Follow IG=> Fafacho88
Gibran Montana Sinaga harus mengalami penyesalan yang teramat sangat menyiksa dirinya. Penyesalan yang membuat hidupnya tak berarti lagi setelah kepergian perempuan yang telah ia jadikan budak dalam hidupnya, perempuan itu pergi membawa anaknya membuat dirinya cukup menderita..
Lima tahun kemudian ia melihat seorang perempuan yang begitu mirip dengan istrinya membuatnya begitu penasaran apakah itu istrinya atau bukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fafacho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 26
Gibran bangun dari tidurnya kepalanya terasa cukup pusing saat ini, ia memegangi kepalanya sambil menyandarkan dirinya perlahan. Ia masih belum terlalu sadar di manakah dia sekarang, dia juga belum sadar kalau ia tidak mengenakan bajunya. Dada bidangnya begitu terlihat jelas.
“Kepalaku pusing sekali” gumamnya memegangi kepala sambil memejamkan matanya, rasanya saat ini kepalanya ingin pecah.
“kau sudah bangun ternyata,” tiba-tiba ada seorang pria yang membuka pintu kamar dan mengkagetkan Gibran. Sontak pria itu langsung membuka matanya dan menatap penuh tanya kearah Mark yang berada di ambang pintu melihat dirinya.
“Tuan Mark kenapa kau ada disini?” tanya Gibran bingung karena ada rekan bisnis barunya yang ada di apartemen tempat dia tinggal.
“Tidak salah kau bertanya padaku, ini apartemenku jelas aku ada disini” jawab Mark menatap aneh Gibran.
Gibran langsung melebarkan matanya, dia melihat dan betapa terkejutnya dia kalau saat ini dia tak berada di dalam kamarnya. Dan yang semakin membuatnya terkejut, dia tak memakai baju sama sekali hanya memakai celana saja.
“Kenaa terkejut dengan kondisimu sendiri” cibir Mark tak suka.
Gibran langsung menatap pada pria itu,
“Apa yang terjadi semalam, kenapa aku bisa disini?” bingung Gibran bertanya pada Mark.
“Tentu saja tidak ada yang terjadi, sudahlah tuan Gibran. Anda cepatlah mandi, dan pulang ke apartemenmu. Aku hari ini mau pergi ke Indonesia” usir Mark. Entah mengapa rasanya dia begitu malas berhubungan atau sekedar menyapa seorang Gibran. Rasanya ia menyesal karena sudah mengijinkan pihak Roche membuka peluang untuk para investor.
Setelah Mark pergi, Gibran menatap pintu yang tertutup itu terus.
“Kenapa dia seperti tidak suka denganku, apa aku semalam membuat kesalahan padanya” batin Gibran yang masih berada di atas tempat tidur.
“Aku rasa aku harus minta maaf padanya, mungkin semalam aku sudah merepotkan tuan Mark” gumam Gibran, dan dia langsung bangkit dari duduknya menuju ke kamar mandi.
..........................................
Mark sedang sarapan di meja makan terlebih dahulu sebelum dia berangkat ke bandara, Gibran baru saja muncul dengan pakaian yang sudah rapi.
“Tuan Gibran sarapanlah dulu, asisten ku sudah menyiapkan sarapan untukmu juga” ucap Mark.
“Tuan Mark, aku minta maaf soal semalam. Maaf karena telah merepotkan anda” ucap Gibran merasa tak enak pada Mark.
“Santai saja” balas Mark.
Gibran duduk tidak terlalu jauh dari Mark, dia terus memperhatikan pria itu.
“Maaf kalau boleh tahu, anda ada urusan apa ke Indonesia karena saya dengar dari Brandon anda sudah menetap di Jerman” tanya Gibran penasaran.
“Menjemput adikku yang bandel,” jawab Mark melihat sekilas kearah Gibran.
“oh,” Gibran hanya ber oh saja karena Mark terlihat tidak terlalu senang dengan pertanyaannya.
Tiba-tiba saja ponsel Mark yang ada di atas meja bergetar membuat sang empunya langsung mememgang ponselnya.
“Panjang umur juga nih anak” gumam Mark dan langsung mengangkatnya.
Gibran yang mendengarnya langsung memperhatikan ekspresi wajah Mark yang berubah sumringah dari sebelumnya.
“Halo, kenapa menghubungiku. Aku kira sudah tidak perduli dengan kakakmu,” ketus Mark saat mengangkat panggilan dari Michel.
