuat api unggun. Setidaknya dengan begini mereka berdua bisa sedikit lebih hangat. Nyala api juga ditakuti oleh hewan buas, jadi tak ada salahnya menyiapkan diri, bukan?
Di dalam tas ransel kecil yang selalu ia bawa ke mana-mana, Kyra mengeluarkan sebatang korek gas untuk menyalakan api unggun. Korek ini milik Keanu yang dulu pernah disimpan oleh Kyra karena ia tak suka bila kekasihnya itu merokok. Dengan cekatan, Kyra menata kayu itu dan memantik koreknya. Api unggun pun mulai berkobar.
Karena lelah, Kyra pun akhirnya tertidur setelah membuka kacamatanya. Ia memilih tempat yang cukup jauh dari Bara karena tak nyaman melihat lelaki itu berada di sekitarnya.
Paginya.
Kyra terbangun ketika ia mendengar suara teriakan Bara. Entah mengapa lelaki itu sangat hobi berteriak dan mengumpat, Kyra heran bagaimana bisa Tuhan menggariskan hidupnya setragis ini. Dikhianati Keanu dan Zeline, lantas berakhir di pulau tak berpenghuni bersama lelaki aneh yang temperamen.
"Sialan! Ke mana perginya sinyal ini, huh!? Sampai kapan aku harus terjebak di pulau terkutuk ini!" semprot Bara sembari menurunkan ponselnya dari telinga dan menatap benda pipih itu dengan nanar.
Tadinya ia berharap ini semua hanyalah mimpi, namun ketika membuka mata ditempat yang sama, emosi Bara kembali menggelora. Bagaimana bisa seorang CEO penting sepertinya terperangkap di pulau tak berpenghuni ini? Entah sampai kapan ia akan terjebak karena tak seorang pun tahu bila saat ini ia tak sedang berada di kapal pesiar itu.
Deburan ombak yang menyapu kakinya, membuat Bara mengalihkan pandangannya ke lautan luas yang membentang tak bertepi.
"Hei, Tuan! Ayo, kita masuk ke dalam hutan, kita harus cari makanan di dalam sana! Kamu nggak mau mati konyol sebelum ditemukan tim SAR, kan??"
...****************...
gengsi aja di gedein pake ga ada cinta
di abaikan dikit udah kesel hahah
wkwkwkwwk