“Hehehe, marah ya. Maaf, habisnya kak Mark nggak mau nyusul dan nggak mau kasih kepastian pada Selena”
“Itu masalahku dengan dia, kenapa kau ikut campur. Cepat pulang ke Jerman, Aiden dan Aira pasti merindukanmu”
“jangan bawa-bawa anak-anakku kak, mereka akan kesini juga dengan papa sama mama. Dan aku tidak akan mau pulang kalau kau tidak memberi kepastian pada kak Selena. Dia kasihan sudah menunggumu cukup lama tapi kau tidak ada kepastian sama sekali padanya”
“kau memang keras kepala..” gerutu Mark.
“ya mengajariku seperti ini siapa..”
“Kau memang anak pantas jadi anak papa, kau dan papa sama saja membahas soal Selena”
“Ya dong, kita pendukung orang baik. Oh iya kak, kakak sekarang masih di Amerika kan..tolong sih aku nitip belikan action Figure untuk adikku” ucap Michel.
“Action figure?”
“Iya Nanda suka mengoleksi action figure, jadi tolong belikan langsung dari pusatnya”
“Ya sudah nanti sebelum ke bandara aku belikan”
“Ok, terimakasih kakak tercinta. Aku matikan dulu ya, aku mau menelpon mama sama papa dulu.”
“hemm” jawab Mark terlihat dingin, wajahnya yang tadi sumringah berubah sedih saat mendengar kata kakak yang terucap dari mulut Michel.
Gibran tentu saja melihat itu, dia menatap aneh wajah Mark. Karena pria itu tadi tampak sumringah bahagia kini terlihat sedih saat menutup panggilan telponnya.
“Tuan Mark terimakasih makanannya, saya permisi dulu” pamit Gibran setelah menghabiskan makanannya.
“kenapa buru-buru”
“Saya mau pergi mencari action figure avengers untuk adik saya, dan katanya di new york sedang ada tokoh pemeran asilnya jadi saya akan kesana sekalian meminta tanda tangan mereka untuk adik saya” jelas Gibran.
“Aku juga mau membeli action figure untuk saudaraku yang di Indoensia, kalau begitu kita barengan saja kesananya” ucap Mark pada Gibran.
“Maaf tuan bukannya saya tidak mau, tapi saya sekalian mau mengahadiri acara”
“Ya sudah kalau begitu”
“Saya permisi” ucap Gibran pada Mark.
“Ya,” jawab Mark sambil melihat Gibran yang berjalan kearah pintu keluar apartemennya.
...........................................
Gibran ternyata tidak menghadiri sebuah acara, dia pergi ke dekat sungai yang tak jauh dari pethouse miliknya. Dia keluar dari taksi yang ia tumpangi, berjalan perlahan mendekat ke pinggir sungai.
Dia berdiri di pinggir sungai itu menatap lurus kedepan lebih tepatnya ke arah luasnya sungai yang membentang.
“NAINA AKU MEINDUKANMU” teriaknya cukup keras.
“KAU DENGAR AKU MERINDUKANMU NAINA...”lagi Gibran berteriak dengan cukup kencanganya. Dia langsung terduduk dengan lutut terlebih dahulu..dia benar-benar merindukan Naina. Semalam dia mimpi lagi perempuan itu tersenyum dan berlarian bersama dua anak kecil mereka bertiga terlihat cukup bahagia. Ditambah tadi saat dia mendengar suara adik dari Mark yang mirip Naina semakin membuatnya merindukan perempuan itu.
Gibran sendiri bingung kenapa dia mimpi seperti itu, apa itu artinya Naina di atas sana tengah bahagia bersama dengan anak mereka.
“Hiks, Hiks..apa yang harus aku lakukan. Aku apa mampu begini terus Nai...aku menyesal Naina” tangis Gibran sambil memukul-mukulkan tangannya di tanah.
“Ternyata sesakit ini saat kau tidak ada disisiku” isak Gibran.
Rasanya begitu sesak untuk Gibran, ia begitu merindukan istrinya tapi ia tak bisa memeluk atau menciumnya. Ia hanya bisa bertemu lewat mimpi saja, sungguk menyesakkannya itu. jujur kalau waktu bisa diulang, ia bakal mencintai Naina sampai dia mati dan memperbaiki sikapnya pada Naina.
“Naina, aku merindukanmu. Aku rindu..” Gibran menangis sambil memeluk lututnya sendiri di pinggir suangai itu. ia tak perduli saat orang-orang yang lewat untuk berolahraga memperhatikan dirinya.
°°°
T.B.C